Anda di halaman 1dari 35

TUGAS

SISTEM ENDOKRIN
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kelainan
Kelenjar Hipofisis

Disusun Oleh Kelompok 1 / Kelas IV A :

Satrya Hadi Perdana

Eka Kurniawati

Nunung Ernia

S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan
penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta temanteman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya
menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang kelompok kami susun ini penuh manfaat,sehingga dapat di ambil hikmah dari judul ini
proses inspirasi ekspirasi sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Jombang, Maret 2013

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil

sekresinya langsung kedalam darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar tanpa melewati
duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon. Beberapa dari organ endokrin ada
yang menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal). Disamping itu juga ada yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda, misalnya kelenjar hipofise
sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Berasal dari sel-sel epitel yang melakukan ploriferasi kearah pengikat sel epitel yang
telah berproliferasi dan membentuk sebuah kelenjar endokrin, tumbuh dan berkembang dalam
pembuluh kapiler. Zat yang dihasilkannya disebut hormone, dialirkan langsung kedalam
darah. Dalam keadaan fisiologis hormone mempunyai pengaturan sendiri sehingga kadarnya
selalu dalam keadaan optimum untuk menjaga keseimbangan dalam organ yang berada
dibawah pengaruhnya, mekanisme pengaturan ini disebut system umpan balik negative.
Misalnya, hipofise terhadap hormone seks yang dihasilkan oleh gonad, hipofise pars anterior
menghasilkan gonadotropin yang merangsang kelenjar gonad menghasilkan hormone seks.
Hormone yang dihasilkan kelenjar endokrin ada beberapa macam. Zat yang secara fungsional
dapat dikualifikasikan sebagai hormone kimia dikategorikan sebagai hormone organik.
Fungsi kelenjar endokrin, yaitu :
1. Menghasilkan hormone yang dialirkan ke dalam darah yang diperlukan o;eh jaringan
dalam tubuh tertentu.
2. Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh.
3. Merangsang aktivitas kelenjar tubuh.
4. Merangsang pertumbuhan jaringan.
5. Mengatur metabolism, oksidasi, meningkatkan absorbs glukosa pada usus halus.
6. Mempengaruhi metabolism lemak, protein, hidratarang, vitamin, mineral, dan air.
Hormone yang bermolekul besar (polipeptida dan protein) tidak dapat menembus sel
dan bekerja pada permukaan sel. Hormone yang bermolekul kecil (tyroid dan steroid)
mempunyai pengaruh terhadap spectrum sel-sel sasaran yang lebih luas, menembus
membrane sel berkaitan dengan reseptor protein.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Tujuan Khusus :
1. Mengetahuai tentang anatomi dan fisiologi kelenjar pituitary (hipofisis)
2. Mengetahui tentang kelainan kelenjar hipofisis
3. Mengetahuai penyebab kelainan kelenjar hipofisis
4. Mengetahui patofisiologi terjadinya kelainan kelenjar hipofisis
5. Mengetahui tanda dan gejala terjadinya kelainan kelenjar hipofisis
6. Mengetahui tentang asuhan keperawatan klien dengan kelainan kelenjar hipofisis
7. Mengetahui tentang asuhan keperawatan klien dengan hipopituitary dan hiperpituitary

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan
daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala
atau gangguan penglihatan.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya.
Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang).
Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan
faktor atau zat yang menyerupai hormon melalui pembuluh darah (vaskuler) yang secara
langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa)
dilakukan melalui impuls saraf.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan
fungsi:
Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan
buah zakar)
Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
Pertumbuhan seluruh tubuh.
Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih
gelap dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.
Dengan mengetahui kadar hormone yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan
aktivitas kelenjar target.
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan
terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif
dan tidak aktif.

Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar


adrenal, hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang
mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya
meningkat dan menurun sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum
bangun dan turun sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur. Kadar hormon lainnya
bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar LH (luteinizing
hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi,
bervariasi selama siklus menstru

asi. Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan
sejumlah gejala yang bervariasi.

A. Fungsi Lobus Anterior

Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan
hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau
merangsang aktivitas kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.
Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar
endokrin lainnya juga akan melepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH,
adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan
kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik). Tanpa
kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan
kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal. Beberapa hormon lainnya dihasilkan
secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang
mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan
persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.TSH (thyroid-stimulating hormone) juga
dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid.Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang
berlebihan

(hipertiroidisme),

terlalu

sedikit

pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).

