Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Konteks Penelitian
Pelaksanaan Pendidikan di sekolah merupakan sebuah sistem yang terdiri atas
masukan dan bentuk siswa yang diterima dilanjutkan dengan kegiatan pemelajaran
dan berakhir pada adanya lulusan dari SMK yang kompeten dan terterima didunia
usaha maupun industri ataupun lulusan yang mampu berwirausaha mandiri ( input,
process dan output). Input atau masukan adalah lulusan SMP/MTs yang menjadi
peserta didik SMK, process merupakan kegiatan pemelajaran, sedangkan output atau
keluaran adalah lulusan SMK yang kompeten. Pada proses pemelajaran, peserta didik
mengikuti program pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan acuan kurikulum dual
system.
Penyusunan program penyelenggaraan diklat secara makro diawali dari pengkajian
perlu tidaknya membuka atau menutup suatu program keahlian yang merupakan tindak
lanjut dari program re-engineering, dilanjutkan dengan penyesuaian kurikulum dalam
upaya memenuhi kebutuhan daerah, proses pemelajaran, pelaksanaan uji dan
sertifikasi kompetensi, dan diakhiri dengan penyaluran tamatan.
Hal ini dilakukan agar kedudukan, hubungan, dan kontribusi dari setiap kegiatan
terhadap pencapaian tujuan diklat, yakni lulusan bersertifikat kompetensi atau
bersertifikat

profesi

menjadi

jelas

sehingga

dapat

meningkatkan

skill

dan

profesionalisme siswa sehingga mereka diharapkan mampu berkempotisi dan terterima


di dunia kerja/industri atau mampu menciptakan lapangan kerja baru bagi kehidupan
masa depannya. Alur penyelenggaraan diklat tersebut secara makro merupakan
standar prosedur operasional yang menjadi acuan sekolah dan pihak terkait. Untuk
mencapai hal ini maka perlu adanya link and mutch antara sekolah dan dunia usaha
dan industry yang harus dilakukan oleh sekolah dan pihak terkait untuk mengkaji
kembali dan menyesuaikan kurikulum nasional terhadap tuntutan kebutuhan daerah
dimana sekolah berada. Ruang lingkup penyesuaian kurikulum dapat berupa
penajaman program keahlian, penyesuaian substansi atau materi pemelajaran, dan
1

penyesuaian strategi pemelajaran dalam meningkatkan kualitas lulusan yang benar


benar sesuai dengan potensi daerah dan kebutuhan Dunia Usaha dan Industri.
SMK Negeri 1 Limboto adalah salah satu SMK Negeri di Kabuapten Gorontalo yang
berdiri sejak Tahun 1992 yang pada awalnya berstatus SMK N 1 Gorontalo Filial
Limboto.Pada Tahun.SMK N 1 Limboto berdasarkan SK Menteri Pendidikan No.
Tahun . Beralih status dari SMK N 1 Gorontalo Filial Limboto menjadi SMK N 1
Limboto.Dari tahun ke tahun selalu melakukan inovasi program dalam menunjang
keberhasilan pendidikan Nasional bagi anak bangsa.
Visi SMK Negeri 1 Limboto
Mewujudkan SMK Negeri 1 yang berkualitas dan religious dibidang Bisnis, Pariwisata
dan teknologi Untuk menghadapi persaingan di Era Global
Misi SMK Negeri 1 Limboto
1. Membekali siswa dengan pengetahuan,ketrampilan dan sikap yang bermartabat
serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Membangun isntitusi tangguh dan kondusif yang berbasis kerja sama dengan
berbagai pihak
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berbasis kecakapan hidup sesuai
dengan kebutuhan Dunia Usaha Industri
4. Menghasilkan lulusan tenaga kerja tingkat menengah yang kompoten dan
professional mampu hidup mandiri serta dapat melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi
5. Menjadikan sekolah sebagai pusat uji kompetensi dan sertifikasi
6. Menjadikan

SMK

Limboto

sebagai

sekolah

Nasional

berstandar

International.
Sejak Tahun Pelajaran 2007/2008 SMK Negeri 1 Limboto termasuk sekolah Rintisan
Sekolah Berbasis International yang sampai saat ini sudah sampai pada tahap II
pelaksanaan program RSBI.Oleh karenanya SMK N 1 Limboto selalu berbenah diri
dalam upaya meraih tahap III program RSBI dan selanjutnya akan menjadi sekolah
2

menengah kejuruan yang berbasis international.Hal ini yang memotivasi Peneliti untuk
melakukan penelitian di SMK N 1 Limboto dalam hal keterkaitan dan keterpaduan
Dunia Usaha Industri pada kegiatan Pendidikan Sistem Ganda(Prakerin) siswa SMK
Negeri 1 Limboto.
Keterkaitan dan keterpaduan antara sekolah dan Dunia Usaha Industri

