BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hipertensi
kopi sehingga risiko terkena hipertensi. Kedua yaitu pola makan yang
salah dan yang ketiga adalah berat badan berlebih.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan
dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes,
kelainan sistem syaraf pusat. Jumlah kejadiannya mencapai 10% (Sunardi,
2000).
2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hiptertensi
Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
berdasarkan
JNC-VII
(The
Joint
National
Committee On
Prevention,
penyakit
yang
biasa
terjadi
baik
pada
penderita
hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk
terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat
dan
perdarahan
pembuluh
darah
otak
yang mengakibatkan
pemompaan
yang
lebih
keras
dari
darah
ini
darah.
Jika
adanya
terapi
obat
vasodilator, resistensi dan tekanan darah menurun. Ada dua mekanisme yang
mengontrol homeostatik dari tekanan darah, yaitu:
1. Short term control (sistem saraf simpatik). Mekanisme ini sebagai respon
terhadap
penurunan
tekanan,
system
saraf
simpatetik mensekresikan
kardiovaskular
morbiditas
akibat
lain,
maka
gangguan
akan
meningkatkan mortalitas
kardiovaskularnya
tersebut. Menurut
dan
Studi
akan
mempengaruhi
semua
sistem
organ
dan
akhirnya
akan
terjadi
pasien telah
menunjukkan
hubungan
yang
kontinyu
dan
10
tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli obat atau keperluan yang
lain, hal itu dapat mengakibatkan penyakit yang diderita bertambah parah.
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis atau Perubahan Gaya Hidup
Terapi nonfarmakologis
harus
dilaksanakan
oleh semua
pasien
farmakologis
adalah
dengan
menggunakan
obat-obatan
pasien
berdasarkan
keperluan
pertimbangan khusus
11
2.2
penelitian
Dian,
dkk
(2009)
diketahui
tidak
terdapatnya
12
dikarenakan
melindungi
wanita
adanya
dari
pengaruh hormon
estrogen
yang
dapat
terjadinya
dianggap
sebagai
proses
aterosklerosis.
penjelasan
adanya
Efek perlindungan
imunitas wanita
estrogen
pada
usia
laki-laki
13
perempuan
memasuki
usia
tua
25%
kemungkinan
kita
2005).
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya
kejadian
bahwa
hipertensi
lebih
banyak
pada
kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun
akan timbul tanda dan gejala (Sutanto, 2010). Pada kenyataannya, 70-80 % kasus
hipertensi, ternyata pada keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi (Sunardi,
2000). Hasil penelitian Hasirungan (2002) pada lansia dikota Depok usia 55
sampai 70 tahun diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat
keluarga sakit dengan hipertensi.
2.2.4 Olahraga atau Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan
energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
14
intervensi
pertama
untuk
mengendalikan
berbagai
penyakit
suatu ukuran
kebugaran jasmani. Olahraga yang tidak sesuai dengan patokan, maka yang
didapatkan hanya kegembiraan saja, sementara kebugarannya tidak diperoleh.
Akibatnya, walaupun seseorang sudah merasa olahraga, tubuhnya tidak sesehat
yang diharapkan (Cahyono, 2008).
Olahraga secara teratur idealnya dilakukan tiga hingga lima kali dalam
seminggu dan minimal 30 menit setiap sesi (Sutanto, 2010). Semakin lama
berada dalam zona tersebut akan memberikan efek yang lebih baik. Sebagai
contoh, apabila melakukan olahraga yang lamanya mencapai 40 sampai 90
menit bahan bakar yang digunakan sebagai sumber tenaga berasal dari asam
lemak. Dengan demikian kadar glukosa darah dan lemak darah (kolesterol) akan
digunakan tubuh sehingga kedua kadar zat tersebut akan menuju normal.
15
Namun, olahraga yang berlebihan bisa berdampak tidak baik bagi kesehatan
karena tubuh dapat menjadi lelah (Cahyono, 2008).
Pemilihan jenis olahraga juga perlu diperhatikan, karena tidak semua jenis
olahraga memberikan efek baik bagi tubuh. Terdapat dua jenis olah raga, yaitu:
1. Olahraga isotonik (sering disebut olah raga aerobik), contohnya jenis
olahraganya adalah joging, berenang, naik sepeda, dansa dan maraton.
Olahraga ini lebih memanfaatkan gerakan kaki daripada lengan. Olahraga
aerobik memiliki efek terbesar pada kesegaran fisik dan kesehatan, karena
meningkatkan ketahanan kardio-respirasi.
2. Olahaga yang bersifat isometrik (gerak badan statik), lebih banyak
melibatkan lengan daripada kaki, misalnya angkat beban. Olahraga ini kurang
menguntungkan pada sistem kardio-respirasi. Olahraga isometrik, lebih
mengutamakan ketahanan dan kakuatan otot (Cahyono, 2008).
Melalui olahraga yang isotonik dan teratur (aktifitas fisik aerobik 30
menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah. Kurang olahraga dapat memperbesar risiko obesitas dan apabila
asupan garam bertambah maka akan menambah risiko timbulnya hipertensi
(Sutanto, 2010).
Hasil penelitian Sanusi (2002) di poli klinik geriatri RSUPN Cipto
Mangunkusumo diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara
aktifitas fisik dengan hipertensi. Sedangkan penelitian Sugihartono (2007),
menyatakan bahwa tidak biasa melakukan olah0raga mempunyai risiko
menderita hipertensi sebesar 4,73 kali dan olah raga tidak ideal mempunyai risiko
sebesar 3,46 kali dibandingkan orang yang mempunyai kebiasaan olahraga
ideal.
2.2.5 Merokok
Winniford (1990) memaparkan bahwa rokok mengandung nikotin yang
dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah sistolik dan diastolik.
Peningkatan denyut jantung pada perokok terjadi pada menit pertama
merokok dan sesudah 10 menit peningkatan mencapai 30%. Sedangkan
16
berikut:
pertama, merangsang
saraf
17
lima
sampai
20
kali
permenit.
Berdasarkan
hasil
penelitian
eksperimen yang dilakukan oleh petugas U.S Army Medical Corp terhadap
enam pria yang merokok (perokok berat) menunjukkan bahwa penyempitan
sementara pada arteri setelah merokok. Kecepatan denyut nadi kembali
normal lima sampai 15 menit setelah merokok, tetapi pembatasan arteri
vaskular bertahan selama setengah sampai satu jam, dalam sejumlah kasus lebih
lama lagi (Marvyn, 1987).
Asap rokok bukan saja memberikan dampak buruk bagi perokok,
melainkan juga bagi orang lain yang menghisap asap rokok tersebut tanpa
dirinya sendriri merokok (disebut perokok pasif). Para ilmuwan membuktikan
bahwa zat-zat kimia yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi
kesehatan orang-orang disekitar perokok yang tidak merokok. Dampak bahaya
merokok
tidak
langsung
bisa
dirasakan
tahun
pasca
18
serangan jantung menjadi dua kali lebih sering dibanding tidak merokok.
Serangan sering terjadi sebelum usia 50 tahun (Depkes, 2008).
Setiap tahun tidak kurang dari tiga koma lima sampai lima juta jiwa
melayang akibat merokok (sekitar 10.000 orang/hari). Di Negara Cina
dilaporkan dari 300 juta populasi laki-laki berusia 0-29 tahun, 200 juta di
antaranya memiliki kebiasaan merokok (Cahyono, 2008). Dalam
penelitian
kejadian
hipertensi.
juga
erat
kaitannya
dengan
kegemaran
mengkonsumsi
akan meimbulkan
terjadinya
kenaikan
itu,
19