PENDAHULUAN
Modul ini berisikan tentang teori-teori peledakan yang terdiri atas 3 (tiga)
pembelajaran, yaitu pembelajaran tentang energi peledakan, perambatan energi
pada massa batuan, dan fenomena peledakan batuan.
Pembelajaran 1 membahas tentang energi-energi yang terjadi pada suatu
peledakan yang berisikan tujuan khusus, energi yang terpakai (work energy) yang
terdiri dari energi kejut (shock energy) dan energi gas (gas energy), serta energi
yang terbuang (waste energy) yang meliputi energi panas, energi sinar, energi
suara, dan energi seismik.
Pembelajaran 2 membahas tentang perambatan energi pada massa batuan yang
meliputi tujuan khusus, perambatan energi pada medium tak terhingga, dan
perambatan energi pada medium terhingga.
Sedangkan pada pembelajaran 3 membahas tentang fenomena yang terjadi pada
peledakan batuan yang meliputi tujuan khusus, mekanisme pecahnya batuan
berupa teori refleksi, teori ekspansi gas, frexural rupture, gelombang stress, teori
torque, dan teori kawah (crater). Pembelajaran ini juga membahas materi
pembebanan dinamis, semi statis, dan pelepasan beban, serta membahas
peranan bidang bebas dalam proses peledakan batuan. Pada tiap akhir
pembelajaran ini juga terdapat rangkuman, evaluasi untuk latihan, dan cara
penilaiannya.
Pada bagian pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan
umum, standar kompetensi dan kriteria unjuk kerja, sasaran, prasyarat mata
diklat, serta petunjuk penggunaan modul dan pedoman penilaian.
A. Latar Belakang
Modul ini diharapkan akan memberikan suatu pendekatan yang sistematis dan
luas untuk memahami dan melaksanakan teknik dan prosedur peledakan untuk
bahan galian di lapangan dengan mengacu pada teori peledakan. Untuk dapat
melaksanakan semua ini agar sesuai dengan rencana, maka perlu adanya suatu
pendidikan dan pelatihan agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Teori peledakan ini
merupakan salah satu modul bahan ajar untuk Diklat Pengelola Peledakan Bahan
Galian, dimana di dalamnya membahas
fenomena yang akan terjadi bila dilakukan suatu proses peledakan bahan galian
di lapangan agar dapat segera di atasi atau ditanggulangi terutama bila terjadi halhal yang tidak diinginkan.
B. Tujuan Umum
Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta akan
mengenal dan
memahami teori-teori energi baik yang bermanfaat maupun tidak yang ditimbulkan
akibat peledakan, baik terhadap lingkungan kerja maupun pada batuan yang
diledakkan itu sendiri.
Elemen kompetensi
1
Menentukan konfigurasi
peledakan tunda
D. Sasaran
Modul ini diperuntukan untuk Pengelola Peledakan Bahan Galian, yaitu orang
yang melakukan pengawasan rutinnya untuk pekerjaan peledakan pada aktivitas
penambangan.
2.
3.
F.
Petunjuk penggunaan modul yang dipersiapkan dalam unit ini tidaklah bersifat
wajib namun digunakan sebagai pedoman atau panduan.
1.
2.
3.
Pahami tujuan khusus yang ada pada tiap pembelajaran di dalam modul.
4.
5.
Cobalah sendiri mengerjakan soal latihan yang tertera pada akhir tiap
pembelajaran.
6.
G. Pedoman Penilaian
Penilaian untuk modul ini dilaksanakan dengan ujian teori dan praktik yang
mempunyai bobot penilaian yang sama, yaitu masing-masing 50%. Soal teori bisa
berbentuk pilihan ganda, sebab akibat, pernyataan, dan pilihan dengan jawaban
YA atau TIDAK atau kombinasi dari tipe soal tersebut. Sedangkan soal praktik bisa
berbentuk essay, demonstrasi, kasus, atau proyek. Untuk memperoleh hasil yang
memuaskan, khususnya soal praktik, hendaknya Saudara melatih diri dengan
mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada setiap pembelajaran.
= baik sekali
75% - 84%
= baik
60% - 74%
= cukup
59%
= kurang
Nilai lulus (passing grade) apabila Saudara mampu meraih nilai minimal 80,
klasifikasi baik sekali.
Pembelajaran
B. Uraian Materi
1.
Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan, atau kejutan (shock) secara cepat
dengan sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic decomposition).
Penguraian ini menghasilkan produk yang lebih stabil, umumnya berupa gas-gas
bertekanan tinggi yang mengembang pada suhu tinggi akibat panas yang
dihasilkan dari reaksi eksothermis. Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan
peledak terutama tergantung pada jumlah panas yang dihasilkan selama
peledakan.
Terdapat dua macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia,
yaitu:
a.
Detonasi (detonation)
Detonasi merupakan proses penyebaran atau propagasi gelombang kejut
(shock wave) melalui kolom bahan peledak yang diikuti oleh yang menambah
energi
untuk
memacu
penyebaran
gelombang
kejut,
disusul
oleh
pembentukan gas dalam waktu sangat singkat. Reaksi kimia yang terjadi
pada bahan peledak dengan kecepatan reaksi yang lebih tinggi dibanding
kecepatan suara dan menyebabkan shattering effects.
Modul Teori Peledakan
b.
Deflagrasi (deflagration)
Merupakan reaksi pembakaran yang berlangsung secara amat cepat
(berkecepatan tinggi), sehingga mengakibatkan pembentukan gas-gas dan
meningkatnya tekanan selama proses pembakaran berlangsung. Ekspansi
tekanan ini menghasilkan efek pengangkatan (heaving effect), yang besarnya
sebanding dengan proses pembakaran yang terjadi. Reaksi deflagrasi ini
merupakan ciri bahan peledak lemah (low explosive).