sangat

berpengaruh relevansi kurikulum kearah penajaman kompotensi tertentu yang relevan


sesuai kebutuhan Dunia Usaha Industri sehingga mempermudah penempatan siswa
pada kegiatan Praktek kerja Industri di dunia Usaha Industri sesuai dengan kempotensi
yang dimilikinya. Atas dasar pemikiran diatas maka Peneliti tertarik untuk meneliti
Evaluasi Link and mutch pada Pendidikan Sistem Ganda.di SMK Negeri 1 limboto
Adapun yang menjadi penyebab dari permasalahan-permasalahan diatas adalah
sebagai berikut :
a) Belum adanya kesiapan Sekolah untuk mengkaji kembali Kurikulum Nasional
untuk di sesuaikan dengan Kebutuhan Daerah maupun Dunia Usaha Industri.
b) Kurangnya lapangan kerja dan kurangnya komitmen bersama antara Dunia
Usaha/Industri untuk bekerja sama dalam bidang penentuan kompotensi yang
dibutuhkan di Dunia Usaha dan Industri.
c) Belum tersedianya kurikulum Implementatif SMK N 1 Limboto yang didasarkan
pada Penyesuaian Kurikulum yang dibuat bersama antara Sekolah dan Dunia
kerja dan Industri.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan

uraian

sebelumnya

maka

dapat

dirumuskan

beberapa

permasalahan sebagai berikut:


a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK N 1 Limboto masih lebih
banyak menggunakan Panduan kurikulum Nasional untuk diterapkan
dalam proses pembelajaran.
b) Kurangnya lapangan kerja dan kurangnya komitmen bersama antara
Dunia Usaha/Industri untuk bekerja sama dalam bidang penentuan
kompotensi yang dibutuhkan di Dunia Usaha dan Industri.

Wawancara dengan Bapak Drs Hardi Pomalingo, Kepala SMK N 1


Limboto pada tanggal 8 November 2009 dan Ibu Dra Rahmawati Tuli,
Staf Kurikulum SMK N 1 Limboto, pada tanggal 13 November 2009
1.3

Fokus Penelitian
Dari rumusan masalah sebagaimana tersebut diatas maka penelitian ini hanya di
batasi pada :
a) Bagaimana Pelaksanaan Praktek kerja Industri(PSG) di dunia Usaha dan
Industri.
b) Bagaimana kerja sama Dunia Usaha dan Industri yang menjadi mitra
bersama SMK N 1 Limboto dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
atau praktek kerja Industri.

1.4

Tujuan Penelitian
a) Terciptanya proses pemelajaran di SMK N 1 Limboto yang sesuai dengan
kompotensi yang dibutuhkan oleh daerah ataupun dunia usaha dan industry.
b) Adanya Lulusan SMK

khususunya SMK N 1 Limboto yang kompoten dan

terterima di dunia kerja dan Industri sehingga dapat mengurangi pengangguran.


1.5

Manfaat Peneitian
a) Membantu mengarahkan proses pemelajaran di SMK khususnya di SMK N 1
Limboto agar sesuai dengan kondisi dan kompotensi yang dibutuhkan oleh
daerah ataupun Dunia Usaha dan Industri.
b) Sebagai bahan acuan dalam menciptakan lulusan yang berkualitas dan
kompoten dalam upaya mengurangi pengangguran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian
A. Evaluasi
Terdapat beberapa definisi tentang evaluasi yang dikemukan oleh pakar,
diantaranya: (Kufman and Thomas,1980:4) menyatakan bahwa evaluasi adalah
proses yang digunakan untuk menilai. Hal senada dikemukakan oleh (Djaali,
Mulyono dan Ramly, 2000:3) mendefinisikan evaluasi dapat diartikan sebagai
proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar objektif yang
dievaluasi. Selanjutnya (Sanders,1994:3) sebagai ketua The Joint Committee on
Standars for Educational Evaluation mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan
investigasi yang sistimatis tentang kebenaran atau keberhasilan suatu tujuan.
Selanjutnya menurut (McNamara, 2008:3) mengatakan evaluasi program
mengumpulkan informasi tentang suatu program atau beberapa aspek dari suatu
program guna membuat keputusan penting tentang program tersebut.
Keputusan-keputusan yang diambil dijadikan sebagai indikator- indikator
penilaian kinerja atau assessment performance pada setiap tahapan evaluasi
dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi (Issac and Michael,
1982:22).
Berangkat dari pengertian di atas maka evaluasi program merupakan suatu
proses. Secara eksplisit evaluasi mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan
secara implisit evaluasi harus membandingkan apa yang telah dicapai dari
program dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan standar yang telah
ditetapkan. Dalam konteks pelaksanan program, kriteria yang dimaksud adalah
kriteria keberhasilan pelaksanaan dan hal yang dinilai adalah hasil atau
prosesnya itu sendiri dalam rangka pengambilan keputusan.(Kaufman and
Susan,1980:123). Stake mengidentifikasi 3 (tiga) tahap dari evaluasi program
pendidikan dan faktor yang mempengaruhinya yaitu

