Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK V
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
FITRIYA NINGSIH
DESHINTA
ANIS MASRUROH
NILA RISKYATUL
YULITA W.
DINDA NUR A.
MILA RUSMITA
RIFZI DEVI N.
NUR RATNAWATI
1402450004
1402450015
1402450009
1402450022
1402450028
1402450033
1402450039
1402450044
1402450049
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
32
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi dengan judul Bayi Baru Lahir
dan integrasinya dengan ilmu Bioreproduksi, Mikrobiologi, Anatomi Fisiologi,
Biokimia, dan Fisika Kesehatan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Biologi Reproduksi Program Studi DIV Kebidanan
Malang, Jurusan Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Ibu Tarsikah, M.Keb. selaku dosen mata kuliah Biologi Reproduksi
2.
3.
4.
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
32
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..... ii
Daftar Isi..... iii
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang.
Rumusan Masalah ...
Tujuan ..
Manfaat ....
1
1
2
2
Bab II Pembahasan
Pengertian Bayi Baru Lahir 3
Integrasi Bayi Baru Lahir dengan Ilmu.. 3
Hubungan Bayi Baru Lahir dengan Ilmu Bioreproduksi. 3
Hubungan Bayi Baru Lahir dengan Ilmu Mikrobiologi... 4
Hubungan Bayi Baru Lahir dengan Ilmu Anatomi Fisiologi... 8
Hubungan Bayi Baru Lahir dengan Ilmu Biokimia.11
Hubungan Bayi Baru Lahir dengan Ilmu Fisika Kesehatan....20
Bab III Penutup
Kesimpulan ... 26
Saran.. 27
Daftar Pustaka 28
32
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat bayi, lahir terdapat berbagai macam perubahan fisiologis atau
adaptasi fisiologis yang bertujuan untuk memfasilitasi peyesuaian pada
kehidupan ekstrauterin (diluar uterus). Pada masa transisi dari intrauterin
(dalam uterus) ke ekstrauterin (luar uterus) tersebut perlu pernafasan spontan
dan perubahan kardiovaskuler berserta perubahan lain menjadi organ dengan
fungsi independen (tidak lagi tergantung pada ibunya). Untuk itu, diperlukan
pengetahuan dan keterampilan yang baik agar dapat menangani bayi baru
lahir yang mengalami kesulitan pada masa transisi ini.
Pembahasan mengenai bayi baru lahir termasuk perubahan, mekanisme,
dan konsep yang terjadi di dalamnya tidak dapat terlepas dari aspek kajian
bidang ilmu kebidanan lainnya, meliputi: ilmu biokimia, ilmu bioreproduksi,
ilmu mikrobiologi, ilmu fisika kesehatan, serta ilmu anatomi fisiologi yang
saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, kami akan membahas lebih
lanjut mengenai bayi baru lahir dalam makalah berikut.
32
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.4
32
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.2
keluar sedikit cairan putih dari payudara. Kondisi ini akan hilang
setelah estrogen keluar dari tubuh bayi dan tidak membutuhkan
tindakan khusus.
Pada bayi laki-laki testis turun kedalam skrotum pada akhir
kehamilan 36 minggu. Testis turun kedalam skrotum pada 90% bayi
baru lahir laki-laki. Kejadian tidak turunnya testis kedalam skrotum
pada anak laki-laki sekitar 1%. Spermatogenesis tidak terjadi sampai
pubertas. Prepusium (kulup) yang ketat sering dijumpai pada bayi.
Muara uretra dapat tertutup oleh prepusium. Sebagai respon terhadap
estrogen ibu, pada bayi baru lahir laki-laki cukup bulan, dapat
dijumpai ukuran genetalia eksternal dan pigmentasi yang meningkat.
Adanya rugae yang menutupi kantung skrotum menunjukkan
kehamilan cukup bulan.