Energi bahan peledak ditimbulkan karena adanya reaksi eksotermis pada saat
terjadi reaksi kimia antara bahan-bahan penyusun bahan peledak menjadi gasgas dalam waktu yang sangat singkat melalui penyalaan oleh suatu inisiator
(primer). Energi yang dilepaskan tersebut tidak dapat terkonsentrasi sepenuhnya
untuk menghancurkan massa batuan (membentuk fragmentasi), tetapi terbagi
dalam beberapa jenis energi yang terdistribusi menjadi dua bagian besar, yaitu
energi terpakai (work energy) dan energi tak terpakai (waste energy) (lihat
Gambar 1.1). Energi terpakai maksudnya adalah energi yang menimbulkan
tenaga untuk menghancurkan batuan pada proses peledakan, sedangkan energi
tak terpakai adalah energi yang tidak berperan secara langsung dalam proses
penghancuran batuan, bahkan dalam kondisi tertentu terkonversi menjadi energi
yang merugikan operasional peledakan serta lingkungan di sekitar peledakan.
ENERGI PELEDAKAN
(EXPLOSIVE ENERGY)
ENERGI TERPAKAI
(WORK ENERGY)
ENERGI KEJUT
(SHOCK ENERGY)
ENERGI GAS
(GAS ENERGY)
ENERGI PANAS
(HEAT ENERGY)
ENERGI SINAR
(LIGHT ENERGY)
ENERGI SUARA
(SOUND ENERGY)
ENERGI SEISMIK
(SEISMIC ENERGY)
2.
Terdapat dua jenis produk energi terpakai, yaitu energi kejut dan energi gas.
Ditinjau dari aspek pemanfaatannya, bahan peledak yang memiliki enegi kejut
yang tinggi dapat diterapkan dalam proses peledakan bongkah batu (boulder)
dengan metode mud capping boulders yang disebut juga plaster shooting atau
untuk proses peruntuhan bangunan (demolition). Dengan demikian energi kejut
secara efektif akan terlihat pada peledakan dengan menggunakan metode
external charge atau muatan di luar lubang tembak. Sedangkan pada kolom
lubang ledak dengan bahan peledak didalamnya disumbat atau dikurung rapat
oleh material penyumbat (stemming), maka digunakan bahan peledak yang
memiliki energi gas yang tinggi.
Ditinjau dari aspek reaksinya, dapat dilihat dari sifat reaksi bahan peledak lemah
(low explosives) dan bahan peledak kuat (high explosives). Reaksi bahan peledak
lemah adalah deflagrasi atau rambatan pembakaran secara cepat dengan
kecepatan rambat antara 600 - 1200 m/s (2000 4000 f/s). Bahan peledak ini
tidak menghasilkan energi kejut, tetapi hanya menghasilkan tenaga dari rambatan
ekspansi gas, contohnya adalah black powder yang merupakan campuran antara
potasium nitrat atau sodium nitrat, sulphur, dan charcoal. Sementara reaksi bahan
peledak kuat adalah detonasi atau meledak dan menghasilkan tenaga dalam
bentuk tekanan kejut maupun tekanan dari ekspansi gas. Gambar 1.2
memperlihatkan perbedaan prilaku reaksi peledakan cartridge bahan peledak
lemah dan kuat.
Batas reaksi
Batas reaksi
Energi kejut
Tekanan
Tekanan
Energi gas
Energi gas
Gambar 1.2. Perilaku reaksi peledakan bahan peledak lemah dan kuat
Modul Teori Peledakan
Pada Gambar 1.2.a terlihat diagram profil tekanan hasil reaksi peledakan bahan
peledak lemah. Setelah sebagian cartridge meledak atau bereaksi, akan terbentuk
profile tekanan maksimum yang konstan sampai garis batas antara bagian
cartridge yang telah bereaksi dan yang belum terganggu. Peristiwa ini
membuktikan bahwa peledakan bahan peledak lemah hanya menghasilkan
tekanan gas selama proses reaksi pembakaran. Energi gas pada saat proses
peledakan atau pembakaran (deflagrasi) lebih besar dibanding dengan energi gas
yang dilepaskan.
Sementara hasil reaksi pada peledakan bahan peledak kuat memperlihatkan
perilaku tekanan yang sangat berbeda dengan bahan peledak lemah (lihat
Gambar 1.2.b). Pada garis batas reaksi terlihat profil tekanan kejut sebelum energi
gas dilepaskan. Energi kejut umumnya menghasilkan tekanan yang lebih besar
dibanding tekanan gas, tetapi hanya terjadi dalam waktu yang singkat, jadi
peristiwa reaksi peledakan pada bahan peledak kuat diawali oleh terbentuknya
energi kejut yang tinggi dalam waktu sangat singkat, setelah itu diikuti oleh
pelepasan energi gas. Tekanan kejut merupakan tekanan yang bersifat sementara
(transient) yang terjadi saat ledakan berlangsung dan besar tekanan ini
diperkirakan 15% dari total energi terpakai, sedangkan 85% lagi merupakan
tekanan gas. Energi gas menghasilkan gaya tekanan konstan hingga batas bahan
peledak di dalam kolom lubang ledak, sampai kemudian lubang ledak hancur.
3.
Energi kejut adalah energi yang ditransmisikan terhadap batuan sebagai akibat
dari tekanan detonasi bahan peledak. Tekanan detonasi adalah fungsi dari
densitas bahan peledak kali kuadrat kecepatan reaksi bahan peledak yang
hasilnya merupakan energi kinetik. Tekanan detonasi atau tekanan ledak dibentuk
oleh rambatan atau propagasi gelombang detonasi sepanjang kolom bahan
peledak.
Cukup sulit untuk merumuskan besarnya tekanan detonasi karena adanya
perbedaan simbul matematis yang pada akhirnya terjadi perbedaan jawaban.