TSH

menyebabkan

berkurangnya

Hormon yang Disekresi Kelenjar Hipofise Anterior


Sel-sel hipofisis anterior

merupakan sel-sel yang khusus mensekresikan

hormon-hormon tertentu, hormon-hormon tersebut yaitu :


a. Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi hormon steroid. Hormon yang dominan
adalah :
1) Kortisol

: memiliki efek glukokortiroid terhadap metabolisme karbohidrat

dan merupakan respon terhadap stres. Kelebihan glukukortiroid memiliki efek


katabolik terhadap metabolisme protein.
2) Aldosteron

: mengatur homeostatis garam dan air.

3) Androgen

testosteron,

dehidroepiandrosteron

androstenedion,

sulfat

(DHEAS)

17

hidroksiprogesteron,

memiliki

efek

dan

mempertahankan

karakterisitik seksual sekunder. Kelebihan produksi androgen menyebabkan


virilisasi pada wanita.
ACTH disintesis pada sel kortikotrop hipofisis anterior dan dilepaskan pada stimulasi
pada stimulasi sel krtikotrop oleh hormon pelepas kortikotropin

(CRH)

hipotalamus.
b. Thyroid stimulating hormone (Thyrotropin, TSH)
TRH merupakan tripeptida yang disintesis di nukleus paraventrikularis dan
supraoptikus di hipotalamus dan disimpan pada eminensia mediana. Sistem
vena

portal

mentranspor

TRH

ke

hipofisis

anterior

tempat

hormon

ini

menstimulasi sintesis TSH dan juga melepaskan TSH dan prolaktin.


Kerja hormon tiroid adalah untuk memberikan efek kalorigenesis, metabolisme
karbohidrat dan lemak, serta efek pertumbuhan dan perkembangan.
c. Gonadotropin ( FSH&LH)
Hormon pelepas gonadotropin GnRH merupakan contoh sempurna dari

hormon

peptida untuk studi, karena banyak sekali yang diketahui mengenai

sifat kimia,

produksi, pelepasan, dan kerjanya. GnRH merupakan peptida

hipotalmik

dilepaskan secara pulsatil ke dalam sistem aliran darah portal

hipotalamus-

hipofisis yang memasok kelenjar jipofisis anterior. Sekresi pulsatil tersebut


mempertahankan fungsi gonadotrop hipofisis anterior untuk

melepaskan

yang

gonadotropin LH dan FSH yang diperlukan untuk fungsi ovarium dan

testis

yang

baik.
d. Growth hormone (GH)
GH disintesis di sel somatotrop pada kelenjar hipofisis anterior. GH merupakan bagian
dari famili hormon polipeptida bersama prolaktin (PRL) dan laktogen

plasenta.

Kerja GH yang paling dramatis adalah pada pertumbuhan otot dan tulang
Adapun kerja dari GH tersebut dapat dibagi menjadi kerja direct
direct hormon GH bersifat diabetogenik karena kerja

skelet.

dan indirect. Kerja

hormon

dengan kerja insulin dan bersifat lipolitik di sel lemak

ini

berlawanan

dan

glukoneogenetik di sel otot. Sedangkan kerja indirect hormon GH belerja pada


untuk menstimulasi sintesis dan sekresi IGF-1 peptida yang
pertumbuhan tulang, pada sel lemak IGF-1 menstimulasi

hati

menstimulasi
lipolisis, dan pada otot

hormmon ini menstimulasi sistesis protein.


Sekresi hormon pertumbuhan (GH) diregulasi terutama oleh hipotalamus yang
memproduksi

hormon

pelepas

hormon

pertumbuhan

(growth

hormone

releasinghormone, GHRH). GHRH pada manusia merupakan peptida yang


terdiri dari 44 asam amino, yang dilepaskan ke sistem portal dan berkaitan
dengan reseptor spesifik pada somatotrop hipofisis anterior untuk menstimulasi
pelepasan GH.