1. Antecedents phase; sebelum program diimplementasikan: Kondisi/ kejadian


apa yang ada sebelum implementasi program? Apakah kondisi/kejadian ini akan
mempengaruhi program?
2. Transactions phase; pelaksanaan program: Apakah yang sebenarnya terjadi
selama program dilaksanakan? Apakah program yang sedang dilaksanakan itu
sesuai dengan rencana program?
3. Outcomes phase, mengetahui akibat emplementasi pada akhir program.
Apakah program itu dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan
B. Link and Mutch
Konsep Link and Mutch yakni keterkaitan dan keterpaduan merupakan suatu konsep
mantan Mentri Pendidikan Nasional Prof Ing Wardiman Djonegoro dalam pelaksanaan
pengembangan pendidikan system ganda.
John Oxenham (1984:34) mengatakan bahwa apabila lulusan suatu sekolah tidak dapat
dipekerjakan atau memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan jenis dan tingkat
pendidikan yang dimilikinya, sekolah atau guru-guru dianggap tidak berhasil dengan
tugasnya. Hal ini berarti sekolah dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat

atau

tuntutan

kempotensi

yang

diinginkan

oleh

dunia

kerja.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan kejuruan adalah
peningkatan keterkaitan dan keterpaduan (link and match) dalam implementasi
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dalam hal ini, guru-guru yang terlibat secara
langsung dalam pelaksanaan On Job Training (OJT).
Penerapan

kebijaksanaan

link

and

match

pada

hakikatnya

bertujuan

untuk

meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Hal ini sebagai
usaha untuk mencari titik temu antara dunia pendidikan sebagai produsen dan dunia
kerja/industri sebagai konsumen. Menurut Pakpahan (1994:7), tujuan gerakan link and
march adalah untuk mendekatkan pemasok (supplier) dengan mutu sumber daya
manusia, terutama yang berhuhungan dengan kualitas ketenagakerjaan. Sedangkan
konsep dasar penerpan pendidikan sistem ganda itu sendiri adalah penyelenggaraan
pendidikan yang mengintegrasikan secara tersistem kegiatan pendidikan di sekolah
6

dengan

kegiatan

pendidikan

(praktek)

di

dunia

industri.

Praktek kerja industri pada dasarnya merupakan suatu bentuk pendidikan yang
melibatkan siswa langsung bekerja di dunia usaha/industri agar siswa memiliki
kompetensi yang sesuai dengan harapan dan tuntutan usaha/industri. Disamping itu
juga agar diperoleh pengalaman kerja sebagai salah satu hal untuk meningkatkan
keahlian profesional. Hal ini cukup beralasan mengingat dunia industri memerlukan
tenaga kerja yang berkualitas dan ahli di bidangnya baik dari segi mengoperasikan
peralatan,kemampuan mengelolah adminitrasi serta memiliki jiwa kewirausahaan. .
Upaya pemerintah dalam hal ini Direktorat Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur)
sebagai upaya mendekatkan pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, telah dilakukan
dengan adanya kebijakan link and match. Sebagai realisasi dari kebijakan tersebut,
maka telah dicanangkan konsep pendidikan dengan sistem ganda (PSG/Dual Base
System). Pendidikan Sistem Ganda adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
memadukan pendidikan sekolah dengan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
kegiatan bekerja langsung di dunia kerja (Depdikbud,1994). Realisasi dari Pendidikan
Sistem Ganda tersebut adalah dilasanakannya praktek kerja industri (Prakerin).
Pelaksanaan Prakerin dimaksudkan agar program pendidikan di sekolah mengacu
pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan beralasan mengingat
dunia industri memerlukan tenaga kerja yang berkualitas dan ahli di bidangnya untuk
mengoperasikan peralatan dan teknologi canggih.upaya pemerintah dalam hal ini
Direktorat Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) sebagai upaya

mendekatkan

pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, telah dilakukan dengan adanya kebijakan link
and match. Sebagai realisasi dari kebijakan tersebut, maka telah dicanangkan konsep
pendidikan dengan sistem ganda (PSG/Dual Base System). PSG adalah bentuk
penyelenggaraan

prose

pembelajaran

yang

langsung

pada

lapangan

kerja.