Namun demikian, besar tekanan detonasi akibat reaksi kimia dalam proses
peladakan dapat diestimasi menggunakan persamaan:
Modul Teori Peledakan
4,18 x 10 7 x SGe x Ve
(1 0,8 SGe)
(1.1)
Di mana: P
= tekanan detonasi, kbar (1 Kbar = 14,504 psi = 1,02 kg/cm 2 )
SGe = berat jenis bahan peledak
Ve = kecepatan detonasi, ft/sec
Tekanan detonasi maksimum terjadi pada arah aliran gelombang kejut dan pada
bahan peledak cartridge dimana posisi tekanannya berlawanan arah dengan arah
inisiasi peledakan. Pada bagian sisi cartridge, tekanan detonasi mendekati nol
sepanjang gelombang detonasi tidak melebihi bagian ujung cartridge. Untuk
mendapatkan efek tekanan detonasi maksimum dari bahan peledak (cartridge),
maka inisiasi bahan peledak sebaiknya dilakukan pada salah satu ujung yang
berlawanan arah terhadap bagian ujung lain yang kontak dengan material atau
batuan (Gambar 1.3.b). Permukaan material yang sejajar dengan bagian sisi
cartridge akan menerima efek tekanan detonasi kecil (Gambar 1.3.a), namun
demikian, material akan hancur karena dampak yang disebabkan oleh ekspansi
gas secara radial setelah gelombang detonasi berlangsung.
Detonator
Cartridge dengan bagian sisi
sejajar permukaan batu
Lumpur
(plaster)
Boulder
(a)
detonator
Lumpur
(plaster)
Boulder
(b)
Untuk
memaksimalkan
penggunaan
tekanan
detonasi
diperlukan
juga
Energi gas hasil proses peledakan adalah tekanan dari ekspansi gas yang
menerobos dinding lubang ledak setelah reaksi kimia peledakan selesai. Energi
gas yang dilepaskan selama proses detonasi tersebut merupakan penyebab
utama pecahnya batuan. Tekanan gas, disebut juga dengan tekanan ledak,
dipengaruhi oleh temperatur reaksi dan volume gas yang dibebaskan pada saat
terjadinya reaksi yang besarnya diperkirakan satu setengah kali tekanan detonasi.
Besarnya tekanan ledakan berhubungan langsung dengan volume gas per unit
berat bahan peledak dan besarnya jumlah panas yang dikeluarkan selama proses
reaksi kimia berlangsung. Semakin tinggi temperatur reaksinya pada keadaan
volume gas yang konstan, maka akan semakin tinggi tekanan gasnya. Semakin
banyak volume gas yang dikeluarkan pada temperatur yang sama, maka
tekanannya akan semakin meningkat. Tekanan ledak dapat diukur melalui uji
ledakan bawah air atau underwater test.
5.
Kelompok energi tidak terpakai terbentuk oleh adanya deformasi elastis dan
plastis batuan dari energi peledakan. Energi peledakan yang mengakibatkan
terjadinya deformasi elastis akan menghasilkan gelombang regangan, disebut
juga stress waves atau body waves, yang bergerak melalui massa batuan dan
dapat menyebabkan retakan lanjutan akibat pantulan energi dari bidang
diskontinuitas. Deformasi elastis juga menyebabkan gelombang seismik yang
cukup mengganggu, karena gelombang seismik ini pada tingkatan tertentu akan
dapat merusak bangunan dan mengganggu manusia.
6.
Reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak bersifat eksotermis, yaitu suatu
reaksi yang menghasilkan panas. Pada peledakan dengan reaksi kimia yang
menghasilkan zero oxygen balance akan diperoleh temperatur panas sebesar
2980 K pada tekanan 760 mm Hg.
7.
Energi sinar merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari reaksi kimia bahan
peledak pada saat inisiasi atau penyalaan (diledakkan). Kontribusi energi untuk
menimbulkan kilatan sinar ini relatif kecil dan cahaya yang dihasilkan tidak
membahayakan.
8.
Suara peledakan mewakili energi tak terpakai yang mirip dengan energi seismik
karena energi ini tidak dapat memecah batuan. Dari bentuk fisiknya, atmosfer
merupakan fluida yang tetap bertahan pada perubahan volume, namun tidak
tahan pada perubahan bentuk. Gelombang suara mempunyai elastisitas volume
tetapi tidak mempunyai elastisitas memotong. Karena itu semua jenis fluida,
termasuk udara, merupakan media transmisi untuk gelombang datar atau tekan
(compressional waves) dan tidak untuk gelombang tegak (shear waves) yang
bersifat naik turun (lihat Gambar 1.4).
Arah gelombang
Arah gelombang
batuan terpecah dan tekanan gas dalam lubang ledak terlepas ke udara
bebas/atmosfer;
(2)
penyumbat bahan peledak terlepas (3) permukaan batuan bergeser, dan (4)
pada saat terjadi pergeseran di sekitar lubang ledak. Salah satu atau semua
keadaan tersebut dapat terjadi saat peledakan berlangsung.
9.
seimbang
akan
menghasilkan
energi
peledakan
maksimum
dan
Perhitungan energi
Untuk mengestimasi energi yang dilepaskan dari hasil peledakan harus dianggap
bahwa energi tersebut sepenuhnya diperoleh dari hasil reaksi peledakan tersebut
dan tidak terdapat energi tambahan dari luar. Reaksi setiap unsur pembentuk
bahan peledak juga diasumsikan merupakan reaksi yang ideal. Karena tekanan
merupakan fungsi langsung dari jumlah molekul dan temperatur gas, maka energi
potensial peledakan berhubungan langsung juga dengan jumlah panas yang
dilepaskan (Qe).