2.2.2. Hubungan bayi baru lahir dengan Mikrobiologi
Infeksi terjadi karena organisme yang berkoloni pada seseorang
menimbulkan penyakit ( respon seluler). Infeksi pada neonatus lebih
sering ditemukan pada bayi dengan berat badan rendah. Infeksi ini
lebih sering dialami oleh bayi yang lahir dirumah sakit daripada
yang lahir dirumah. Bayi baru lahir mendapat imunitas transplasenta
terhadap kuman-kuman yang berasal dari ibunya. Bayi yang lahir
dirumah sakit terkena kuman yang bukan berasal dari ibunya sendiri,
melainkan juga dari ibu-ibu yang lain. Terhadap kuman yang bukan
dari ibunya bayi tidak mempunyai imunitas. Infeksi pada neonatus
dibagi menjadi dua golongan besar yaitu ;
1. Infeksi
berat
(infeksi
mayor):
sifilis
kongenital,
sepsis
1. Infeksi mata
Infeksi mata umum terjadi pada bayi, dan dapat ditangani dengan
perawatan mata secara rutin dan antibiotik jika diperlukan.
Kondisi lain yang lebih serius harus disingkirkan, seperti oftalmia
neonatorum,
trauma
benda
asing,
dan
obstruksi
duktus
dengan
pustula
terbatas,
penatalaksanaan
meliputi
luas sebagai eritema yang nyeri tekan, yang diikuti dengan lepuh,
yang pecah dan yang menimbulkan area kasar dikulit. Tanda ini
terutama terlihat pada area celemek bayi, tetapi juga dapat
menyebabkan sepsis umbilikus, absese payudara, konjungtivitis
dan pada infeksi dalam, juga dapat mengenai tulang dan sendi.
2.2.3. Hubungan Bayi Baru Lahir Dengan Anatomi Fisiologi
1. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring,
yang bercabang dan membentuk struktur percabangan bronkus.
Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8
tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus sepenuhnya
berkembang walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan
napas sepanjang trimester kedua dan ketiga (Varney, 1997).
Ketidakmatangan paru terutama akan mengurangi peluang
kelangsungan hidup bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 24
minggu, yang disebabkan oleh keterbukaan permukaan alveolus,
ketidakmatangan system kapiler paru, dan tidak mencukupinya
jumlah surfaktan.
2. Perubahan sistem sirkulasi
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil
oksigen
dan
bersirkulasi
melalui
tubuh
guna
32
darah
bayi.
Pada
lingkungan
yang
dingin,
32
cokelat,
bayi
harus
menggunakan
glukosa
guna
panas
merupakan
prioritas
utama
dan
bidan
baru lahir. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting,
misalnya memberi ASI non demand.
Usus bayi masih belum matur sehingga tidak mampu
melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya di kolon.Bayi
baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air dibandingkan
orang dewasa sehingga menyebabkan diare yang lebih serius.
2.2.4. Hubungan Bayi Baru Lahir Dengan Biokimia
32
1. Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa
akan di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami
penurunan waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau
memperbaiki
kondisi
tersebut,
maka
di
lakukan
dengan
b.
Herpes.
Tipe antibosi ini terutama terdapat dalam aliran darah dan tipe
imunitas nya dikenal; sebagai imunitas aktif.
Imunoglobulin A (igA): Imunoglobulin A tidak dapat
1-fosfat
uridil
transferase.
Kelainan
ini
terhenti.
Galaktosemia
biasanya
merupakan
harus
menghindari
galaktosa
seumur
hidupnya.
Pada masa pubertas dan masa dewasa, anak perempuan
seringkali mengalami kegagalan ovulasi (pelepasan sel
telur) dan hanya sedikit yang dapat hamil secara alami.
2. Glikogenosis
Glikogenosis (Penyakit penimbunan glikogen) adalah
sekumpulan penyakit keturunan yang disebabkan oleh tidak
adanya 1 atau beberapa enzim yang diperlukan untuk
mengubah gula menjadi glikogen atau mengubah glikogen
menjadi glukosa (untuk digunakan sebagai energi). Pada
glikogenosis, sejenis atau sejumlah glikogen yang abnormal
diendapkan di dalam jaringan tubuh, terutama di hati.