Strategi pengembangan yang ditempuh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan


pada tahap awal pelaksanaan Prakerin adalah menunjuk sejumlah SMK tertentu untuk
melaksanakan uji coba. Program Prakerin disusun dan bersumber dari kurikulum SMK,
yang mengacu pada profil kemampuan tamatan dan garis-garis besar program
pengajaran (GBPP) (Depdikbud,1995). Salah satu upaya yang dilakukan dalam
merancang program pengajaran adalah melakukan pemetaan profil kemampuan
7

tamatan terhadap bahan kajian komponen pendidikan yang meliputi komponen


pendidikan adaptif; teori kejuruan, praktek dasar profesi dan praktek keahlian profesi.
Pelaksanaan program pcngajaran komponen pendidikan adaptif dan teori kejuruan
dilaksanakan di sekolah. Komponen pendidikan praktek dasar profesi dilaksanakan
sesuai dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri pasangannya. Sedangkan
komponen pendidikan praktek keahlian profesi mcnjadi tanggung jawab dunia
usaha/dunia industri pasangan masing-masing sekolah.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional
merupakan suatu sistem pendidikan terpadu yang mencakup semua jenis, satuan, jalur,
jenjang, dan kegiatan pendidikan yang bekaitan satu sama lain, ditata secara sistematis
sebagai upaya untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Salah satu jenis sekolah
lanjutan tingkat atas yang sekarang mendapat perhatian khusus dari pemerintah adalah
SMK. Isi pendidikan sekolah kejuruan itu berkaitan langsung dengan proses
industrialisasi atau dunia usaha, terutama jika dikaitkan dengan fungsinya sebagai
produsen tenaga kerja menengah.
2.3

Pembelajaran dalam KTSP

Keterkaitan suatu kurikulum dengan pembelajaran digambarkan dalam beberapa model


(Oliva dalam Sanjaya, 2008), yaitu model dualistik (the dualisticmodel), model berkaitan
(the interlocking model), model konsentris (the concentric model), dan model siklus (the
ciclical model). Model dualistik memandang bahwa
antara kurikulum dan pembelajaran sebagai sesuatu yang terpisah. Kurikulum yang
seharusnya sebagai input dan pedoman menata pembelajaran, serta pembelajaran
yang seharusnya sebagai balikan dalam proses penyempurnaan tidak tampak. Model
berkaitan memandang antara kurikulum dan pembelajaran sebagai suatu sistem yang
memiliki hubungan. Antara kurikulum dan pembelajaran ada bagian-bagian yang
berpadu atau berkaitan. Model konsentris memandang bahwa kurikulum dan
pembelajaran memiliki hubungan dengan kemungkinan salah satu bagian dari yang
lainnya. Model siklus memandang bahwa kurikulum dan pembelajaran sebagai sesuatu
yang saling pengaruh dan memiliki hubungan timbal balik. Kurikulum menjadi dasar
8

dalam

proses

pelaksanaan

pembelajaran.

Sebaliknya,

pembelajaran

dapat

mempengaruhi keputusan untuk kurikulum sendiri.


KTSP sebagai suatu kurikulum operasional menempatkan pembelajaran sebagai suatu
komponen yang saling mempengaruhi. Hubungan keduanya mengikuti model siklis.
KTSP digunakan sebagai pedoman yang minimal digunakan untuk menentukan hal-hal
sebagai berikut:
a) Merumuskan tujuan dan indikator kompetensi yang harus dimiliki siswa.
b)

Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai
tujuan dan kompetensi.

c)

Menyusun strategi pembelajaran untuk guru dan siswa sebagai upaya


pencapaian tujuan.

d) Menentukan keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi melalui evaluasi


atau penilaian.
Pembelajaran di kelas yang mendasarkan pada karakteristik siswa dan potensi
daerah mempengaruhi isi dari KTSP untuk tiap satuan pendidikan pada masingmasing daerah. KTSP yang dikembangkan oleh tiap satuan pendidikan
menggunakan

prinsip-prinsip

(BSNP,

2006),

yaitu

(1)

berpusat

pada

potensi,perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,


(2)beragam

dan

terpadu,

(3)

tanggap

terhadap

perkembangan

ilmu

pengetahuan,teknologi, dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5)


menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7) seimbang
antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Prinsip-prinsip ini yang dapat
memberi warna yang berbeda-beda pada tiap satuan pendidikan di masing-masing
daerah sesuai potensi,perkembangan, kebutuhan,kepentingan peserta didik, dan
lingkungannya. Perbedaan atau keragaman yang terjadi harus tetap terpadu, relevan
dengan kehidupan nyata,serta sesuai dengan kepentingan nasional. Subtansi kurikulum
harus mencakup keseluruhan dimensi kompetensi bidang keilmuan, teknologi, maupun
seni yang disajikan secara berkesinambungan untuk menunjang pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik belajar sepanjang hayat.
9

Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan hal-hal berikut (BSNP, 2006), yaitu


(1)peningkatan

iman

dan

takwa

serta

akhlak

mulia,

(2)

pengembangan

potensi,kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan


pesertadidik, (3) keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan, (4)
tuntutan pengembangan daerah dan nasional, (5) tuntutan dunia

perkembangan

global, persatuan dan nilai-nilai kebangsaan dan social.