Panas yang dilepaskan adalah perbedaan antara total panas formasi produk atau
hasil reaksi (Qp) dengan total panas formasi reaktan (Qr), jadi:
Qe Q p Qr
Dimana:
(1.2)
Qe
panas ledakan
Qp
Qr
Formasi panas beberapa unsur dan senyawa kimia terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Formasi panas beberapa senyawa kimia
SENYAWA
RUMUS
BERAT
MOLEKUL
Qp atau Qr,
Kcal/Mol
Corundum
AL2O3
102.0
-399.1
Fuel Oil
CH2
14.0
-7.0
Nitromethane
CH3O2N
61.0
-21.3
Nitroglycerin
C3H5O9N3
227.1
-82.7
PETN
C5H8O12N4
316.1
-123.0
TNT
C7H5O6N3
227.1
-13.0
Carbon monoxide
CO
28.0
-26.4
Carbon dioxide
CO2
44.0
-94.1
Water
H2O
18.0
-57.8
Ammonium Nitrate
N2H4O3
80.1
-87.3
Aluminium
AL
27.0
0.0
Carbon
12.0
0.0
Nitrogen
N2
14.0
0.0
Nitrogen oxide
NO
30.0
21.6
Nitrogen dioxide
NO2
46.0
8.1
Contoh 1:
= Reaktan
3(-87,3) + (-7)
-268,9 Kcal
= Qr
= Produkta
= Qp
Qp Qr
= Qe (Panas peledakan)
-498,7 (-268,9)
= -229,8 Kcal = Qe
Contoh 2 :
= Reaktan
6(-87,3) + (-7)
-530.8 Kcal
= Qr
= Produkta
= Qp
Qp Qr
= Qe (Panas peledakan)
-815,8 (-530.8)
= -285 Kcal = Qe
Modul Teori Peledakan 16
h
2
( 1.3)
Apabila hasil perhitungan persamaan (1.3) negatif, maka bahan peledak
kekurangan oksigen untuk menyelesaikan reaksi pembakaran atau detonasinya
dan tergolong underoxidized. Apabila O pada suatu bahan peledak lebih besar
dibanding (2c + h/2), perhitungannya akan positif. Artinya pada reaksi tersebut
tersedia lebih dari cukup atom oksigen untuk proses pembakaran atau detonasi
dan bahan peledak tergolong overoxidized.
Keseimbangan oksigen (OB) dihitung berdasarkan prosen berat oksigen
dibanding dengan berat molekul bahan peledak dikalikan [o (2c + h/2)]. Jadi
rumus umumnya dapat dituliskan sebagai berikut:
OB
100 BAO
o (2c h/2)
BM exp
(1.4)
1600
o (2c h/2)
BM exp
(1.5)
Untuk menghitung berat molekul bahan peledak CHNO perlu diketahui berat atom
masing-masing
unsur
atau
elemen
dikalikan
jumlah
atomnya.
Dengan
menggunakan Tabel 1.2 dapat dihitung berat molekul bahan peledak secara
umum, yaitu:
BM exp 12,01 c 1,008 h 14,008 n 16 o
(1.6)
Simbol
Berat Atom
Karbon
12,010
Hidrogen
1,008
Nitrogen
14,008
Oksigen
16,000
Kalsium
Ca
10,060
Hg
200,610
Alumunium
AL
27,000
Natrium
Na
20,000
Timbal
Pb
207,210
C2H4N2O6 ;
jadi c = 2, h = 4, n = 2, dan o = 6
1600
4
(6 ( 2(2) ) 0%
152,068
2
(2). Nitroglycerin:
C3H5N3O9 ;
jadi c = 3, h = 5, n = 3, dan o = 9
1600
5
(9 ( 2 (3) ) 3,51
227,094
2
C3H6N6O6 ;
jadi c = 3, h = 6, n = 6, dan o = 6
1600
6
(6 (2 (3) ) 21,61
222,126
2
C7H5N3O6 ;
jadi c = 7, h = 5, n = 3, dan o = 6
1600
5
(6 (2 (7) ) 73,97
227,134
2
Untuk mengukur OB campuran beberapa bahan peledak atau kandungan elemenelemen tambahan yang memiliki gaya gabung (afinitas) terhadap oksigen, maka o
pada persamaan (1.3), harus dikoreksi menjadi sebagai berikut:
OB o oNa/2 oCa .... dan lain lain 2c h/2
(1.7)
berat atom (gram atom) setiap elemen per satuan berat. Tabel 1.3 memperlihatkan data gram atom elemen pembentuk beberapa bahan peledak per 100 gram.
Berikut ini diberikan beberapa contoh perhitungan berat (gram) atom untuk
elemen pembentuk bahan peledak.
(1). Nitroglycerin:
C3H5(ONO2)3 ;
jadi c = 3, h = 5, n = 3, dan o = 9
Gram atom C
Gram atom H
Gram atom N
Gram atom O
=
=
=
=
3/227,094 x 100 =
5/227,094 x 100 =
3/227,094 x 100 =
9/227,094 x 100 =
C = 1,32 x 12,01
H = 2,20 x 1,008
N = 1,32 x 14,008
O = 3,96 x 16,00
jadi h = 4, n = 2, dan o = 3
Hg(CNO)2 ;
jadi c = 2, n = 2, o = 2, dan hg = 1
Jumlah gram untuk masing-masing elemen per 100 gram senyawa mercury
fulminate atau prosentase komposisi adalah:
C = 0,70 x 12,01
N = 0,70 x 14,008
O = 0,70 x 16,00
Hg = 0,35 x 200,61
Nitroglycerin
Ethylene glycol dinitrate
Nitrocellulose (11,05% N2)
Trinitrotoluene (TNT)
Dinitrotoluene (DNT)
Lead Azide
Mercury fulminate
SG pulp
X pulp
Paraffin (FO)
Cellulose
Ammonium Nitrate
Sodium Nitrate
Calcium Carbonate
Tetryl
PETN
Pieric Acid
RDX
Berat
Molekul
227,1
152,0
297,1
227,1
182,1
291,3
284,7
162,2
Formula
14,0
C3H5(ONO2)3
C2H4(NO3)2
C6H7(NO3)3O2
C6H2CH3(NO2)3
C7N2O4H6
Pb(N3)2
Hg(CNO)2
C6H10O5
C6H10O5
CH2
80,1
85,0
100,0
287,2
316,1
229,0
222,1
NH4NO3
NaNO3
CaCO3
CH3N(NO2)4
C(CH2NO3)4
C6H2(NO2)3OH
(CH2)3(NO2)3N3
1,32
1,32
2,39
3,08
3,84
-0,70
4,17
4,05
7,10
3,71
--1,00
0,35
1,56
2,62
1,35
2,20
2,63
3,19
2,20
3,29
Pb = 0,34
Hg = 0,35
6,30
5,85
14,60
6,18
5,00
Na = 1,18
Ca = 1,00
1,05
2,53
1,31
2,70
1,32
1,32
3,57
1,32
1,10
2,06
0,70
----2,50
1,18
-1,74
1,27
1,31
2,70
O
3,95
3,95
0,79
2,64
2,20
-0,70
2,14
2,80
-3,09
3,75
3,53
3,00
2,78
3,80
3,06
2,70
= 18%
3%
= 55%
= 10%
Modul Teori Peledakan 21
= 12%
= 2%
=
Jadi 18% (atau gram) NG dalam 100 gram campuran terdapat elemen hidrogen
(H) sebanyak 0,18 x 2,20 = 0,396 gram atom. Dengan cara yang sama jumlah
gram atom setiap elemen dalam setiap bahan pembentuk campuran bahan
peledak baru dapat ditabelkan (lihat contoh Tabel 1.4).