Selain itu, Hipotalamus juga memproduksi hormon inhibitor

yang disebut somatostatin, yang berfungsi menghambat pelepasan GH dari


somatotrop.
e. Prolactin (PRL)
Prolaktin (PRL) memacu sintesis susu. Bersama dengan steroid adrenal dan estrogen,
PRL menstimulasi pertumbuhan sistem duktus mamaria.Sekresi prolaktin (PRL) dari
sel laktotrop hipofisis anterior dikontrol oleh suatu refleks,
neuroendokrin. Sekresi prolaktin normalnya berada dalam

yaitu

refleks

isap

kontrol

inhibisi

oleh

dopamin dari hipotalamus. Pengontrolan pelepasan prolaktin

oleh

otak

sangat

kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti.

Peptida pelepas prolaktin yang

baru telah ditemukan pada hipotalamus, namun

perannya sebagai faktor pelepas

PRL spesifik belum diketahui. Hormon

pelepas

tirotropin

(TRH),

peptida

vasoinhibitor (VIP), dan angiostensin II bekerja pada hipotalamus untuk menstimulasi


sekresi PRL dari hipofisis

anterior. Prolaktin mempunyai banyak efek lain baik

pada pria maupun wanita,

banyak

dimengerti. Hormon ini

dilepaskan saat stres, tidur, saat makan, dan berolahraga,

dan terlibat dalam

diantaranya

masih

belum

sepenuhnya

pertumbuhan rambut. Selama siklus menstruasi normal,

hormonini

mempertahankan produksi reseptor LH, dan juga mempertahankan

produksi

reseptor LH selama kehamilan.

f. Melanocyte stimulating hormone (MSH)


Melanosit Stimulating Hormon (MSH). Apabila hormon ini banyak dihasilkan
maka menyebabkan kulit menjadi hitam.

TABEL KISARAN NORMAL ENDOKRIN


ACTH

09:00

10-80ng/L

Aldosteron

100-5

(berbanding)

pmol/L
140-680

Kortisol

09:00

nmol/L

24:00

<100
nmol/L
2-10 U/L

FSH

Folikular

2-8 U/L

Pasca

>15 U/L

menopause

GH

Setelah diberi

<2 mU/L

glukosa

>20 mU/L

Stres
2-10 U/L
LH

Folikular

2-10 U/L

Pascamenopause

>20 U/L

PTH

10-65 ng/L
50-400

Prolaktin

mu/L
13-114

Renin

Testosteron

TSH

mU/L
Laki-laki

9-30 nmol/L

Perempuan

<2,5 nmol/L
0,3-4,0
mU/L

( Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika. )
A. HIPERPITUITARY

Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau
lebih.
Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau
lebih hormone - hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary{ hipofise} biasanya
berupa hormone- hormone hipofise anterior (Izzha, 2012).

Etiologi

Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,


penyebab mencakup :
1. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil

GH,

ACTH atau prolakter.


2. Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH
apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku

terjadi

Saku

Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)

Klasifikasi

1.

SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone)

a. Definisi
Kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik, Gangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia. Ahli Patologi klinik juga akan
mencari data labor lain yang berhubungan dengan osmolaritas serum, peningkatan gravitas
urin, edema atau dehidrasi, hiponatremia dan peningkatan hormon plasma vasopresin.
Biasanya fungsi adrenal, tyroid dan ginjal dalam batas normal. Hal lain kadang gejala SIADH
berhubungan dengan trauma kepala atau tumor, dimana patologi akan mengambil biopsi
untuk memastikannya
b. Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus (bagian
dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam memproduksi
hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa
merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya
seperti dibawah ini:

Meningitis peradangan pada meningens, selaput pelindung otak dan saraf spinalis.

Encephalitis peradangan dijaringan otak.

Tumor otak

Psikosis

Penyakit paru

Trauma kepala

Guillain-Barr syndrome (GBS) keadaan reversible yang menyerang jaringan syaraf,

menyebabkan lemah otot, nyeri dan paralisa temporer di wajah dan otot kaki dan paralisa di
bagian dada bisa menganggu proses bernafas.

Penggunaan obat tertentu

Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofise saat pembedahan

c. Manifestasi klinis :
Pada kasus SIADH berat, gejalanya meliputi::

Nausea

Muntah

Irritability

Perubahan prilaku seperti meracau, bingung dan halusinasi,

Seizures

Stupor

Koma

d. Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan valume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah turun
15 25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari normal.
Penyebab peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai reseptor regang
yang di bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menghambat sekresi
ADH. Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya pengisian, terjadi proses
yang berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat besar. Lebih lanjut, di
samping reseptor regangan atrium, penurunan regangan baroreseptor pada daerah karotid,
aortik dan pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung.