KTSP berisi 4 komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2)
struktur program dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
mengacu pada tujuan umum pendidikan, seperti pada Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 pasal 26. Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomer 19 tahun 2005 pasal 6 dan7.
Kalender pendidikan disusun sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Silabus merupakan rencana pembelajaran
pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran

standar

kompetensi

dan

kompetensi

dasar

kedalam

materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi


untuk

penilaian.

Berdasar

silabus

tersebut,

guru

mengembangkan

rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam kegiatan


belajar mengajar. Strategi-strategi pembelajaran yang inovatif dan melibatkan siswa
dimunculkan pada silabus dan RPP itu. Kegiatan pembelajaran pada penerapan KTSP
harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental
dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman
belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran
yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat
kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik (BSNP, 2006:16). Dengan
demikian,kegiatan

pembelajaran

yang

dilakukan

di

kelas

paling

sedikit
10

mempertimbangkan interaksi antar semua komponen yang terlibat, menggunakan


pendekatan bervariasi,dan berpusat pada siswa. BSNP (2006:3) juga menjelaskan
bahwa pengembangan kurikulum (KTSP) ditujukan antara lain agar dapat memberi
kesempatan peserta didik untuk belajar membangun dan menemukan jati diri melalui
proses belajar yangaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dalam pelaksanaan di lapangan, apakah acuan kegiatan pembelajaran yang inovatif
(dalam artian berpusat pada siswa secara aktif dan menggunakan strategi yang
bervariasi) seperti yang dicanangkan KTSP sudah diterapkan oleh guru?Pertanyaan ini
perlu untuk dijawab mengingat ukuran keberhasilan dari suatu kurikulum termasuk
bagaimana kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, sekaligus keberhasilan keluaran
dari proses tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran dilakukan
evaluasi atau penilaian. Dalam KTSP ditetapkan dan diatur pada standar penilaian yang
tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan.

11

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus.
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, karena peneliti berusaha mencari
informasi

suatu

fenomena

yang

terjadi

secara

alamiah

(natural)

dan

mendeskripsikannya secara mendetail sesuai kenyataan yang ada (Bogdan & Biklen,
1998).
Alasan penggunaan metode kualitatif dengan rancangan studi kasus adalah karena
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persiapan SMK N 1 LIMBOTO dalam
menciptakan lulusan kearah permintaan lapangan kerja (demand oriented) yang
kompoten dan profesional dalam bidang kempotensi tertentu sehingga mampu
terterima di dunia usaha dan Industri dengan pendekatan Balanced Scorcard yang
ditekankan pada keseimbangan antara rencana implementasi (visi, misi, tujuan, dan
strategi) dengan rencana implementasi (kebijakan dan program aksi). Selain itu, sesuai
juga dengan hakikat penelitian kualitatif, yaitu: (1) strategi pengembangan SMK N 1
LIMBOTO harus dilakukan secara seimbang dan integratif sehingga dengan
menggunakan penelitian kualitatif akan dapat dipahami secara utuh, terfokus sesuai
konteks dimana peristiwa terjadi; (2) hubungan antara peneliti dengan subyek yang
diteliti lebih peka sehingga dengan mudah dapat dilakukan secara mendalam terhadap
obyek yang diteliti; (3) penelitian kualitatif bersifat alamiah, deskriptif dan induktif serta
berupaya menemukan makna dari satu fenomena yang terjadi (Lincoln & Guba, 1985;
Bogdan & Biklen, 1998).

12

Rancangan studi kasus merupakan salah satu bentuk rancangan kualitatif yang
berusaha mendeskripsikan suatu latar (setting) atau obyek tertentu secara terinci dan
mendalam (Bogdan & Biklen, 1998). Rancangan ini dipilih dengan pertimbangan: (1)
ingin menyelidiki fenomena yang terjadi dan berlaku di dalam konteks yang diteliti yaitu
penerapan link and mutch pada pendidikan sistem ganda (2) dalam rancangan ini
memanfaatkan berbagai sumber data semaksimal mungkin agar kredibitas dan validitas
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Penetapan

rancangan

ini

diawali

dengan

menetapkan

fokus

dengan

pertimbangan bahwa SMK N 1 Limboto merupakan sekolah kejuruan di Kabupaten


Gorontalo yang termasuk pada Rintisan Sekolah Berbasis International (RSBI) sejak
tahun 2008/2009..
Kegiatan selanjutnya adalah peneliti akan mengkaji melalui pengumpulan data
dengan mengajukan pertanyaan kepada informan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yin
(1996) yang menyatakan bahwa studi kasus merupakan strategi yang dipilih untuk
menjawab

pertanyaan

bagaimana

dan

mengapa

pelaksanaan

atau

pengimplementasian sesuatu dan dengan fokus penelitian yang berusaha menelaah


fenomena yang sekarang dalam konteks nyata.