Gejalanya timbul sebagai akibat dari penimbunan
glikogen atau hasil pemecahan glikogen atau akibat dari
ketidak mampuan untuk menghasilkan glukosa yang
diperlukan oleh tubuh. Usia ketika timbulnya gejala dan
beratnya gejala bervariasi, tergantung kepada enzim apa
yang tidak ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan terhadap contoh jaringan (biasanya otot
atau hati), yang menunjukkan adanya enzim yang hilang.
3. Intoleransi Fruktosa Herediter
Intoleransi Fruktosa Herediter adalah suatu penyakit
keturunan dimana tubuh tidak dapat menggunakan fruktosa
karena tidak memiliki enzim fosfofruktaldolase. Sebagai
akibatnya, fruktose 1-fosfatase (yang merupakan hasil
pemecahan dari fruktosa) tertimbun di dalam tubuh,
32
32
piruvat
dehidrogenase.
Kompleks
piruvat
pembentukan
glukosa
di
dalam
atau
tubuh.
yang
menyebabkan
timbulnya
mual
dan
mental.
Bayi
yang
terlahir
dengan
yang
dikandungnya,
yaitu
menyebabkan
32
berat
dari
dengan
baik,
memungkinkan
terjadinya
asupan
yang
fenilalanin
dilakukan
32
kedinginan
asfiksia yang hebat
resusitasi yang ekstensif
lambat sewaktu mengeringkan bayi
distress pernapasan
sepsis
bayi prematur atau bayi kecilmemiliki cadangan glukosa yang
sedikit
h. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan
sempurna
i. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
32
j. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia
tidak kedinginan
k. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan,
seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold
linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi,
pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan,
peningkatan aliran udara dan penguapan.
l. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh
yang relatif luas, kurang lemak.
m. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti
defisiensi brown fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran,
kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra
kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia.
Menurut ( Yunanto, 2008:44 ) BBL dapat mengalami hipotermi
melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan
tubuh untuk menjaga keseimbanganantara produksi panas dan
kehilangan panas yaitu:
1. Penurunan produksi panas.
Hal ini disebabkan kegagalan sistem endokrin dan terjadi
penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses
penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi
kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitari.
2. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan
tubuh kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan
panas dapat terjadi secara:
a. Konduksi
Perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedan suhu
antara kedua obyek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi
kontak langsung antara kulit BBL dengan permukaan yang
lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadipada BBL yang
berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu
proses penimbangan.
b. Konveksi
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara
permukaankulit bayi dan aliran udara yang dingin di
32
32
bayi di dada ibu selama satu jam bahkan sampai dapat menyusu
sendiri.
Terjadinya peningkatan suhu pada bayi disebabkan oleh karena
kulit bayi menempel pada kulit ibu sehingga terjadi konduksi,
yaitu perpindahan panas dari ibu ke bayi. Selain karena adanya
konduksi, juga karena pada saat bayi diletakkan di dada ibu, ia
bergerak merangkak sambil mencari putting susu. Adanya gerakan
ini dapat merangsang produksi panas sehingga susunan saraf pusat
akan menstimulasi saraf simpatis untuk menggunakan cadangan
lemak coklat yang merupakan sumber panas pada bayi. (Chair,
2007; Christesnsson, Bhat, Amadi, Eriksson, &Hojer, 1998;
Ludington-Hoe &Golant, 1993). Oleh karena itu, proses ini harus
berlangsung skinto skin antara bayi dan ibu.
Pada saat ibu bersalin, salah satu factor yang berperan adalah
tenaga. Tenaga yang digunakan pada saat ibu bersalin meningkat
sehingga terjadi peningkatan laju metabolism. Peningkatan laju
metabolisme ini membuat susunan saraf pusat menstimuli saraf
simpatis untuk menggunakan cadangan makanan atau lemak untuk
diubah menjadi energi. Hal ini menyebabkan suhu tubuh ibu
meningkat. (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 1999/ 2005). Hal ini
membuat kulit ibu bersalin dapat berfungsi sebagai incubator
alami, karena kulit ibu bersalin lebih hangat dari pada kulit ibu
yang tidak bersalin.Hal ini dikarenakan kulit dada ibu yang
melahirkan meningkat kira-kira satu derajat lebih panas dari ibu
yang tidak melahirkan.
Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama merangkak
mencari payudara. Kulit ibu memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi
(thermoregulator, thermal synchrony).Jika bayi kedinginan, suhu
kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi.
Jadi Secara otomatis dapat mempengaruhi suhu bayi baru lahir
yang rentan mengalami kehilangan panas. Hal Ini berarti
dengancara IMD, resiko kehilangan panas (hipotermi) pada bayi
32
32
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada dasarnya bayi baru lahir memiliki mekanisme adaptasi fisiologis
dan mengalami perubahan pada system pernapasan, system sirkulasi, system
termoregulasi, system metabolism, gastrointestinal, dan imunitas serta dapat
ditinjau dari berbagai aspek kajian ilmu dalam kebidanan yang mencakup
biokimia, fisika kesehatan, mikrobiologi, bioreproduksi, dan anatomi
fisiologi yang implementasinya dapat kami ringkas sebagai berikut.
Pada biokimia, dijelaskan bahwa bayi yang sehat memiliki mekanisme
penyimpanan glukosa menjadi bentuk glikogen di dalam hati. Selain
itu, bayi juga dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi.
Kemampuan tersebut didapat dari ibu melalui plasenta sejak masih
berada di dalam kandungan.
Pada aspek fisika kesehatan, bayi dapat mengalami defisiensi suhu
tubuh yang hebat yang biasanya disebut dengan hipotermi. Kondisi
seperti ini dapat diatasi melalui mekanisme IMD (Inisiasi Menyusui
Dini) oleh ibu yang dapat menstabilkan suhu tubuh bayi menjadi
normal serta merangsang pengeluaran ASI.
Pada anatomi fisiologi, bayi mempunyai mekanisme adaptasi fisiologis
yang diwujudkan dalam perubahan pada system-sistem tubuhnya untuk
menyesuaikan dengan suhu ekstra-uterine (di luar rahim).
Pada aspek bioreproduksi, bayi mengalami perubahan pada system
reproduksinya. Pada bayi baru lahir wanita, perubahan terjadi pada
ovarium di mana mengandung sel-sel germinal primitive, labia mayor
dan labia minor berkembang, peningkatan kadar estrogen yang tersisa
di tubuh ibu menyebabkan keluarnya cairan dari vagina bayi baru lahir
yang berlendir putih dan kental serta kadang disertai dengan bercak
darah (pseudomenstruasi). Pada bayi laki-laki, sebagai respon terhadap
estrogen ibunya, bayi baru lahir laki-laki dapat dijumpai ukuran
genetalia eksernal dan pigmentasi yang meningkat.
Pada aspek mikrobiologi, bayi rentan terhadap serangan infeksi. Infeksi
pada neonates dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
32
apedemic)
infeksi ringan (infeksi pada kulit, infeksi umbilicus, oftalmia
neonatorum)
3.2
Saran
Mengingat manfaat dan luasnya bidang integritas dari kajian bayi baru
lahir terhadap bidang ilmu biomekanika, fisika kesehatan, bioreproduksi,
mikrobiologi, serta anatomi fisiologi, maka sebagai mahasiswa mampu
memahami lebih dalam mengenai bayi baru lahir.Semoga makalah ini dapat
dijadikan sebagai refrensi serta menambah wawasan bagi para pembaca
tentang mekanisme persalinan serta penulisan dokumentasi persalinan dan
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.
32
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Fraser. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Maryunani, Anik. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan Neonatal).
Jakarta: TIM.
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Gabriel. J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ambar Dwi Erawati. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. 2010.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muslihatun,wafi nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika
http://zezyliaflorena22.blogspot.com/2013/04/tugas-asuhan-neonatuskelainan.html. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014 pukul 09.15 WIB
http://bidanku.com/inisiasi-dini-sesaat-bayi-lahir. Diakses pada tanggal 5
Desember 2014 pukul 09.45 WIB
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/hipotermi-pada-bayi-baru-lahirdan.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014 pukul 10.05 WIB
http://endriyanieli.blogspot.com/2013/11/perubahan-fsiologis-pada-bayi-barulahir.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014 pukul 10.00 WIB
32