Anda di halaman 1dari 10

Ketuhanan Dalam Islam

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Kepribadian Agama Islam

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan seizinNya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang diajukan untuk memenuhi mata
kuliah pengembangan kepribadian agama islam.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Sukiyati, S.Ag.
selaku dosen pendidikan agama islam serta dukungan dari teman-teman.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu kami siap menerima kritik dan saran dari teman-teman agar
makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jakarta ,juli 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Menjadikan rahasia spiritual sebagai sesuatu yang sangat gamblang
dan mudah untuk dipahami oleh setiap orang tak terlepas dari background
keagamaanya. Karena bagaimana pun spiritual itu sendiri sesungguhnya
bersifat universal. Begitu kita keluar dari keuniversalan, maka seketika itu
juga kita akan keluar dari tatanan ruang spiritual. Meskipun benar bahwa
setiap agama memiliki kualitas spiritual parsial dalam satu level, namun di
level berikutnya, ia memberikan ruaang yang lebih universal bagi umatnya.
Kehidupan, kematian, makhluk hidup semua itu tak lepas dari sang
pencipta. Lantas siapakah sang pencipta itu, sang pencipta itu adalah yang
maha kuasa, maha besar, dan maha segala-galanya. Dia disembah, diagungagungkan bahkan ada pula yang melukiskannya dan memujanya (yahudi).

Itulah Tuhan, perkembangan manusia mengenal Tuhan sangatlah pesan.


Namun semua itu tak lepas dari sebuah peradaban manusia yang mulai
mempercayai bahwa di dunia ini sesungguhnya ada yang mengatur.
Tuhan dalam Islam adalah Allah SWT. Dia adalah dzat yang kekal
abadi. Dia

pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak (untuk

menciptakan) sesuatu.
I.2. Tujuan
I.2.1. Untuk mengetahui Filsafat Ketuhanan.
I.2.2. Untuk mengenal lebih dekat tentang Tuhan.
I.2.3. Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.
I.2.4. Untuk mengatahui keberadaan Tuhan baik secara ilmiah,
I.2.5.
I.2.6.

keberadaannya di alam, maupun melalui informasi wahyu.


Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT.
Untuk memenuhi tugas makalah Pendidikan Agama Islam.

I.3. Rumusan Masalah


I.3.1. Siapakah Tuhan itu?
I.3.2. Bagaimanakah sejarah pemikiran tentang Tuhan?
I.3.3. Bagaimana pandangan Tuhan menurut agama wahyu?
I.3.4. Bagaimana pembuktian wujud Tuhan secara ilmiah?
I.3.5. Bagaimana pembuktian wujud Tuhan berdasarkan keberadaan di
alam?
I.3.6. Bagaimana pembuktian wujud Tuhan berdasarkan informasi wahyu?
I.4. Manfaat
I.4.1. Memanfaatkan waktu untuk lebih dekat lagi dengan Sang Pencipta.
I.4.2. Memberi dorongan dan motivasi untuk menjadi insan yang baik.
I.4.3. menambah wawasan serta pengetahuan tentang ajaran islam.

BAB II
ISI

II.1. Filsafat ketuhanan


II.1.1. Siapakah tuhan itu ?
Sesungguhnya Tuhan hanya satu. Dalam Islam Tuhan
adalah Allah SWT semata. Sesungguhnya kita tidak mengetahui
sedikitpun tentang Tuhan, meski demikian dalam Al-Quran, Tuhan
menjelaskan sifat-sifat-Nya. Menurut ajaran Islam Tuhan adalah
pencipta segalanya:
Allah pencipta langit dan bumi, dan bila dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya
mengatakan

kepadanya

Jadilah.

Lalu

jadilah

ia

(Al-

Baqoroh:117).
Tuhan juga memiliki semua yang ada baik di bumi, langit,
maupun yang ada di antara keduanya. Tuhan juga telah ada
sebelum segala sesuatu ada (awal). Tuhan juga akan tetap ada,
ketika yang lain telah musnah (akhir), sebagaimana dijelaskan
dalam ayat Al-Quran Surat Al-Hadid:3 :
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang
Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Oleh karena itu, tidak mungkin Tuhan lahir, ketika makhluk
lain sudah ada ataupun meninggal ketika makhluk lain masih ada.
Jika ada, itu tidak lain hanyalah makhluk ciptaan Tuhan belaka.
Menurut Ibnu Taimiyah, ilah adalah Yang dipuja dengan
penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri
dihadapan-Nya, takut dan mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal
pada-Nya, untuk kemashlahatan diri, meminta perlindungan dari

pada-Nya dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat-Nya dan


terpaut cinta kepada-Nya. (M.Imaduddin,1989:56).
II.1.2. Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan
Konsep ketuhanan adalah pemikiran manusia yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah
maupun batiniyah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun
pengalaman batin.
1. Pemikiran Barat
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme,
yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan
yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max
Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson
Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran
tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah :
a) Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah
mengakui

adanya

kekuatan

yang

berpengaruh

dlm

kehidupan.
b) Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitive
juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya.
c) Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi
sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain
kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan
kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya.
d) Henoteisme
Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut
dengan Tuhan. Namun manusia masih mengakui Tuhan
(ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu
bangsa