B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat penting dan mutlak
diperlukan. Hal ini disebabkan karena kehadiran peneliti selain sebagai pengumpul data
juga bertindak sebagai instrumen penelitian. Peneliti sebagai key instrument utama
yang berarti peneliti harus dapat mengungkap makna, berinteraksi terhadap nilai-nilai
lokal. Peneliti yang melakukan penelitian datang ke lapangan dan mencari informasi
yang diperlukan serta tidak menganggap informan/responden sebagai subyek atau
13

obyek tetapi mereka dipandang sebagai informan yang berkedudukan sebagai teman
sejawat atau kolega.
Saat melakukan pengumpulan data, peneliti berusaha untuk memperoleh data
penelitian dan mengungkap secara obyektif data yang diperoleh karena peneliti juga
adalah Guru SMK N 1 Limboto yang ingin mengungkap secara ril dan obyektif. Selain
itu, peneliti juga akan melakukan wawancara mendalam dengan informan dari
beberapa siswa, Guru,Kepala sekolah,Manajer dan staff Dunia usaha Industri yang
berhubungan langsung dengan kegiatan Prakerin atau Pendidikan sistem Ganda serta
pegawai yang dianggap memahami secara baik masalah yang dikaji.
C. Sumber Data
Penelitian kualitatif dengan paradigma naturalistik, datanya dikumpulkan oleh
peneliti sendiri. Peneliti menjadi instrumen utama yang terjun ke lapangan serta
berusaha mengumpulkan data melalui wawancara atau observasi (Nasution, 1996). Hal
ini sejalan dengan pendapat Lincoln dan Cuba (1985), yang menyatakan bahwa
metode kualitatif akan lebih mudah dilakukan bila instrumen yang digunakan adalah
aktivitas manusia melalui melihat, mendengar, berbicara dan lain sebagainya.
Untuk memperoleh data dari informan peneliti menggunakan system purpose
sampling, yang artinya dalam pengambilan sumber data pengumpulan sampel
didasarkan

atas

tujuan.

Selain

menggunakan

teknik

tersebut,

peneliti

juga

menggunakan teknik snowball sampling yang pelaksanaannya dengan menetapkan


terlebih dahulu key informant, selanjutnya key informant ini akan memberikan petunjuk
kepada informan lainnya. Hal ini dipertegas oleh Atkinson dan Flints (2001), bahwa
penggunaan teknik ini karena memberikan keuntungan seperti dapat mengakses

14

populasi yang tersembunyi, lebih ekonomis, efisien, dan dapat memberikan hasil yang
rinci dan mendalam.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara Mendalam
Teknik ini digunakan sebagai metode pengumpulan data yang dominan dan
dilengkapi dengan metode lain seperti observasi partisipan, analisis dokumen atau
teknik lainnya. Melalui wawancara diharapkan dapat memperoleh data secara luas dan
mendalam guna memperoleh pandangan tentang subyek penelitian. Wawancara
dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Terstruktur yaitu peneliti sebelumnya
membuat daftar pertanyaan berupa garis-garis besar yang menjadi fokus penelitian
terutama ditujukan pada informan kunci. Sedangkan wawancara tidak terstruktur
bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat
diubah pada saat wawancara. Hal ini dilakukan untuk lebih mendalami dan
mengembangkan dari jawaban informan, sehingga informasi yang dikumpulkan
lengkap dan mendalam.
Selain wawancara mendalam peneliti menggunakan wawancara dengan
menggunakan teknologi yaitu internet (e-meil) dan wawancara melalui telepon dengan
beberapa responden guna mendapatkan informasi tambahan yang sangat dibutuhkan.
2. Observasi Pertisipan
Observasi partisipan ini diharapkan untuk memperoleh suatu data yang lengkap
dan rinci melalui pengamatan yang seksama dengan melibatkan dan berpartisipasi
dalam fokus yang sedang diteliti (Spradley, 1980). Dengan metode ini diharapkan
memperoleh temuan yang berkaitan dengan fokus penelitian secara mendalam.
15

