TROPISME
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasrnya tropisme terjadi karena adanya pertumbuhan sehingga ada
kemungkinan terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya pada individu tumbuhan tersebut, sehingga menimbulkan
gerak, selain itu pula karena adanya stimulus (rangsangan) yang berupa cahaya,
mekanik dan gravitasi.
Dari keseluruhan respon tumbuhan, foto tropisme dan geotropisme adalah yang
paling banyak diketahui. Gerakan ini dan gerakan tropik yang lain adalah dibawah
kontrol auxin
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
Telah diketahu bahwa optimum konsentrasi IAA untuk perpanjangan sel akar adalah kira-kira
100.000 kali lebih rendah daripada optimum konsentrasi untuk perpanjangan sel-sel batang.
Denga kata lain, konsentrasi IAA yang merangsang pertummbuhan akar . Sebaliknya
konsentrasi IAA yang merangsang pertumbuhan adalah sangat rendah untuk bisa
menghambat pertumbuhan batang maupun untuk merangsangpertumbuhan (Heddy, S. 1986).
Contoh fototropi; ujung batang membengkok menuju ke cahaya. Hal ini dapat keta saksikan
pada tanaman pot yang kita tempatkan dekat jendela atau dibawah tuturan, dimana cahaya
hanya batang satu fihak (Dwijoseputro 1984)
Sisi yang mengarah matahari akan tumbuh lebih cepat dari ujung akar akan tumbuh erah yang
berlawanan dari arah datangnya cahaya, sehingga terjadinya fototropik negatif (Heddy, S.
1986).
Geotropi adalah gerak yang menuju ke pusat bumi; gerak ini dilakukan oleh akar. Gerak
ujung akar kepala itu kita sebut sebagai dia-geotropik atau transfersal-geotropik
(Dwijoseputro 1984). Geotropi adalah gerak akar krena adanya gaya tarik grfitasi bumi
(Prawiroharjo, S. 1991).
Geotropisme negatif dari batang geotropik postif dari akar dapat diterangaka dengan
perpindahan auxin dari pengaruh dari gaya tarik bumiTelah diketahui bahwa jika tumbuhan
diletakkan horisontal. Ujung batang akan tumbuh keatas dan ujung kar tumbuh kebawah.
Respon ini terjadi walaupun ditempat gelap; respon ini tergantung gaya tarik bumi dan bukan
cahaya. Cholodni (1942) dan went (1928) secara terpisah menduga bahwa respon
geotropisme pada batang yang terletak oleh distribusi zat tumbuh (kemudian dikenal dengan
IAA tidak merata pada sisi atas dibandingkan denga sisi bawah dari lubang sisi bawah dari
batang (Heddy, S. 1986)
Teori Cholodni-went tentang geotropisme mengajukan dugaan bahwa auxin dipindahkan dari
belahan atas batang kebelahan bawah bila bila batang diubah dari posisi vertikal (Heddy, S.
1986)
Bila respon akar dan batang tumbuhan yng diletakkan horisontal diperbandinkan akar akan
berinteraksi geotropik positif, sedang batang geotropik negatif. Pada kedua keadaan tersebut,
posisi horisontal mengakibatkan perpindahan IAA kebelahan bawah akar dan batang.
Konsentrasi yang tinggi pada belahan bawah akar menghambat pemanjangan sel, sedangkan
konsentrasi IAA di belahan atas mendorong pemanjangan sel. Hasil akhir dari kedua
pengaruh ini, akar membengkok kebawah. Keadaan sebaliknya terjadi pada batang;
konsentrasi IAA yang tinggi pada belahan bawah batang mendorong pemanjangan sel dan
konsentrasi yang rendah pada belahan atas menurunkan pemanjangan sel (Heddy, S. 1986)
Proporsi zat-zat tubuh yang berbeda mungkin merupakan penyebab insolasi tespon tumbuh
yang berbeda pada akar, batang dan organ-organ lainnya (Heddy, S. 1986)
kedelai
2.
Air
B. Alat
1.
Kaca
2.
Kertas merang
3.
Karet
4.
Baskom
2.
3.
Pasang kecambah kacang hijau pada lempengan kaca yang telah berbalut kertas
merang dengan bantuan karet gelang secara horisontal atau mendatar pada masingmasing ikatan 6 buah kecambah kacang hijau kemudian basahi denga air.
4.
5.
V. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Fototropisme
No
1
2
3
4
5
6
C3
100
50
70
80
120
95
C3
100
90
45
90
90
110
C3
30
70
30
50
50
100
Jalur baah(0)
C1
C2
60
150
50
30
85
90
45
80
40
10
80
140
C3
50
40
50
20
35
75
Tabel 2. Geotropisme
No
1
2
3
4
5
6
VI. PEMBAHASAN
Gerakan tumbuh yang diakibatkan seluruhnya oleh rasangan eksternal disebut tropisme.