Tabel 1.4. Contoh analisis gram atom/100 gram campuran pembentuk bahan
peledak
Bahan
NG
TNT
AN
SN
SG
CC
Total
oCa
oNa
18
3
55
10
12
2
100
0,238
0,093
--0,500
0,020
0,851
0,396
0,066
2,748
-0,756
-3,966
0,238
0,040
1,374
0,118
--1,770
0,713
0,079
2,061
0,353
0,257
0,060
3,523
-----0,020
0,020
---0,118
--0,118
NG = C3H5(NO3)3
SG = C6H10O5
c CO2 + d H2O + e N2
AN
FO
Total
X
Y
1,00
-7,10 Y
7,10 Y
5,00 X
14,80 Y
(5,00X + 14,80Y)
2,50 X
-2,50 X
3,75 X
-3,75 X
Karena pada senyawa reaktan tidak terdapat unsur natrium dan kalsium, maka
dapat digunakan persamaan (1.3) untuk menghitung zero oxygen balance.
OB = o 2c h
OB = 3,75X 2(7,10Y) (5,00X + 14,80Y) = 0
1,25 X = 21,60 Y
Modul Teori Peledakan 23
X = 17,30 Y
Apabila X + Y = 1, maka 17,3 Y + Y = 1
Y = FO = 0,055 ( 5,5%)
X = AN = 0,945 (94,5%)
Dengan demikian mencampur ammonium nitrat 94,5% dengan fuel oil (misalnya
solar) 5,5% akan diperoleh reaksi oksidasi yang seimbang dan dapat diharapkan
zero oxygen balance.
C. Rangkuman
1.
2.
3.
Energi terpakai menhasilkan energi kejut (shock energy) dan energi gas (gas
energy). Bahan peledak lemah umumnya hanya memproduksi energi gas
selama proses peledakan, sedangkan bahan peledak kuat memproduksi
keduanya dengan perbandingan antara energi gas dan energi kejut 85 %
berbanding 15% .
4.
5.
Energi gas adalah tekanan dari ekspansi gas yang menerobos dinding lubang
ledak setelah reaksi kimia peledakan selesai. Energi gas yang dilepaskan
selama proses detonasi tersebut sebagai penyebab utama pecahnya batuan.
Modul Teori Peledakan 24
6.
Diantara jenis energi tak terpakai yang paling menganggu manusia adalah
energi suara dan seismik.
7.
8.
Terdapat dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body waves)
yang merambat di dalam tubuh massa batuan dan gelombang permukaan
(surface
waves)
yang
merambat
sepanjang
permukaan.
Umumnya
gelombang permukaan memiliki energi yang lebih besar, lebih lambat dan
menghasilkan pergerakan yang lebih besar.
9.
10. Panas yang dilepaskan (Qe) adalah perbedaan antara total panas formasi
produk atau hasil reaksi (Qp) dengan total panas formasi reaktan(Qr), jadi:
Qe Q p Q r
11. Keseimbangan oksigen reaksi peledakan (OB) diukur oleh tingkat kecukupan
unsur oksigen di dalam campuran bahan peledak, rumus umumnya:
OB o 2c h/2
Bila OB negatif, maka bahan peledak kekurangan oksigen atau underoxidize, sebaliknya bila OB positif pada reaksi tersebut tersedia lebih dari
cukup atom oksigen dan disebut overoxidized. Reaksi ideal apabila OB = 0
yang disebut keseimbangan oksigen nol atau zero oxygen balance.
D. Tes Formatif
1.
Ada 2 (dua) macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak
kimia, sebutkan dan jelaskan maksudnya?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
= 100%
2)
Pembelajaran
A.
B.
Uraian Materi
1.
d. Arah tegangan geser bertanda positif pada suatu bidang adalah menuju titik
pusat koordinat apabila garis normal ke arah bidang tersebut menuju ke titik
pusat koordinat.
Berikut ini adalah gambaran tentang pemberian tanda yang berkaitan dengan
tegangan atau stress, regangan (strain), pergeseran (displacement), dan
keseimbangan gaya pada suatu medium (lihat Gambar 2.1).
(a) Hubungan tegangan-ekspansi digambarkan menjauhi titik pusat koordinat
sumbu dan ditentukan sebagai berikut:
t x ( xx x xy y xz z ) ;
t z ( xz x yz y zz z )
t y ( xy x yy y zy z )
z
yy
zz
zx
xx
yz
yy
zy
yx
xy
xy
xz
x
Dua dimensi
xx
Tiga dimensi
Gambar 2.1. Sistem tegangan relatif yang bekerja pada sumbu Cartesian
xx
u x
x
xy
u y
x
u x
;
y
dst.
xx xy xz
X 0 ; dst
x
y
z
2.
Perhatikan elemen kecil dari medium yang berbentuk kubus dan sistem gaya-gaya
yang bekerja pada sisi-sisinya (lihat Gambar 2.2). Dengan penjumlahan gayagaya yang bekerja pada arah 3 sumbu (X, Y dan Z) akan diperoleh sebagai
berikut:
(a) Ke arah sumbu X :
( xx
( xz
atau,
xy
xx
dx) dydz xx dydz ( xy
dy) dxdz xy dxdz
x
y
xz
dz) dxdy xz dxdy X dxdydz
z
xx xy xz
X
x
y
z
(2.1)
Bila komponen gaya x pada medium adalah X per unit volume, maka dengan
menggunakan tegangan atau gaya dAlembert ux yang arahnya kebalikan
gaya x (Gambar 2.2), akan diperoleh persamaan keseimbangan tegangan ke
arah sumbu X sbb:
X u x
2u x
dt 2
(2.2)
2
x
y
z
dt
(2.3.a)
xz
xz
dz
z
xx
dz
xy
xy
X
xx
xx
dx
x
u x
X
xy
y
dy
xz
dx
dy
Gambar 2.2. Sistem tegangan yang bekerja pada satu unit kubus
(b) Ke arah sumbu Y dan Z :
Selanjutnya dengan menggunakan cara yang sama dengan penyelesaian
terhadap sumbu X di atas akan diperoleh gaya-gaya yang bekerja melalui
sumbu Y dan Z yang hasilnya terlihat pada persamaan (2.3.b) dan (2.3.c).
