Anda di halaman 1dari 6

PLASENTA PREVIA

Defenisi
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
(Wiknjosostro, 2005)
Etiologi
etiologi tentang mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim tidak dapat
diterangkan dengan jelas. Faktor resiko terjadinya plasenta previa adalah multi paritas
dan pertambahan usia ibu, persalinan sebelumnya dengan seksio sesar atau abortus juga
juga meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa. Singh dkk melaporkan
adanya plasenta previa pada 3,9% wanita hamil dengan riwayat persalinan dengan seksio
sesar pada kehamilan sebelumnya.xx
adanya
Klasifikasi
a. Plasenta Previa otalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan Plasenta
b. Plasenta Previa Parsialis, apabila sebahagian pembukaan tertutup oleh jaringan
Plasenta
c. Plasenta Previa Marginalis, apabila pinggir Plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
d. Plasenta Letak Rendah, Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5
cm, berat rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan Plasenta biasanya di tengah
(insersio sentralis). Bila hubungan agak pinggir (insersio lateralis). Dan bila di pinggir
Plasenta (insersio marginalis), kadang-kadang tali pusat berada di luar Plasenta dan
hubungan dengan Plasenta melalui janin, jika demikian disebut (insersio velmentosa).
Umumnya Plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 10 minggu dengan
ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri.
Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion, amnion
hanya menempel saja.
Pada umumnya di depan atau di belakang dinding uterus agak ke atas ke arah fundus
uteri, plasenta sebenarnya berasal dari sebagian dari janin, di tempat-tempat tertentu pada
implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah
kembali pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena untuk
menampu Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik untuk

pertumbuhan adanya zat penyalur, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu kejanin dan
pembuangan CO2. ng darah yang berasal ruang interviller di atas (marginalis).
Fungsi Plasenta :
a. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin.
b. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme.
c. Sebagai alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2.

d. Sebagai alat pembentuk hormone.


e. Sebagai alat penyalur perbagai antibody ke janin.
Patafisiologi
Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat
segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi
pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek
karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer,
2002
Komplikasi
a. Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
b. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti Asfiksi
berat. ( Mansjoer, 2002)
Gambaran Kinik
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa,
perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan
darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut
otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya

normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak
rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai. ( Wiknjosostro, 1999 : 368
)
G. Diagnosis
a. Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai
dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematokrit.
b. Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul
mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
c. Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum,
adanya plasenta previa harus dicurigai.
d. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara tidak
langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.
Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan
rasa nyeri. (Wiknjosostro, 2005)
e. Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut
plasenta letak rendah.
f. Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu
melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan
yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan
melakukan PDMO sebagai upaya menetukan diagnosis. (Saifudin, 2001)
Penatalaksanaan
A.Terapi Ekspektif
1) Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis Syarat-syarat terapi ekspektif :

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.


Belum ada tanda-tanda in partu.

Keadaan umum ibu cukup baik.

Janin masih hidup.

3) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.

4) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.


5) Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.


Nifedipin 3 x 20 mg perhari.

Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.

6) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.
7) Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium
uteri interim.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dipulang untuk rawat jalan.
B.Terapi Aktif ( tindakan segera ).
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang moturitus janin. Lakukan
PDMO jika :
a. Infus 1 transfusi telah terpasang.
b. Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 gram ) dan inpartu.
c. Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor, seperti anesefali.
d. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (
2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).
C. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa seksio sesarea .
1. Prinsip utama adalah menyelamatkan ibu, walaupun janin meninggal atau tidak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
2. Tujuan seksio sesarea : persalinan dengan segera sehingga uterus segera
berkontraksi dan menghentikan pendarahan, menghindarkan kemungkinan terjadi
robekan pada serviks, jika janin dilahirkan pervagina.
3. Siapkan darah pengganti untuk stabiliasi dan pemulihan kondisi ibu. (Saifuddin,
2001 : 536 )
D. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
1.Analgesia.

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler)
setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan
dengan cara serupa 10 mg morfin.
a. Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.
b. Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
c. Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersamasama dengan pemberian preparat narkotik.
2.Tanda-tanda Vital.
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah
urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
3.Terapi cairan dan Diet.
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine
jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada
hari kedua.
4.Vesika Urinarius dan Usus.
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah
operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan,
pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga..
5.Ambulasi.
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun
dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan
dengan pertolongan.
6.Perawatan Luka.
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa
banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah
hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat
mandi tanpa membahayakan luka insisi.
7.Laboratorium.
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera
di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang
menunjukkan hipovolemia.

8.Perawatan Payudara.
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
9.Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit.
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang
dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya
harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.(Cunningham,
2000)

Anda mungkin juga menyukai