3. Studi Dokumen
Peneliti menggunakan teknik dokumen resmi dan fotografi ini untuk melengkapi
data dari hasil wawancara. Dokumen tertulis berupa Profile SMK N 1 Limboto dan
Renstra SMK N 1 Limboto,. Sedangkan dokumen tidak tertulis berupa foto, gambar,
sarana dan prasarana serta kegiatan lainnya.
4.Catatan Lapangan
Peneliti membuat catatan lapangan, mencatat kejadian yang didengar, dilihat,
dialami dan dipikirkan selama proses pengumpulan data. Dalam observasi pelibatan,
peneliti menganggap semua data adalah penting, sehingga catatan lapangan dibuat
secara rinci dan cermat setiap kembali dari observasi dan wawancara.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara dan sejenisnya untuk meningkatkan pemahaman
peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain
(Muhajir, 1998). Sejalan dengan ini, Bogdan & Biklen (1998) menyatakan analisis data
merupakan proses mencari data dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara,
catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun, untuk menambah
pemahaman peneliti mengenai bahan-bahan itu dan untuk memungkinkan melaporkan
hasil temuan.
Proses analisis data deskriptif melalui tiga alur kegiatan yang berlangsung
secara simultan, yaitu: (1) reduksi data atau penyederhanaan data, (2) paparan data,
dan (3) penarikan simpulan (Miles dan Huberman, 1994).
1. Reduksi data

16

Merupakan suatu pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,


pengabsahan, dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data ini kami lakukan dengan mentransfer hasil rekanan ke
dalam CD agar mudah diakses lewat Laptop. Mereduksi data diperlukan untuk
membantu peneliti dalam menulis semua hasil data lapangan sekaligus merangkum,
memilih dan memilah hal-hal pokok serta menganalisisnya. Tahapan ini dimaksudkan
agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang hasil di lapangan,
mempermudah dalam mengecek kembali bila diperlukan dan membantu dalam
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Mereduksi data diperlukan untuk
membantu peneliti dalam menulis semua hasil data lapangan sekaligus merangkum,
memilih dan memilah hal-hal pokok serta menganalisisnya.
2. Sajian data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menyederhanakan
informasi yang kompleks ke dalam informasi yang sederhana, selektif, dan membantu
pemahaman tentang maknanya. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang
bermakna dan memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan.
Simpulan dapat dilakukan berdasarkan matriks atau bagan yang telah dibuat
untuk menumukan pola, topik masalah penelitian, kemudian peneliti membuat simpulan
yang bersifat bebas dan terbuka, namun lebih rinci, mengakar dan kokoh.

F. Pengecekan Keabsahan Data


Derajat Kepercayaan (credibility)

17

Dimaksudkan untuk membuktikan bahwa yang diamati oleh peneliti sesuai


dengan yang sesungguhnya. Kriteria kredibilitas digunakan untuk memenuhi bahwa
data dan informasi yang dikumpulkan peneliti harus mengandung nilai kebenaran, baik
bagi pembaca yang kritis maupun subyek yang diteliti (Sugiono, 1989).
Kredibilitas dalam penelitian ini dipenuhi melalui beberapa kegiatan, yaitu:
pertama, aktivitas yang dilakukan untuk membuat temuan dan interpretasi yang akan
dihasilkan lebih terpercaya yang terdiri dari: (a) memperpanjang masa observasi, (b)
melakukan pengamatan secara terus menerus, dan (c) melakukan triangulasi.
Perpanjangan masa observasi dilakukan dengan maksud melengkapi kekurangankekurangan data yang masih diperlukan untuk menyusun temuan penelitian yang
terpercaya. Pengamatan secara terus menerus ditujukan agar apa yang diamati
bukanlah kejadian sesaat atau muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan aktivitas
yang sudah terpola. Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan data yang
diperoleh dari seorang informan dengan informan lainnya. Misalnya hasil wawancara
informan pertama dan untuk mengecek kebenarannya peneliti mengkroscek dengan
informan lainnya. Kedua, aktivitas yang ditujukan untuk melakukan pemeriksaan
eksternal (external check) terhadap temuan penelitian yang dilakukan dengan cara
peer debriefing dengan tujuan: (a) membantu menjaga kejujuran peneliti karena the
inquirers biased are probed, maka-makna dieksplorasi dan dasar-dasar interpretasi
diklarifikasi, (b) memberikan pengenalan dan pencarian kesempatan untuk menguji
hipotesis kerja yang mungkin muncul dalam pikiran peneliti, dan (c) memberikan
kepada peneliti suatu kesempatan untuk menjernihkan pikiran dari emosi dan perasaan
yang mungkin clouding good judgement (Lincoln & Guba, 1985). Peer debriefing dalam