2. Galaktore
a.

Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam
masa menyusui.

b.

Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada kelenjar
hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil, tetapi pada
pria tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan dan
terjadinya galaktore juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat
tertentu untuk tekanan darah tinggi (terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab

lainnya yang mungkin adalah hipotiroidisme.gagl ginjal dan efek samping obat bisa
menjadi faktor penyebab
c.

Manifestasi klinis

Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti.

Wajah tampak merah

vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.

Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya

Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten

d. Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya
berupa mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi
hipotalamus. Dopamin merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan
prolaktin terputusnya trasnmisi dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin
berlebihan.
3. Gigantisme
a.

Definisi :

Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis
memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji kacang tanah
dan menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat bola mata.
Penyakit ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang, kaki, dan tangan
secara berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui setelah penderita
memasuki usia menengah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone
(GH) yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis
b.

Etiologi

Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis

Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH

dari Hipothalamus.

Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang

mensekresi GH atau GHRH


Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan
tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah
pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan
hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam
masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama adalah
tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone pertumbuhan.

c.

Patofisiologi

Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi
sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini
mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh
jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini
terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang
tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang
beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu
aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira
10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme
bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya
tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendiri.
d.

Manifestasi klinis :

Pertumbuhan linier yang cepat

Tanda tanda wajah kasar

pembesaran kaki dan tangan

Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier

Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku

Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas

Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih.

4. Akromegali
a.

Definisi

Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang


berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun.
b.

Etiologi

Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofisa
jinak (adenoma).
c.

Manifestasi klinis
Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah

menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak.

Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar.

Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit.

Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan

keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.

Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang

menonjol (prognatisme).

Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.

Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada
berbentuk seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi
artritis degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat
terganggu sehingga terjadi gagal jantung.

Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya

karena jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari
mata ke otak juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada
lapang pandang sebelah luar.

d.

sakit kepala hebat.


Patofisiologi

Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi,
namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih terus
tumbuh. Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang tulang kecil tangan dan kaki
serta pada tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi
, tepi supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab pada masa
dewasa muda pertumbuhan tulang tulang ini tidak berhenti. Akibatnya, tulang rahang
tampak menonjol ke depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan, dahi menyempit
ke depan sebab pertumbuhan tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung membesar sampai
dua kali ukuran normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14 atau lebih besar, dan
jari jarinya menjadi sangat tebal .

WOC

Hiperfungsihipofise

Kelenjar mengalami pembesaran (adenoma makroskopik)

Tumor

Tumor jinak (prolaktinoma/


adenoma laktotropin)
adenoma
kortikotropik (pensekresi mikro
Mk: gangguancitratubuh

adenoma)

Sindromcushing

Sekresi glikokortikoid
dan
androgen(hormonseks)

disfungsiseksual

Libido,infertilitas

Mk: disfungsi seksual b/d


libido,infertilitas

Pemeriksaan Diagnostik Hiperpituitarisme :


1.

Pemeriksaan fungsi target organ

2.

Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik

3.

Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan
melakukan efeknya terhadap kadar hormone sarum.

4.

Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan

Penatalaksanaan Medis Hiperpituitarisme :


Dikenal 2 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan
Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan pembedahan pada
batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans ethmoid sphenoid
hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara pembedahan melalui
sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata, untuk mencapai tumor
hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan keberhasilan mencapai kadar HP
yang diinginkan tercapai pada 70 90% kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan
oleh besarnya tumor.Efek samping operasi dapat terjadi pada 6 20% kasus, namun pada
umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran cairan serebro
spinal (CSF leak), fistula oro nasal, epistaksis, sinusitis dan infeksi pada luka operasi.
Keberhasilan terapi ditandai dengan menurunnya kadar GH di bawah 5 g/l. Dengan kriteria
ini keberhasilan terapi dicapai pada 50 60% kasus, yang terdiri dari 80% kasus
mikroadenoma, dan 20 % makroadenoma.
1. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak
memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat gejala akut setelah
terapi pembedahan dilaksanakan.
Radiasi memberikan manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula
mempengaruhi fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan
lamanya radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50%
dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun,
dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.
Peneliti lainnya menyebutkan bahwa, kadar HP mampu diturunkan dibawah 5 g/l setelah
pengobatan berjalan 5 tahun, pada 50% kasus. Kalau pengobatan dilanjutkan s/d 10 tahun
maka, 70% kasus mampu mencapai kadar tersebut.

