Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

ANALISIS WELL-LOG
Persamaan Archie dalam Well-Logging

Oleh : Dyno Triandika Diputra


NPM : 270110110186

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

Persamaan Archie dalam Well Logging


1. Menghitung Porositas
Alat densitas bekerja dengan menginjeksikan sinar gamma ke dalam formasi batuan
yang kemudian menghasilkan efek Compton scattering (Schlumberger,1989). Sinar gamma
tersebut kemudian dideteksi oleh dua buah detektor. Terdapat perbedaan densitas elektron
yang disebabkan oleh perbedaan mineral sehingga sebaiknya dilakukan kalibrasi terhadap
hasil pengukuran densitas. Koreksi tersebut sebenarnya sangat kecil (kurang dari 1%)
sehingga tidak terlalu menjadi masalah (Schlumberger,1989).
Pada batupasir, rhom memiliki kisaran nilai antara 2,65 sampai 2,67 g/cc. Bila data
core regional tersedia, nilai tersebut dapat diambil dari nilai rata-rata pengukuran
padaconventional core plugs (Schlumberger,1989). Densitas fluida (rhom) tergantung pada
tipe lumpur pemboran, sifat fluida yang ada di formasi, dan sebagian invasi yang terlihat pada
log densitas (Schlumberger,1989).
Untuk menguji kelayakan nilai yang digunakan, Darling (2005) menyarankan tes berikut:

Bila informasi regional tersedia, zona porositas rata-rata dapat dibandingkan


denganoffset sumur.

Pada banyak kasus, tidak ada lompatan nilai porositas yang teramati melewati kontak.
Sebuah pengecualian dimana ada nilai porositas yang melewati OWC merupakan efek
diagenetik yang bisa saja terjadi.

Pada batupasir umumnya porositasnya tidak lebih dari 36%.


Hal yang perlu diingat adalah bahwa porositas yang dihitung dengan menggunakan log

densitas merupakan nilai porositas total sehingga air yang terikat di dalam pori-pori lempung
(clay-bound water) tetap termasuk di dalamnya (Darling, 2005). Untuk itu hasil pengukuran
log densitas perlu dibandingkan dengan hasil analisis batu inti yang relatif lebih bisa
menghilangkan pengaruh clay-bound water.
Dalam

menghitung

porositas,

penting

untuk

memeriksa

zona

yang

mengalami washoutsehingga nilai densitasnya menjadi sangat tinggi tak menentu dan
mengakibatkan nilai porositas tinggi yang tidak realistis (Darling, 2005). Pada sejumlah
kasus zona tersebut dapat dikenali dari karakternya yang soft dan mempunyai porositas
tinggi. Meskipun demikian, pada sejumlah kasus perlu dilakukan pengeditan data log densitas
secara manual dengan menggunakan persamaan tertentu (Darling, 2005). Menurut

Schlumberger (1989), estimasi yang paling baik pada water-bearing section adalah dengan
menggunakan resistivitas sebenarnya (Rt) dan persamaan Archie sebagai berikut:
Rt = Rw* -m*
Atau
Sw = [(Rt/Rw)* m](-1/n)
dengan:

Rw

= resistivitas air formasi

= eksponen dari sementasi atau porositas

Sw

= saturasi air

= eksponen saturasi

Pada porositas efektif, pengukurannya agak berbeda. Pengertian porositas efektif agak
berbeda untuk tiap orang namun menurut Darling (2005), porositas efektif adalah porositas
total dikurangi dengan clay-bound water . Persamaan untuk menghitung porositas efektif
adalah sebagai berikut:
eff = total * (1 C*Vsh)
dengan C merupakan faktor yang tergantung pada porositas serpih dan CEC (caution
exchange capacity). Nilai C dapat diperoleh dengan menghitung porositas total dari serpih
murni (Vsh=1) dan mengatur agar eff menjadi nol (Darling, 2005). Meskipun demikian
sejumlah ahli meragukan apakah pengkoreksian dengan menggunakan asusmsi pada serpih
non-reservoar bisa digunakan pada serpih yang bercampur pasir di reservoar (Darling, 2005).
Hal ini menyebabkan sejumlah ahli tidak merekomendasikan penghitungan porositas efektif
sebagai bagian dari quicklook evaluation (Darling, 2005).
Darling

(2005)

mengemukakan

sejumlah

alasan

mengenai

kelemahan

penggunaancrossplot log densitas dan neutron di dalam menghitung porositas sebagai


berikut:

Log neutron dan densitas merupakan statistical devices dan sangat dipengaruhi oleh
kecepatan logging, kondisi detektor, kekuatan sumber, dan efek lubang bor. Kesalahan
ketika dua buah alat yang bersifat acak tersebut dikomparasikan jauh lebih besar
daripada ketika digunakan sendiri-sendiri.