xy
x
yy
y
yz
z
2u y
dt
(2.3.b)
xz yz zz
2u
2z
x
y
z
dt
(2.3.c)
Pada medium yang bersifat elastis dan isotropis berlaku hukum Hookes, sehingga
akan diperoleh hubungan gaya dengan parameter elastisitas, yaitu E, G, dan
yang masing-masing adalah Youngs modulus, Modulus rigidity (shear modulus)
dan Poissons ratio. Hubungannya adalah sebagai berikut:
diketahui:
xx 2G xx ;
xy yx G xy
(2.4.a)
yy 2G yy ;
yz zy G yz
(2.4.b)
zz 2G zz ;
zx xz G zx
(2.4.c)
E
2(1 v )
vE
(1 v)(1 2v)
xx yy zz
= Poissons ratio
Terdapat pula hubungan antara regangan dan rotasi dengan pergeseran sebagai
berikut:
xx
xx
yy
u x
;
x
u y
u x
y
x
xy
2 x
u z u y
y
z
y
y
z x
y
z
yz
x z
2 y
z
x
z
z
x z
zx
................................................................................(5)
x
z
2 z
y
x
x
y
2x
G
G 2 x .......................................................(6)
2
x
t
dengan (3b):
2 y
t
G 2 y .......................................................(7)
y
dengan (3c):
2z
G
G 2 z .......................................................(8)
2
z
t
2
dimana:
2
x
2
y
2
z
2
2G 2
t 2
2 2G 2
t 2
atau
2G
= Cp , maka:
Bila
2
2
C p 2 ................................................................................
2
t
(9)
Persamaan (9) adalah persamaan gelombang dimana Cp sebagai kecepatan
merambat gelombang pada medium dengan karakteristik , G dan . Jenis
gelombang ini disebut gelombang Longitudinal atau Primer.
Bila: Persamaan (7) didefinisikan terhadap Z,
Persamaan (8) didefinisikan terhadap Y dan
kemudian dihilangkan faktor dengan cara pengurangan akan diperoleh
hubungan sebagai berikut:
2
t 2
z y
y
z
y
G 2 z
y
z
2
x G 2 x
2
t
atau
atau
2 x
G
2 x
2
Bila
= Cs , maka:
2
x Cs 2 x ..........................................................................
2
t
(10)
Persamaan (10) adalah persamaan gelombang, dimana Cs sebagai kecepatan
merambat gelombang pada medium dengan karakteristik G dan . Jenis
gelombang ini disebut gelombang Transversal atau Sekunder.
3.
Partikel dalam batang akan bergetar sebagai akibat dari pukulan yang diberikan
pada salah satu ujungnya. Besarnya pergeseran partikel yang bergetar pada titik
tertentu adalah merupakan fungsi waktu atau x(t). Untuk mencari hubungan
antara pergerakan partikel dengan tegangan yang timbul, maka efek inersia dari
gerakan partikel harus diperhitungkan.
Kawat
Penggantung
(a)
Tekanan
x(t)
Arah perambatan gelombang
0
(b)
A
dMijx
dx
xx
xx A dM ijx xx
dx A 0
...............................................(11)
x x
Ex E 2
x x x
2
, maka:
2x E 2x
2 .........................................................................(12)
x
t 2
E
2
Persamaan (12) adalah persamaan gelombang dengan C B , dimana CB
x f1 x C B t f 2 x C B t ........................................................(13)
dimana f1 dan f2 adalah fungsi-fungsi yang bentuknya tergantung kepada kondisi
permulaan. Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa persamaan (13) akan
memenuhi persamaan (12) dengan cara mendifferensiasi dua kali.
Suku dengan argumen (x CBt) dalam persamaan (13) adalah gelombang yang
merambat ke arah sumbu positif koordinat atau disebut dengan istilah gelombang
berjalan maju. Sedangkan suku dengan argumen (x + CBt) adalah gelombang
yang merambat ke arah sumbu negatif koordinat atau disebut dengan istilah
gelombang berjalan mundur. Karena sistem adalah linier mak masing-masing
fungsi f1 dan f2
x
x
xx E f1 ' x C B t f 2 ' x C B t
..............................................(14)
x
t
v C B f1 ' x C B t C B f 2 ' x C B t
...........................................(15)
atau
xx xx
E
C B
xx C B v
................................................................................(16)
Bidang batas
material 1 dan 2
1C B1
0.v0
t.vt
t.vt
2C B 2
....................................................................(17)
.................................................................................(18)
v 0 v r vt
..................................................................................(19)
0
t
r
1C1 1C1 2 C 2
r
r 0
1C1 1C1
2C 2
..............................................................................(20)
2n
0
n 1
..............................................................................(21)
dan
...............................................................................
2n
V0
n
1
...............................................................................(23)
Vr
(22)
Vt
2.
Suatu keadaan khusus adalah peristiwa yang terjadi pada sebuah batang dengan
ujung bebas atau sebuah batang majemuk dengan 2 = C2 = 0. Dalam hal ini
perbandingan impendansi spesifik menjadi nol (n = 0). Persamaan (20) dan (22)
menjadi:
r 0
.........................................................................................(24)
vr v0
..........................................................................................(25)
Jadi pulsa kompressi akan dipantulkan seluruhnya menjadi pulsa tarikan dan arah
gerakan partikel sesuai dengan arah gerakan yang disebabkan oleh pulsa yang
masuk.Berobahnya tegangan kompressi menjadi tegangan tarik sebagai akibat
pemantulan pada suatu bidang bebas memegang peranan yang sangat penting
dalam proses peledakan batuan. Inilah sebabnya mengapa selalu harus ada
bidang bebas di dekat lubang tembak dalam operasi peledakan.
C.
Rangkuman
1.
Elemen kecil dari medium yang berbentuk kubus dan sistem gaya-gaya yang
bekerja pada sisi-sisinya adalah sebagai berikut:
Z
xz
xz
dz
z
xx
dz
xy
X
xx
xy
xx
dx
x
u x
X
xy
y
dy
xz
dx
dy
Arah sumbu X:
( xx
xy
xx
dx) dydz xx dydz ( xy
dy) dxdz xy dxdz
x
y
( xz
xz
dz) dxdy xz dxdy X dxdydz
z
xx xy xz
X
x
y
z
atau,
Hal yang serupa untuk arah sumbu Y dan Z.
2.
Persamaan
2
2
C p 2
2
t
Persamaan
2
x Cs 2 x adalah persamaan gelombang, dimana Cs
2
t
Persamaan
2x E 2x
E
2 adalah persamaan gelombang dengan C B 2
2
x
t
Bidang batas
material 1 dan 2
1C B1
0.v0
2C B 2
t.vt
t.vt
2C B2
C
2 2
1C1
1C B1
Vr
2n
V0
n 1
Vt
D.
Evaluasi
1.
2.
3.
Pembelajaran
B. Uraian Materi
1.
Bilamana bahan peledak yang diisikan ke dalam lubang tembak diledakkan, maka
gas bertekanan tinggi yang dihasilkan dalam proses peledakan tersebut akan
menekan dinding lubang tembak dan menimbulkan gelombang tekanan yang
merambat ke badan batuan di sekitar lubang tembak tersebut.
Tegangan yang terjadi di daerah sekitar dinding lubang tembak dapat melebihi
kekuatan batuan sehingga menyebabkan terjadinya penggerusan batuan. Karena
Modul Teori Peledakan 40
tegangan menurun dengan jarak dari lubang tembak, maka perilaku mekanisme
batuan akan bervariasi dan terjadi perubahan plastis ke elastis. Ke arah luar dari
daerah penggerusan dimana kekuatan batuan dilampaui oleh tegangan akan
mengalami rekahan radial akibat tegangan tarik tangensial (hoop stress). Rekahan
radial ini akan terus berkembang secara radial selama tegangan tarik tangensial
ini melampaui kuat tarik batuan pada ujung rekahan.
Pada kondisi batuan yang sebenarnya pembentukan rekahan ini akan dipengaruhi
oleh kondisi batuan seperti anisotropi, tingkat keretakan awal, dan distribusi
tegangan awal.
Fenomena-fenomena mekanisme pecahnya batuan akibat proses peledakan ini,
dapat dilihat pada teori-teori di bawah ini:
a.
b.
c.
Flexural rupture
Teori pemecahan batuan melalui flexural rupture analog dengan proses
pematahan lempeng (beam bending). Tingkat fragmentasi dikontrol oleh
Modul Teori Peledakan 42
d.
f.
a).
Detonation
Hancurnya batuan sekeliling
isian mencapai permukaan
b).
Pemantualan tekanan
gelombang
c).
Ekspansi gas
dan percepatan
d).
2.
detonasi akan terjadi rekahan radial akibat tegangan tarik tangensial (hoop stress)
yang diderita batuan. Rekahan radial ini akan terus berkembang secara radial
selama tegangan tarik tangensial melampaui kuat tarik batuan pada ujung
rekahan. Pembentukan rekahan dipengaruhi oleh kondisi batuan, antara lain oleh
anisotropi, tingkat retakan awal, dan distribusi tegangan awal.
Selama gelombang merambat sampai menemukan bidang diskontinu atau bidang
bebas, batuan akan mengalami pembebanan mekanis sehingga akan terjadi
variasi perilaku dari deformasi plastis ke elastis. Fase-fase pembebanan yang
dialami batuan adalah pembebanan dinamis, pembebanan quasi-statis atau semistatis, dan pelepasan beban. Evolusi pembentukan pola retakan pada setiap fase
dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut ini.
Pembebanan dinamis
Daerah yang terpengaruh oleh pembebanan reaksi peledakan dapat dibagi
dalam 3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis. Di
sekitar dinding lubang tembak akan timbul gelombang kejut sebagai akibat
dari tegangan dengan intensitas yang tinggi dari proses detonasi bahan
tembak. Pada zona kejut ini sifat mekanis batuan diibaratkan sebagai benda
padat yang kental. Gelombang kejut menyebabkan batuan mengalami
peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona kejut ini dapat mencapai
radius dua kali radius lubang tembak.
Modul Teori Peledakan 46
Daerah di luar zona kejut disebut zona transisi. Pada zona ini akan terbentuk
retakan baru yang berkembang secara radial. Pembentukan retakan
menghabiskan energi sehingga energi gelombang menjadi berkurang
intensitasnya. Radius dari zona transisi ini bisa mencapai 4 sampai 6 kali
radius lubang tembak.
Pada zona transisi intensitas tegangan akan menurun sampai ketingkat
dimana batuan hanya bersikap elastis, sehingga daerah ini disebut zona
elastis. Penyebaran atau perpanjangan rekahan pada zona ini hanyalah
merupakan perpanjangan dari rekahan terpanjang dari zona transisi.
Perpanjangan rekahan ini diperkirakan sembilan kali radius lubang tembak.
b.
c.
Pelepasan Beban
Pada waktu batuan bergerak, beban akan terlepas dan menimbulkan
tegangan tarik pada massa batuan yang sedang bergerak, sehingga terjadi
pemisahan lanjutan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tegangan
tarik yang dominan terjadi di daerah permukaan kerja atau bidang bebas dan
membentuk rekahan lebar, kemudian didorong oleh tekanan gas yang masih
tersisa menjadi fragmen batuan.
3.
Bilamana lubang tembak berdekatan letaknya dengan bidang bebas, maka pola
rekahan akan sangat dipengaruhi oleh adanya bidang bebas ini. Hal ini
disebabkan oleh karena gelombang kompresi yang merambat secara radial dari
lubang tembak akan dipantulkan kembali sebagai gelombang tarik pada waktu
mencapai bidang bebas. Geometri proses pemantulan ini diperlihatkan pada
Gambar 3.2 berikut ini.