Rangsangan yang menghasilkan respon tropik jelas dapat diketahui dan peran spesifik dari
faktor tumbuh dapat diketahui. Tropismedapat dibedakan berdasarkan pada rangsangannya
yaitu fototropisme disebabkan oleh cahaya ; geotropisme dengan rangsangan berupa gaya
tarik bumi (Heddy, S. 1986). Berdasarkan praktikum ini praktikan mengamati fototropisme
dan eotropisme dengan bahan dan alat yang sama.
Pengamatan fototropisme dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur kiri dan jalur kanan dengan
masing-masing 6 kecambah. Kelompok C pembelokan rata-raa sebesar 64,16; Csebesar
35,83; c sebesar 85,8 dengan rata-rata C total sebesar 66,39. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tanaman ini merupakan fototropi positif, disebut fototropi karena sumber
rangsangannya berupa cahaya, dandisebut fototropi positif karena gerak tanaman (batang)
menuju ke cahaya sebagai sumber rangsang kesimpulan ini diperkuat oleh pernyataan
Dwijoseputro (1983). Bahwa jika sumber perangsang itu berupa cahaya , maka gerak
tanaman menuju ke cahaya disebut fototropi positif.
Teori Chlodny-Went tentang fototropisme menetapkan bahwa penyinaran secara sefihak
merangsang penyebaran yang berbeda (diferensial). IAA dalam batang sisi batang yang
disinari, sehingga batang akan membengkak keatas sumber cahaya (Heddy, S. 1986). Hal ini
sesuai dengan hasil penyebaran yang telah dilakukan dan hasil pengamatan yang derajat
pembengkokannya berbeda-beda. Hasil ini juga mendukung pendapat bahwa penyinaran
sefihak mendorong transport letal dari IAA dari ujung koleptil ke belahan koleptil yang gelap.
Pengamatan geotropisme juga dilakukan dengan menggunakan dua jalu yaitu jalur atas dan
jalur bawah dengan mengamati akar kecambah. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan
bahwa pembengkokkannya merupakan geotropisme positif karena semua akarnya menuju
kebawah (grfitasi bumi) sebagai sumber rangsangan. Derajat pembengkokkan jalur atas lebih
kecil dari jalur bawah dengan selisih. 15,84 dan setiap tanaman mempunyai derajat
pembengkokkan yang berbeda-bed antara 10-150. Pembengkokkan ini terjadi karena
Berdasarkan hasil pengamatan fototropisme dan geotropisme memiliki beberapa perbedaan,
baik arah pembengkokannya, maupun derajat pembengkokannya. Hal ini dijelaskan oleh
(Heddy, S. 1986) bahwa bila respon akar dan batang tumbuhan yang diletakkan horisontal
diperbandingkan. Akar akan bereaksi geotropik positif, sedang batang geotropik negatif. Pada
kedua keadaan tersebut posisi horisontal menyebabkan perpindahan IAA ke belahan bawah
akar menghambat pemanjangan sel, sedangkan konsentrasi IAA dibelahan atas mendorong
pemanjangan sel. Hasil akhir dari ke dua pengaruh ini, akar membengkok ke bawah. Keadaan
sebaliknya terjadi pada batang; konsentrasi IAA yang tinggi pada belahan bawah mendorong
pemanjangan sel dan konsentrasi yang rendah pada belahan atas menurunkan pemanjangan
sel.
Selain perbedaan diatas Dwijoseputro (1984) juga ada perbedaan antara sensifitas akan dan
batang terhadap IAA bahwa proporsi zat-zat tumbuh yang berbeda-beda mungkin merupakan
penyebab inisiasi respon tumbuh yang berbeda pada akar, batang dan organ-organ lainnya.
IAA adalah sekitar 10-5M, sau konsentrasi yang sangat mendorong pemanjangan sel.
Konsentrasi IAA dibelah atas batang mungkin menurun menjadi 10-6-10-7M, konsentrasi yang
kurang mendorong pemanjngan sel. Pada keadan tersebut belahan bawah batang tumbuh
lebih lebih cepat dari belahan atas, sehinga batang tumbuh keatas. Ia juga menegaskan bahwa
geotriopisme dan fototropisme tidak hanya disebabkan oleh IAA saja. Telah terbukti pada
beberapa jenis jaringan dan tumbuhan, bahwa auksin pada konsentrasi tinggi mendorong
sintesa etilen. Tambahan pula telah diketahui etilen menghamat pemanjangan sel adalah pada
jangka konsentrasi yang terbentuk pada jaringan tumbuhan yang mengan dung IAA lebuh
tingi dari optimum. IAA dlam sel-sel tersebut mendorong pemanjangan sel, sehingga ujung
batang membengkok ke atas
VII. KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, W. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.
Heddy, Suwasono. 1986. Hormon tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta.
Prawirohartono, S. dkk. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta.