Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pemerintah
pusat/pemda
Loan
Bank
Desain
Special Purpose
Company
Kontruksi
Pemeliharaan
Pelayanan
Publik
Operasional
faktor yang merupakan kesatuan proses dari model PPP yang merupakan pendukung
keberhasilan program PPP, diantaranya adalah:
-
Networking
Cooperation/collaboration
Coordination
Willingness
Trust
Capability
A conductive environment.
Sementara berdasarkan kajian yang pernah dilakukan oleh Pusat Kajian
karena krisis, saat itu Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor
7 Tahun 1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam
Pembangunan dan/atau Pengelolaan Infrastruktur. Namun, upaya ini tidak
membuahkan hasil. Apalagi, kondisi moneter dalam negeri saat itu belum stabil
sehingga terjadi capital flight yang cukup besar.
Hingga pada tahun 2005, Pemerintah mulai serius untuk menerapkan konsep
PPP. Diawali dengan diselenggarakannya Indonesia Infrastructure Summit I pada
pertengahan Januari 2005. Saat itu, ada sebanyak 91 proyek yang ditawarkan
pemerintah kepada investor swasta untuk menjadi proyek kerjasama PemerintahSwasta. Sedangkan pada Indonesia Infrastructure Summit II (Indonesia Infrastructure
Conference and Exhibition 2006) pemerintah menawarkan 111 proyek (termasuk 10
model proyek yang diunggulkan). Ternyata, untuk mengawal proyek-proyek
tersebut supaya layak dikerjasamakan membutuhkan kerja super keras pemerintah.
Banyak hal yang harus diperbaiki atau dibentuk. Secara garis besar, terdapat
tiga hal yang harus segera diselesaikan pemerintah. Pertama, membentuk
kelembagaan
baru
yang
mendukung
pelaksanaan
PPP;
kedua,
melakukan
harmonisasi, reformasi dan revisi terhadap berbagai aturan yang bertentangan dan
yang menghambat masuknya investasi; dan ketiga, meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Untuk tugas pertama, pemerintah telah membentuk apa yang disebut
dengan Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) yang
diketuai oleh Menteri Koordinator Perekonomian pada Mei 2005. Selain KKPPI,
beberapa institusi pendukung dalam rangka PPP juga sedang dan telah dibentuk
seperti :
-
Pada intinya, pelaksanaan PPP akan semakin baik ketika pemerintah mampu
menyediakan iklim kondusif yang mampu mendukung PPP. Situasi yang kondusif
untuk PPP antara lain:
-
Penting bagi semua pihak untuk saling memahami, misi, fungsi dan tugas, hak,
kewajiban masing-masing sebagai pelaku pembangunan.
Keberadaan dan akses data yang relevan, mudah, benar dan konsisten.
Dukungan yang jelas dan benar kepada pemberi keputusan baik tingkat Pusat,
Propinsi ataupun Daerah (Kabupaten/Kota).
Struktur dan tugas tim negoisasi yang jelas dan kemampuan dalam penguasaan
materi bidang Hukum, Teknis dan Keuangan.
Tabel 6.1
Landasan Hukum Pelaksanaan PPP/KPS di Indonesia
Sumber: BAPPENAS, 2013
Peraturan
Terkait NonKPS
Peraturan KPS
Peraturan Lintas
Sektor
Perpres 13/2010
Perpres 67/2005
Perpres 42/2005
(KKPPI)
PMK 38/2006
tentang (dukungan
pemerintah)
Permenko 3/2006
(Tata Cara
Penyusunan Daftar
Prioritas Proyek)
Permenko 4/2006
(Tata Cara Evaluasi
Proyek yang
Membutuhkan duk.
Pem)
Peraturan Sektor
- PP 6/2006
(Pengelolaan BMN/D)
- PP 50/2007 (Tata Cara
Pelaksanaan
Kerjasama Daerah)
- PP 1/2008 (Investasi
Pemerintah)
- PP 38/2007
(Pembagian Urusan
Pemerintahan)
- Perpres 38/2005
diubah oleh perpres
65/2006 dan Per Ka
BPN 3/2007
(Pengadaan Tanah)
- Permendagri 22/2009
(Juknis Tata Cara
Kerjasama Daerah)
Peraturan KPS
Peraturan Lintas
Sektor
Perpres 13/2010
Perpres 67/2005
Perpres 42/2005
(KKPPI)
PMK 38/2006
tentang (dukungan
pemerintah)
Permenko 3/2006
(Tata Cara
Penyusunan Daftar
Prioritas Proyek)
Permenko 4/2006
(Tata Cara Evaluasi
Proyek yang
Membutuhkan duk.
Pem)
Peraturan Sektor
- PP 6/2006
(Pengelolaan BMN/D)
- PP 50/2007 (Tata Cara
Pelaksanaan
Kerjasama Daerah)
- PP 1/2008 (Investasi
Pemerintah)
- PP 38/2007
(Pembagian Urusan
Pemerintahan)
- Perpres 38/2005
diubah oleh perpres
65/2006 dan Per Ka
BPN 3/2007
(Pengadaan Tanah)
- Permendagri 22/2009
(Juknis Tata Cara
Kerjasama Daerah)
Perpres 54/2010
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
Keppres 80/2003
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
UU
17/2003
tentang Keuangan
Negara
UU
25/2007
tentang
Penanaman
Modal
Peraturan
Terkait NonKPS
Perpres 54/2010
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
Keppres 80/2003
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
UU
17/2003
tentang Keuangan
Negara
UU
25/2007
tentang
Penanaman
Modal
Membantu
untuk
menarik
pihak
swasta
yang
lebih
berkualitas
berpengalaman.
-
dan
Meningkatkan
investasi
dalam
proyek
infrastruktur
dan
menciptakan
pertumbuhan ekonomi.
d. Contract Services
- Operations and Maintanance
Mitra publik (pemerintah negara bagian, badan-badan/instansi pemerintah
lokal) melakukan kontrak/perjanjian kerjasama dengan swasta untuk
menyediakan dan/atau memelihara jasa atau layanan tertentu. Berdasarkan
pada pilihan operasi dan pemeliharaan yang telah diberikan kepada swasta,
mitra publik mempertahankan kepemilikan dan seluruh manajemen fasilitas
umum atau sistem.
- Operations, Maintanance, Management
Mitra
publik
melakukan
kontak
kerjasama
dengan
swasta
untuk
risiko tambahan kepada swasta. Selain itu bentuk ini juga dapat mengurangi
konflik karena pembagian tanggung jawab yang jelas dan sederhana.
f.
g.
membangun,
dan
mengoperasikan.
Kepemilikan
fasilitas
dipertahankan untuk sektor publik kecuali jika proyek tersebut berupa design,
build, operate, transfer
atau
panjang dengan pihak swasta atau instansi pemerintah untuk keperluan di luar
Departemen Urusan Veteran.
j.
k. Lease/Purchase
Bentuk kerjasama ini terjadi ketika pemerintah membuat kontrak dengan swasta
untuk merancang dan membiayai serta membangun prasarana
publik, tetapi
setelah selesai dibangun prasarana tersebut menjadi milik pemerintah. Lalu pihak
swasta tersebut menyewa prasarana tersebut kepada pemerintah untuk
dioperasikan dalam periode waktu tersebut sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan
perjanjian ini pengoperasian fasilitas dapat dilakukan oleh kedua belah pihak
(pemerintah-swasta) selama masa sewa. Lease/purchase sudah digunakan pada
General Service Administration pada pembangunan gedung kantor pemerintah
negara bagian dan pembangun gedung-gedung penjara di Amerika Serikat.
l.
Sale/Leaseback
Sale/leaseback merupakan bentuk kerjasama pengaturan keuangan dimana
pemilik fasilitas menjual kepada pihak lain, dan setelah itu menyewa kembali dari
pemilik baru tersebut. Baik pemerintah maupun swasta dibolehkan ikut masuk
didalam pengaturan sale/leaseback meskipun dengan banyak pertimbangan.
Inovasi penggunaan bentuk kerjasama ini adalah penjualan fasilitas umum kepada
sektor publik atau perusahaan swasta dengan pertimbangan pembatasan
kewajiban dari pemerintah. Berdasarkan dari kesepakatan tersebut, pemerintah
yang menjual fasilitas menyewanya kembali dan melanjutkan pengoperasiannya.
kepemilikan
aset
maka
akan
semakin
menarik
minat
mereka
Durasi kerjasama
Durasi kerjasama merupakan kriteria yang berkaitan dengan jangka waktu
kerjasama yang disepakati. Semakin lama jangka waktu kerjasama akan
memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembalian. Durasi kerjasama
dapat dibedakan menjadi jangka pendek, jangka menengah, atau jangka
Dari keseluruhan bentuk kerjasama PPP diatas, tidak semua bentuk kerjasama
dilakukan di Indonesia, berikut adalah kerjasama yang dilakukan di Indonesia:
a.
e.
pada
pembangunan
infrastruktur
yang
ditangani
oleh
pemerintah
pusat.Persiapan yang perlu dilakukan dalam proses PPP biasanya meliputi Pra Sudi
Kelayakan, Desain Awal, AMDAL, Sosialisasi, Kelayakan Keuangan, Pengadaan/
Pelelangan. Sedangkan kriteria yang dipergunakan dalam proses pengadaan/tender
adalah: biaya, tarif, desain, dan proses pemeliharaan. Setelah infrastruktur tersebut
terbangun, kinerja dari KPS ini pun bisa dilihat berdasarkan: (1) revenue atau
pendapatan yang diperoleh, (2) efisiensi yang dihasilkan, (3) penanganan resiko, dan
(4) inovasi yang dihasilkan.
7. Syarat Proyek PPP
Agar suatu proyek dapat dibiayai oleh PPP, proyek yang dibiayai oleh kerjasama
Pemerintah dan Swasta, maka proyek tersebut harus merupakan proyek seperti yang
tercantum pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010
Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang
Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur,
seperti dibawah ini
-
- Infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan
transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum.
- Infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan
pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang meliputi pengangkut
dan tempat pembuangan.
- Infrastruktur telekomunikasi dan informatika, meliputi jaringan telekomunikasi dan
infrastruktur e-government.
- Infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, termasuk pengembangan tenaga
listrik yang berasal dari panas bumi, transmisi, atau distribusi tenaga listrik.
- Infrastruktur minyak dan gas bumi, meliputi transmisi dan/atau distribusi minyak dan
gas bumi.
Infrastruktur-infrastruktur tersebut, dikerjasamakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di sektor bersangkutan. Syarat lainnya agar PPP dapat terlaksana
yaitu, dari segi ekonomis semua pihak (pemerintah dan swasta) memperoleh keuntungan.