Pada peledakan sistem jenjang, selalu tersedia paling sedikit satu bidang bebas
yang sejajar dengan lubang tembak yang terbentuk oleh peledakan sebelumnya.
Dalam peledakan terowongan tidak ada bidang bebas yang sejajar dengan lubang
tembak
karena
lubang-lubang
tembaknya
dibor
searah
dengan
sumbu
C. Rangkuman
1.
2.
Frexural Rupture
3.
4.
5.
Dalam peledakan terowongan tidak ada bidang bebas yang sejajar dengan
lubang tembak karena lubang-lubang tembaknya dibor searah dengan
sumbu terowongan. Sebagai penggantinya dibuat suatu cut yang berfungsi
menjadi bidang bebas bagi lubang-lubang tembak yang meledak selanjutnya
setelah cut diledakkan.
D. Evaluasi
1.
Coba jelaskan apa yang akan terjadi pada batuan bilamana bahan peledak
yang diisikan ke dalam lubang tembak kemudian diledakkan?
2.
Fenomena apa saja yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan yang anda ketahui?
3.
4.
Sebutkan dan jelaskan peranan bidang bebas (free face) yang anda ketahui?
Tes Objektif
1.
Apa latar belakangnya kita harus mempelajari Teori Peledakan untuk para
pengelola peledakan bahan galian?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Terdapat 2 (dua) jenis gelombang seismik yang terjadi akibat peledakan,
sebutkan dan jelaskan?
B.
Tes Kinerja
1.
2.
Coba jelaskan apa yang akan terjadi pada batuan bilamana bahan peledak
yang diisikan ke dalam lobang tembak kemudian diledakkan?
KUNCI JAWABAN
A.
1.
2.
Ada 2 (dua) jenis energi yang dihasilkan dari proses peledakan bahan galian
yang berguna dan terpakai (work energy), yaitu:
Energi gas (gas energy), adalah energi yang dilepaskan selama proses
detonasi yang menyebabkan mayoritas pemecahan batuan pada proses
peledakan dengan lubang tembak terkurung (confined blasthole). Low
Explosives umumnya hanya memproduksi energi gas (gas energy/gas
pressure) selama proses detonasi, sedangkan High Explosives dapat
memproduksi energi gas sebesar 85% dari total energi terpakai.
3.
Ve
4.
5.
6.
-399,85 Kcal
= Qr
= Produkta
= Qp
=
Qe (Panas peledakan)
Modul Teori Peledakan 53
-871,65 (-399,85)
-471,8 Kcal = Qe
= 100%
oCa
oNa
20
15
55
10
100
0,264
0,462
-0,417
1,143
0,440
0,330
2,748
0,630
4,148
0,264
0,198
1,374
-1,836
0,790
0,396
2,061
0,214
3,523
----0,000
----0,000
NG = C3H5(NO3)3
SG = C6H10O5
B.
1.
dimana:
= Cp
2.
2
x
2
y
2
z
dimana:
G = Modulus batuan
= Cs
3.
= Density
Perambatan
2
x
2
y
gelombang
2
z
longitudinal
dalam
sebuah
batang
adalah
(a)
Tekanan
x(t)
Arah perambatan gelombang
0
(b)
dMijx
dx
C.
1.
kekuatan
daripada
batuan
yang
menyebabkan
terjadinya
penggerusan batuan.
Modul Teori Peledakan 56
2.
3.
a.
b.
c.
Frexural Rupture
d.
e.
f.
radial.
Pembentukan
retakan
menghabiskan
energi
2)
c.
b.
4.
b.
c.
D.
a.
Tes Objektif
1.
2.
Bahan peledak adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan atau kejutan (shock) secara
cepat
dengan
sendirinya
akan
bereaksi
dan
terurai
(exothermic
decomposition).
Modul Teori Peledakan 58
4.
Ada 2 (dua) jenis energi yang dihasilkan dari proses peledakan bahan galian
yang berguna dan terpakai (work energy), yaitu:
Energi kejut (shock energy), adalah energi yang ditransmisikan terhadap
batuan sebagai akibat dari tekanan detonasi bahan peledak. Energi
kejut ini memiliki tekanan yang jauh lebih besar dari energi gas
walaupun hanya mampu bertahan dalam interval waktu yang sangat
singkat. High Explosives dapat memproduksi energi kejut sebesar 15 %
dari total energi terpakai.
Energi gas (gas energy), adalah energi yang dilepaskan selama proses
detonasi yang menyebabkan mayoritas pemecahan batuan pada proses
peledakan dengan lobang tembak terkurung (confined blasthole). Low
Explosives umumnya hanya memproduksi energi gas (gas energy/gas
pressure) selama proses detonasi, sedangkan High Explosives dapat
memproduksi energi gas sebesar 85% dari total energi terpakai.
5.
peledak
bersifat
eksoterm,
sehingga
dihasilkan
panas
1)
2)
3)
Frexural Rupture
4)
5)
6)
b.
c.
Pada
waktu
batuan
bergerak
dan
menimbulkan
2)
7.
dimana:
8.
G = Modulus batuan
= Konstanta Lame
= Density
2G
= Cp
2
x
2
y
2
z
9.
Ve
b.
Tes Kinerja
1.
kawat
penggantung
(a)
Tekanan
x(t)
Arah perambatan gelombang
0
(b)
dMijx
dx
Perambatan
gelombang
longitudinal
dalam
sebuah
batang
adalah
DAFTAR PUSTAKA
1. Calvin J. Konya & Edward J. Walter;, Surface Blast Design, Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey 07632, 1990.
2. William Hustrulid;, Blasting Principles for Open Pit Mining, Volume 2
-Theoretical Foundations, A.A. Balkema/Rotterdam/Brookfield, 1999.
4. Dr. Ir. S. Koesnaryo, M.Sc. Rancangan Peledakan Batuan(Design of Rock
Blasting) ., Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta, 2001.
3. .;, Kamus Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan dan
Penelitian Teknologi Mineral, 1997.