18

penelitian ini dilakukan dengan beberapa teman dosen UNG yang sedang studi di
Malang di luar yang dijadikan informan. Masukan yang diperoleh dimaksudkan untuk
mengsingkronisasikan paparan data dengan fokus penelitian. Ketiga, melakukan
member checks sehingga data yang dikumpulkan dari informan lebih valid. Member
checks dilakukan dengan cara meminta kesediaan informan membaca ulang hasil
wawancara yang sudah dituangkan ke dalam transkrip sehingga diperoleh masukan
untuk perbaikannya.
Transferabilitas
Digunakan untuk menjawab persoalan sampai sejauh mana hasil penelitian dapat
ditransfer pada beberapa konteks lain, namun menurut Lincoln dan Guba (1985)
bukanlah tugas peneliti untuk memberikan index of transferability. Tanggung jawabnya
adalah memberikan data base yang dapat membuat pertimbangan transferabilitas
temuan potensial. Pemenuhan kriteria transferabilitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan memberikan deskripsi yang rinci (thick description).
Ketergantungan (dependability)
Digunakan untuk menjaga kehati-hatian, sehingga akan terhindar dari terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam proses pengumpulan data dan penginterpretasian
data. Untuk memenuhi criteria dependability digunakan salah satu teknik yang
disarankan Guba (Lincoln dan Guba, 1985), yaitu dengan audit temuan. Audit temuan
penelitian ini dilakukan oleh Bapak Dr Kadim Masaong,M.Pd sebagai pembina mata
kuliah.
Konfirmabilitas
Pemenuhan kriteria konfirmabilitas (obyektivitas) dimaksudkan untuk melihat
obyektivitas temuan penelitian yang dihasilkan. Oleh karena itu,

perlu dilihat
19

keabsahan yang menyangkut dengan relevansi data, penggunaan teknik analisis yang
cermat, interpretasi data secara benar, dan rumusan kesimpulan yang benar-benar
didukung oleh data yang lengkap. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemenuhan kriteria
konfimabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasikan data
temuan dengan ahli, yaitu Bapak Dr Kadim Masaong,M.Pd.
G. Tahap-tahap Penelitian
Prosedur yang dilalui dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
(1) tahap persiapan, (2) pelaksanaan penelitian, dan (3) penyusunan laporan.

1. Tahap persiapan
Tahap ini peneliti lakukan dengan mengkaji berbagai buku yang membahas tentang
Pendidikan Sistem Ganda, Life Skill, Kurikulum KTSP, Metologi Penelitian Kualitatif
.dan penerapannya..
Ketika dosen memberikan kesempatan untuk menyusun proposal selama tiga
pekan peneliti menggunakan waktu seefisien mungkin membuat proposal. Setelah
proposal selesai disusun, dipresentasikan dihadapan mahasiswa dan dosen pembina.
Masukan-masukan dari rekan-rekan mahasiswa dan dari Dosen Pembina kemudian
penulis melengkapi proposal.
2. Tahap pelaksanaan penelitian dan analisis data
Pelaksanaan penelitian diawali dengan permohonan izin dari Kepala SMK N 1
Limboto . Oleh karena peneliti adalah Guru di SMK N 1 Limboto sendiri sehingga izin
untuk melakukan penelitian hanya dilakukan secara lisan. Setelah mendapat restu dari
Kepala SMK N 1 Limboto maka, dilakukan penelitian. dengan menggunakan teknlogi
ICT maupun dengan Guru guru lain dan Dunia Usaha yang di Jadikan sebagai key
20

informan.. Peneliti juga berkeyakinan bahwa yang dijadikan informan dapat mewakili
populasi dan refresentatif untuk memperoleh data secara obyektif. Setelah diadakan
wawancara maka peneliti menganalisis dan menafsirkan data yang sudah dikumpulkan
sesuai dengan fokus penelitian.
3. Tahap penyusunan laporan penelitian
Penyusunan laporan penelitian dilakukan berdasarkan data yang sudah dianalisis
dan dicek keabsahannya selama pelaksanaan penelitian sambil tetap berkonsultasi
dengan dosen pembina mata kuliah.

21

Daftar Pustaka
http://info.pknlpkia.ac.id/onnowpurbo/Library/pendidikan/referensi/KURIKULUM2004/COPY%20CD-KURSKN/KUMPULAN_BIDANG_TEKNIK/KURIKULUM/PERABOT_KAYU/formal
Dr.Kadim Masaong,M.Pd, Tesis Penerapan Balanced scorecard UNG
Mencermati Pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah
Tatag Yuli Eko Siswono
Jurusan Matematika FMIPA
Universitas Negeri Surabaya
KURIKULUM SMK TAHUN 2004 Depdiknas
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Depdiknas
Badan Nasional Standar Pendidikan, Depdkinas
Prosedur Penelitian,
Manajemen Pendidikan Nasional.
Sekolah life Skil
Manajemen Strategik Pendidikan
Dr Robert Tarigan, Artikel Mengatasi Pengangguran dengan Life skill
A. Muliati A.M
Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda
EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA
EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN
SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN
Evaluation Implementation Dual System Education Program
in Senior Technical High School
Wahyu Nurharjadmo
Jurusan Administrasi Negara
FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (0271) 637358
Penerapan PSG Melalui Praktek Kerja Industri Pada SMK
Oleh Wakhinuddin S
22

23

Anda mungkin juga menyukai