Neutron dipengaruhi oleh kehadiran atom klorin di dalam formasi. Klorin terdapat di
dalam air formasi dan pada mineral lempung. Hal ini menyebabkan porositas yang
dibaca oleh log neutron hanya akurat pada daerah yang tidak mengandung kedua hal
tersebut.

Neutron juga dipengaruhi oleh kehadiran gas tertentu

2. Menghitung Permeabilitas
Permeabilitas merupakan kemampuan lapisan untuk melewatkan suatu fluida
(Darling, 2005). Agar permeabel, suatu batuan harus mempunyai porositas yang saling
berhubungan (vugs, capillaries, fissures, atau fractures). Ukuran pori, bentuk dan kontinuitas
mempengaruhi permeabilitas formasi (Darling, 2005).
Satuan permeabilitas adalah darcy. Satu darcy adalah kemampuan lapisan untuk
melewatkan satu kubik centimeter per detik fluida dengan viskositas satu centipose melewati
area seluas satu sentimeter persegi dibawah tekanan sebesar satu atmosfer per sentimeter
(Schlumberger,1989). Satu darcy merupakan unit yang sangat besar sehingga pada
prakteknya satuan milidarcy (md) lebih sering digunakan (Schlumberger,1989).
Permeabelitas formasi batuan sangat bervariasi dari 0,1 md sampai lebih dari 10.000
md (Schlumberger,1989). Penentuan batas minimal permeabelitas untuk kepentingan
komersial dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu: produksi minyak atau gas, viskositas
hidrokarbon, tekanan formasi, saturasi air, harga minyak dan gas, kedalaman sumur, dan lainlain (Schlumberger,1989).
Saat dua atau lebih fluida yang tidak bisa menyatu (misalnya air dan minyak) hadir
dalam

formasi

batuan,

kedua

fluida

tersebut

bergerak

saling

mengganggu

(Schlumberger,1989). Permeabelitas efektif aliran minyak (ko) atau aliran air (kw) kemudian
menjadi berkurang (Schlumberger,1989). Selain itu jumlah permeabelitas efektif selalu lebih
rendah atau sama dengan jumlah permeabilitas absolut (k). Permeabelitas efektif tidak hanya
dipengaruhi oleh batuan itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh jumlah dan karakteristik
fluida yang ada di dalam pori batuan (Schlumberger,1989).
Permeabilitas relatif merupakan rasio permeabelitas efektif terhadap permeabilitas
absolut (Schlumberger,1989). Jadi permeabelitas relatif dari air (krw) sebanding dengan kw/k
sedangkan permeabelitas minyak (kro) setara dengan ko/k (Schlumberger,1989). Hal tersebut
menjelaskan mengapa permeabelitas relatif biasanya dinyatakan dalam persentase atau
pecahan dan nilainya tidak pernah melebihi 1 atau 100% (Schlumberger,1989).
Pada sejumlah kasus, terdapat hubungan antara nilai porositas dengan permeabelitas.
Hal tersebut mendorong sejumlah peneliti untuk merumuskan hubungan antara kedua faktor
tersebut dalam bentuk persamaan. Wyllie dan Rose menngeluarkan persamaan k = C* /
(Swi) y yang dirumuskan berdasarkan hubungan antara permeabelitas dan irreducible water

saturation (Schlumberger,1989). Ketergantungan permeabelitas terhadap porositas tidak


dijelaskan melalui persamaan tersebut (Schlumberger,1989).
Berdasarkan persamaan Wyllie dan Rose tersebut sejumlah peneliti mengeluarkan
berbagai macam persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung permeabelitas
berdasarkan porositas dan irreducible water saturation yang didapat dari data well logsebagai
berikut:
Tixier

k1/2 = 250 (3/Swi)

Timur

k1/2 = 100 (2,25/Swi)