B. HIPOPITUITARY

1. Definisi
Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis.
Hipopituitarisme merupakan defisiensi hormon tiroid, adrenal, gonadal dan hormon
pertumbuhan akibat penyakit hipofisis. Pada setiap pasien dengan defisiensi hormonal ini,
kemungkinan adanya defisiensi lain harus dicari. Kadang-kadang timbul akut berupa
apopleksi hipofisis dimana terdapat infark hemoragik pad atumor hipofisis, biasanya
disertai nyeri disertai kepala berat mendadak dan seringkali bersama dengan defek lapanng
pandang. Hipopituitarisme memilki prevalensi 30/100.000. (Gledle Jonathan, 2005:143)
Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar
hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan
manifestasi klinis yang berkaitan dengandefisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.
( http://banjaristi.blogspot.com )
2. Etiologi
Sindrom ini disebabkan oleh kelainan destrutif pada kelenjar hipofisis. Penyebab yang
sering ialah :
1.

Sheehans postpartum pituitary necrosis

2.

Adenoma khoromofob

3.

Craniopharyngioma

4.

Kelainan-kelainan lain yang mungkin juga menimbulkan hipopitutarisme ialah


radang, terutama tuberculosis, sarcoidosis. Kadang-kadang penyebab dari pada
destruksi hipofisis tidak jelas dan hanya tampak sebagai fibrosis saja.
(dr. Sutisna Himawan, 1994)

Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau


hipotalamus. Penyebab menyangkut :
1.

Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.

2.

Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun).

3.

Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat


mengganggu pembentukan salah satu atau semau hormon lain.

4.

Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya,


akan terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid
yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.

5.

Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau


oksigenasi dapat merusak sebagian atausemua sel penghasil hormon. Salah
satunya sindrom sheecan, yang terjadi setelah perdarahan maternal.

C. Klasifikasi
1.

Hypophyseal Cachexia ( Penyakit Simmonds ):


a.

Dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa.

b.

Lebih sering pada wanita dengan perbandingan 2 : 1

c.

Penderita dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya, kadang-kadang


sampai 30-40 tahun.
Gejala-gejala klinik biasanya disebabkan oleh insufiensi adrenal, thyroid atau
gonad, yang terjadi sekunder akibat hipopituitarisme. Kombinasi kelenjar yang
mengalami insufiensi itu bisa berbagai macam ; yang paling sering ialah
kombinasi hipothyroidisme dan hipoadrenalisme.

2.

Hypophyseal Dwarfism ( Jenis Lorain-Levi ):


a.

Pada anak yang sedang tumbuh

b.

Terjadi dwarfisme yang simetrik.


Penyebab yang paling sering ialah ; craniopharyngioma. Kadang-kadang
juga disebabkan juga oleh : nekrosis iskhemik, kista, atau radang.

3.

Sindrom Froehlich ( Dystrophia Adiposogenitalis ):


a.

Obesitas jenis eunuchoid.

b.

Pertumbuhan yang tidak sempurna daripada gonad dan genital.

c.

Cirri-ciri sex sekunder tidak ada, disfungsi seksual, dan kulit yang halus.

d.

Terjadi pada usia muda.

e.

Dapat menyerang baik laki-laki maupu wanita dengan perbandingan yang


sama.
(dr. Sutisna Himawan, 1994)

D. Manifestasi Klinis
Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi
pelepasan GH. Dwarfisme hipofisis (kerdil) merupakan konsekuensi dari defisiensi
tersebut. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual
sekunder dan genitalia eksterna gagal berkembang. Selain itu sering pula ditemukan
berbagai derajat insifisiensi adrenal dan hipitiroidisme, mereka mungkin akan
mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan perkembangan intelektual yang
lamban, kulit biasanya pucat karena tidak adanya MSH.
Pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologis
seperti defisiensi GH, hipogonadisme, hipotiroidisme, dan insufisiensi adrena. Karena
orang dewasa telah menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien
dewasa dengan hipotuitarisme adalah normal.
Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan yaitu :
1.