disebut

Nasional).
e) Monoteisme

dengan

Henoteime

(Tuhan

tingkat

Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu


Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.
Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi
dalam 3 paham yaitu : deisme, panteisme dan teisme.
2. Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu
Kalam, Ilmu Ushuluddin dikalangan umat islam, timbul sejak
wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran
yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di
antara keduanya. Aliran tersebut adalah:
a) Mutazilah yang merupakan kaum rasionalis
dikalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal
pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam
islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan
tidak mukmin. Ia berada dalam posisi mukmin dan
kafir (manzilah bainal manzilatain). Mutazilah lahir sebagai
pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah
pecahan dari Khawarij.
b) Qadariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai
kebebasan dalam berkehendak dan berbuat.
c) Jabariah yg merupakan pecahan dari Murjiah berteori bahwa
manusia tidak mempunyai kemerdekaan dlm berkehendak dan
berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa
oleh Tuhan.
d) Asyariyah dan Maturidiyah yg pendapatnya berada diantar
Qadariah dan Jabariah.
II.2.2. Tuhan menurut agama wahyu
Mengkaji tentang Tuhan hanya didasarkan atas pengamatan
dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar.
Sebab Tuhan adalah sesuatu yang ghaib, sehingga informasi

tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia meskipun


dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran nasional,
tidak akan benar.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
1. Surat Al-Anbiya: 92, surat Hud: 84 dan surat Al-Maidah: 72;
bahwa Allah SWT memperkenalkan diri melalui para nabi dan
rasul.
2. Surat Al-Maidah: 72, surat Ali Imran: 62, surat Shad: 35 dan
65, surat Muhammad: 19; bahwa perbuatan syirik akan
diharamkan oleh Allah masuk surga dan tempat mereka adalah
neraka.
3. Surat Al-Ikhlas: 14, surat Al-Ankabut: 46, Taha: 98 dan Shad:
4; bahwa Allah SWT adalah dzat yang Esa.
II.2. Pembuktian wujud Tuhan
II.2.1. Pembuktian ilmiah
Jika kita mau membuktikan Allah itu ada, maka harus
dibuktikan dulu secara metodeologi ilmiah bahwa agama-agama di
dunia ini benar. Pembuktian secara metodeologi ilmiah ialah
pembuktian berdasarkan data-data yang autentik dan baku, yang
tidak berubah-ubah. Secara ilmiah agama itu dianggap benar kalau
memenuhi minimal 4 syarat:
-Memiliki seorang nabi atau rasul yang mengaku diutus oleh tuhan
Allah.
-Nabinya itu harus mempunyai tanda bukti kenabiannya atau
-

mukjizat.
Nabinya harus membawa kitab suci yang dapat dibuktikan secara
metodeologi ilmiah kebenarannya.
Mempunyai pengikut disepanjang zaman.
Kalau tidak memenuhi 4 syarat ini, maka tidak diakui sebagai
agama yang benar.
Kesimpulannya pembahasan metodeologi ilmiah membuktikan
bahwa semua isi Al-Quran pasti dari Allah. Ini berarti Allah itu
pasti ada, karena semua yang kami kemukakan disini

dengan jelas dalam kitab suci Al-Quran.


II.2.2. Keberadaan alam

tertulis

Pembuktian

wujud Tuhan di alam sangatlah banyak,

meliputi udara, angin, laut, gunung, dan makhluk hidup lainnya


yang berda di alam. Hal itu merupakan bukti dari keberadaan
Tuhan di Alam. Karena makhluk-makhluk itu diciptakan oleh-Nya.
Al Kindi (796-873). Alam ini diciptakan dan pencipanya adalah
Esa. Dari segala bentuk, Dia berbeda dengan alam. Hakikat benda:
1) Hakekat particular aniah (tidak seperti alam)
2) Hakekat universal mahiah (genus/spesies)
II.2.3. Informasi wahyu
1. QS 112 (Al Ikhlas) : 1-4, Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang
Maha Esa, Allah adalah Tuhan, yang bergantung pada-Nya
segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
2. Demi (rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenarbenarnya, dan demi (rombongan) yang melarang (perbuatan
durhaka) dengan sebenar-benarnya, dan demi (rombongan)
yang membacakan pelajaran. Sesungguhnya tuhanmu benarbenar esa, Tuhan langit dan bumi serta apa yang ada diantara
keduanya, dan Tuhan tempat-tempat terbitnya matahari. (QS
Al-Shaffat [37] : 1-5)
3. Engkau sekali-kali tidak akan dapat melihat-Ku. Tetapi
lihatlah ke bukit itu, jika ia tetap di tempatnya (seperti
keadaannya semula), niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala
Tuhannya

tampak

bagi

gunung

itu,

kejadian

tersebut

menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh


pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, Maha
Suci engkau, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku orang yang
pertama (dari kelompok) orang yang beriman (QS Al-Araf [7]
: 143)

BAB IV
ANALISA

IV.1.

Allah itu Maha Esa atau Satu. Tegasnya keesaan Allah itu meliputi tiga
hal:
a. Dia Maha Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari
beberapa zat atau bagian
b. Maha Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat mahlukpun yang
meenyamai-Nya
c. Maha Esa pada afal-Nya berarti hanya Dialah yang membuat semua

perbuatan sesuai dengan firman-Nya


IV.2. Allah itu tempat bergantung semua mahluk
Yang dimaksud dengan Allah itu tempat bergantung semua makhluk yaitu
Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon
IV.3. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dengan demikian Dia
tidak sama dengan mahluk lainnya, Dia berada tidak didahului oleh tidak
ada. Maha Suci Allah dari apa yang tersebut.
IV.4. Dan tak ada seorangpun yang setara dengan Allah tidak ada yang setara dan
sebanding dengan Dia dalam zat, sifat dan perbuatann-Nya.

BAB V
KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.

Allah itu Esa atau Satu


Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
Allah tempat bergantung semua mahluk
Dan tak ada seorangpun yang setara dengan Dia
Pembuktian wujud Allah dapat dilihat dari keberadaannya di alam,
pembuktian ilmiah serta melalui informasi wahyu.

Anda mungkin juga menyukai