Coastes-Dumanoir

k1/2 = (300/w4) (3/Swiw)

Coates

k1/2 = 70 e2 (1-Swi) / Swi

dengan
k

= permeabelitas

= porositas

Swi
w

= irreducible water saturation


= parameter tekstural yang berhubungan dengan eksponen sementasi dan saturasi, w
Jika irreducible water saturation telah dapat ditentukan maka permeabelitas efektif

dan permeabelitas relatif bisa dihitung. Hubungan tersebut diusulkan oleh Park Jones yang
mengeluarkan perhitungan yang masuk akal untuk shaly dan shaly sand(Schlumberger,1989)
Krw = [(Sw-Swi)/(1-Swi)]3
Kro= (Sw-Swi)2,1/(1-Swi)2
Dimana Krw dan Kro merupakan permeabelitas relatif untuk air dan minyak;
Swi merupakanirreducible water saturation; dan Sw merupakan saturasi air sebenarnya.
Saturasi air menunjukkan porositas yang berasosiasi dengan pasir bersih, non-shaly rock
matrix(Schlumberger,1989).
Permeabelitas efektif air dan minyak dapat dihitung dengan persamaan berikut:
kw = krw k
ko = kro k
dimana kw dan ko merupakan permeabelitas efektif air dan minyak (md) dan k merupakan
permeabelitas absolut atau permeabelitas intrinsik batuan.
Jika perhitungan langsung tidak bisa dilakukan karena nilai S wi tidak diketahui maka
nilai tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai Swi dari reservoar lain yang
berdekatan (Schlumberger,1989). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Swi2 = Swi1 (2 )

dimana 1 dan Swi1 merupakan nilai porositas dan irreducible water saturation dari reservoar
yang telah diketahui sedangkan 2 dan Swi2 merupakan nilai porositas danirreducible water
saturation dari reservoar yang belum diketahui (Schlumberger,1989).
Hubungan tersebut dibuat berdasarkan asumsi bahwa variasi porositas dan S wimerupakan
akibat dari perbedaan ukuran dan sortasi butir (Schlumberger,1989). Cara tersebut tidak valid
digunakan pada konglomerat atau batuan yang mempunyai sistem porositas sekunder
(Schlumberger,1989).
3. Menghitung Saturasi
Saturasi air merupakan fraksi (atau persentase) volume pori dari batuan reservoar
yang terisi oleh air (Schlumberger,1989). Selama ini terdapat asumsi umum bahwa volume
pori yang tidak terisi oleh air berarti terisi oleh hidrokarbon (Schlumberger,1989).
Mendeterminasi saturasi air dan hidrokarbon merupakan salah satu tujuan dasar dari well
logging.
Formasi Bersih
Semua determinasi saturasi air dari log resistivitas pada formasi bersih dengan
porositas intergranular yang homogen didasarkan pada persamaan Archie atau turunannya
(Schlumberger,1989). Persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
= F Rw/Rt
Dimana
Rw

= resistivitas air formasi

Rt

= resistivitas formasi sebenarnya

= faktor resistivitas formasi

F biasanya didapat dari perhitungan porositas formasi dengan menggunakan persamaan


F=a/m

Untuk Sxo, saturasi air pada zona terbilas, persamaan tersebut menjadi :
= F Rmf/Rxo
dimana
Rmf

= resistivitas lumpur penyaring

Rxo

= resistivitas zona terbilas

Pada persamaan tersebut, nilai eksponen saturasi n yang biasa digunakan adalah 2
(Schlumberger,1989). Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa angka tersebut
merupakan nilai terbaik untuk rata rata kasus. Nilai a dan m yang digunakan lebih
bervariasi: pada karbonat, F = 1/ 2 merupakan yang sering digunakan; pada pasir yang sering
digunakan adalah F = 0,62/ 2,15 (persamaan Humble) atau F = 0,81/ 2 (bentuk sederhana dari
persamaan Humble).
Akurasi dari persamaan Archie bergantung pada kualitas parameter fundamental yang
dimasukkan meliputi: Rw, F, dan Rt (Schlumberger,1989). Pengukuran resistivitas dalam
(induksi atau laterolog) harus dikoreksi, meliputi lubang bor, ketebalan lapisan dan invasi
(Schlumberger,1989). Log porositas yang paling sesuai (neutron, densitas, atau yang lainnya)
atau kombinasi dari pengukuran porositas dan litologi harus digunakan untuk mendapatkan
nilai porositas (Schlumberger,1989). Akhirnya nilai Rw diperoleh dengan menggunakan
berbagai cara: perhitungan dari kurva SP, katalog air, perhitungan water-bearing formation,
dan ukuran sampel air (Schlumberger,1989).
Formasi Serpih
Serpih merupakan salah satu batuan paling penting di dalam analisis log. Selain efek
porositas dan permeabelitasnya, serpih mempunyai sifat kelistrikan tersendiri