Terjadinya hipogonadisme.

2.

Penurunan libido, impotensi, progresif pertumbuhan rambut dan bulu


ditubuh, jenggot, berkurangnya perkembangan otot pada pria.

3.

Pada wanita, berhentinya siklus menstruasi atau aminorea yang


merupakan tanda awal dari kegagalan hipofisis. Kemudian di ikiti atrofi
payudara

dan

genetalia

eksterna.

(Price Syvia A, 2005:1216-1217)


Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan
intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit
bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.
1.

Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk


akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang),
berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).

2.

Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%),


infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.

3.

Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi,


diabetesmilitus, osteoporosis.

4.

Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan


pertumbuhan pada anak-anak.

5.

Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh


rontok pada pria, amenore pada wanita.

6.

Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran


laboratorium dari hipertiroidism.

7.

Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata,


pucat, gejala gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit
sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi
adrenal.

8.

Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu


memekatkan urin.

E. Patofisiologi
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila
gangguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan
terdapat pada hipotalamus. Penyebab tersebut termasuk diantaranya :
1.

Defek perkembangan Kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari atau


hipogonadisme.

2.

Tumor yang merusak hipofise (mis., adenoma hipofise nonfungsional) atau


merusak hipotalamus (mis., kraniofaringioma atau glioma).

3.

Iskemia, seperti pada nekrosis postpartum (sindrom Sheehan s).

Diagnosis insufisiensi hipofise dapat diduga secara klinik namun harus ditegakkan
melalui uji biokimia yang sesuai, yang akan menunjukkan defisiensi hormon.
Panhipopituitarisme. Pada orang dewasa dikenal sebagai (penyakit simmons) yang
ditandai dengan kelemahan umum, intoleransi terhadap dingin, nafsu makan buruk,
penurunan berat badan, dan hipotensi. Wanita yang terserang penyakit ini tidak akan
mengalami menstruasi dan pada pria akan menderita impotensi dan kehilangan libido.
Insufisiensi hipofise pada masa kanak-kanak akan mengakibatkan dwarfisme.
Dwarfisme ( cebol ) merupakan ganguan pertumbuhan somatic akibat insufesiensi
pelepasan Growth Hormone yang terjadi pada anak- anak yang telah mencapai usia 10
tahun mempunyai perkembangan badan anak usia 4-5 tahun, sedangkan usia 20 tahun
mempunyai perkembangan badan usia 7-10 tahun. Ketika anak-anak tersebut
mencapai pubertas maka tanda-tanda seksual sekunder genetalia eksternal gagal
berkembang.

Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormon antidiuretik


(vasopresin), yaitu hormon yang secara alami mencegah pembentukan air kemih yang
terlalu banyak. Hormon ini unik, karena dibuat di hipotalamus lalu disimpan dan
dilepaskan ke dalam aliran darah oleh hipofisa posterior.
Diabetes insipidus dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1.

Hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit hormon


antidiuretik

2.

Kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam aliran darah.

3.

Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofisa akibat pembedahan

4.

Cedera otak (terutama patah tulang di dasar tengkorak)

5.

Tumor

6.

Seringkali satu-satunya gejala adalah rasa haus dan pengeluaran air kemih yang
berlebihan.

7.

Diagnosis diabetes insipidus semakin kuat jika sebagai respon terhadap hormon
antidiuretic :
a. pembuangan air kemih yang berlebihan berhenti
b. tekanan darah naik
c. denyut jantung kembali normal.

WOC
Hipopituitari

Primer

sekunder

gangguan hipofise
Gangguan hipotalamus
infertilitas
hipogonadisme

Mk: gangguan pola


hubungan seks
tumor
Mk: gangguan
citratubuh

infeksi
peradanaga
n

merusak sel-sel sekretorik

menyebabkan penghentian penyebaran


factor-faktor hipotalamus

merusak bahanpelepasan bahan pengatur


dihipotalamus

defisiensi tumor

HIPOPITUITARI

F. Pemeriksaan Diagnostik
Foto tengkorak atau kranium
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi.
Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, nemun pendidikan kesehatan tentang
tujuan dan prosedur sangatlah penting.
CT Scan Otak
Dilakukan untuk melihat adanya kemungkinan tumor otak pada hipofise atau
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun
diperlukan penjelasan agar klien dapat diam dan tidak bergerak selama prosedur.
Pemeriksaan Darah dan Urine
a.