yang

memberikan pengaruh besar pada penentuan saturasi fluida (Schlumberger,1989).


Sebagaimana diketahui persamaan Archie yang menghubungkan resistivitas batuan
dengan saturasi air mengasumsikan bahwa air formasi merupakan satu-satunya material
konduktif di dalam formasi (Schlumberger,1989). Kehadiran material konduktif lainnya
(misalnya serpih) menyebabkan persamaan Archie harus dimodifikasi sehingga perlu
dikembangkan persamaan baru yang menghubungkan antara resistivitas batuan dengan
saturasi air pada formasi serpih (Schlumberger,1989). Kehadiran lempung juga menyebabkan
definisi atau konsep porositas batuan menjadi lebih kompleks. Lapisan yang mengikat air
pada partikel lempung dapat merepresentasikan jumlah porositas yang sangat signifikan
(Schlumberger,1989). Meskipun demikian, porositas tersebut tidak bisa menjadi reservoar
hidrokarbon. Jadi, serpih dapat mempunyai porositas total yang besar namun porositas
efektifnya sangat rendah sehingga tidak berpotensi menjadi reservoar hidrokarbon
(Schlumberger,1989).
Efek kehadiran serpih terhadap pembacaan log bergantung pada jumlah serpihnya dan
sifat fisiknya (Schlumberger,1989). Hal tersebut juga dipengaruhi oleh bagaimana

pendistribusian serpih di dalam formasi. Dalam Schlumberger (1989) disebutkan bahwa


material yang mengandung serpih dapat terdistribusi di dalam batuan melalui tiga cara yaitu:
1.

Serpih dapat hadir dalam bentuk laminasi di antara lapisan pasir. Laminasi serpih
tersebut tidak mempengaruhi porositas dan permeabelitas

dari pasir yang

melingkupinya. Meskipun demikian, bila kandungan laminasi serpih tersebut


bertambah dan kandungan pori-pori berukuran sedang berkurang, nilai porositas ratarata secara keseluruhan akan berkurang.
2.

Serpih dapat hadir sebagai butiran atau nodul dalam matriks formasi. Matriks serpih
tersebut dikenal dengan istilah serpih struktural. Matriks serpih tersebut biasanya
dianggap mempunyai sifat fisik yang sama dengan laminasi serpih dan serpih masif.

3.

Material serpih dapat terdistribusi di antara pasir, secara parsial mengisi ruang antar
butir. Serpih yang terdispersi di dalam pori secara nyata mengurangi permeabelitas
formasi.
Semua bentuk distribusi serpih di atas dapat hadir bersamaan di dalam formasi

(Schlumberger,1989). Selama beberapa tahun terakhir berbagai model telah dikembangkan


untuk mengakomodasi kehadiran serpih di dalam formasi. Sebagian besar model tersebut
dikembangkan dengan asumsi bahwa serpih hadir di dalam formasi dalam bentuk yang
spesifik (misalnya laminar, struktural, terdispersi). Semua model yang ada dikembangkan
dengan terminologi pasir bersih menurut Archie ditambah dengan terminologi serpih
(Schlumberger,1989).
Dari berbagai model yang dikembangkan, penyelidikan di laboratorium, dan
pengalaman di lapangan, akhirnya ditemukan sebuah persamaan yang dapat digunakan untuk
mengakomodir kehadiran serpih di dalam formasi sebagai berikut:
1/Rt

= [ ( 2 Sw2 ) / a Rw (1-Vsh) ] + [ (Vsh Sw) / Rsh ]

Dalam persamaan ini Rsh merupakan resistivitas dari lapisan serpih yang berdekatan
dan Vsh merupakan fraksi serpih yang didapat dari indikator serpih total (Schlumberger,1989).

Anda mungkin juga menyukai