Kadar Growth Hormone (GH)


Nilai normal 10 g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulanbulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Specimen adalah darah
vena 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.

b.

Kadar Tiroid Stimulating Hormone (TSH)


Nilai normal 6-10 g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid
bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah 5 cc. Tanpa persiapan secara
khusus.

c.

Kadar Adrenokortiko Tropik (ACTH)


Pengukuran dilakukan dengan tes supresi dexametason. Specimen yang
diperlukan

adalah

darah

vena

cc

dan

urine

24

jam.

Persiapan
1.

Tidak ada pembatasan makan dan minum

2.

Bila klien menggunakan obat-obatan sperti kortisol atau antagonisnya


dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.

3.

Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkan jenis obat dan dosisnya pada
lembaran pengiriman specimen.

4.

Cegah stres fisik dan psikologis.

Pelaksanaan
1.

Klien diberi dexametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari

2.

Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc

3.

Urine ditampung selama 24 jam

4.

Kirim specimen (darah dan urine) ke laboratorium.

Hasil, Normal bila ;

ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl

17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari

2,5 mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian dexametason 1
mg/oral tengah malam, baru darah diambil 5 cc pada pagi hari dan urine
ditampung selama 5 jam. Specimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila
kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan ekskresi 17 OHCS
dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.

Penatalaksanaan
a. Kausal
1. Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi bila gejala-gejala

tekanan

oleh tumor progresif dilakukan operasi.


b. Terapi substitusi
1. Hidrokortison antara 20 30 mg sehari diberikan peros, umumnya

disesuaikan

dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10 15 mg waktu pagi, 10 mg waktu malam.
2. Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.
3. Pada penderita laki laki berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat
200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap
hari.
4. Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus

haid.

Berikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki laki hentikan bila ada gejala virilisasi
growth hormone bila terdapat dwarfisme.
c. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal :

akromegali

dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine).


d. Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada
anak anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH

dan ACTH, penggantian androgen

atau esterogen untuk defisiensi


penyuntikan FSH atau

gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati dengan

HCG.

e. Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.

Komplikasi
1. Kardiovaskuler.
a. Hipertensi.
b. Tromboflebitis.
c. Tromboembolisme.
d. Percepatan uterosklerosis.
2. Imunologi.
Peningkatan resiko infeksi dan penyamaran tanda tanda infeksi.
3. Perubahan mata.
a. Glaukoma.
b. Lesi kornea.
4. Muskuloskeletal.
a. Pelisutan otot.
b. Kesembuhan luka yang jelek.
c. Osteoporis dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang
nekrosis aseptik kaput femoris.
5. Metabolik.
Perubahan pada metabolisme glukosa sindrome penghentian steroid.
6. Perubahan penampakan.
a. Muka seperti bulan (moon face).
b. Pertambahan berat badan.
c. Jerawat.

panjang,

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. HIPERPITUITARY
1. Pengkajian
a. Demografi
Kaji usia dan jenis kelamin pasien
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
a). Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ organ tubuh.
b). Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
c). Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
d). Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
e). Nyeri kepala.
f). Gangguan penglihatan.
g). Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
2). Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai
dirasakan
3). Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Yang harus diperhatikan juga yaitu :
1. Kaji riwayat penyakit, manifestasi klinis tumor hipofise baik dari peningkatan
prolaktin, GH dan ACTH yang mulai dirasakan.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Pemeriksaan fisik mencakup ;
1) Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung
besar, dagu menjorok ke depan.
2) Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik.
3) Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai
penurunan visus.
4) Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.

c. Pemeriksaan fisik
1). Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, tulang
supraorbita menjolok.
2). Kepala, tangan / lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
3). Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai
penurunan visus.
4). Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
Pada pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas.
5). Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali.
6). Hipertensi.
7). Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar.
8). Disfagia akibat lidah membesar

d. Pemeriksaan diag nostik mencakup :


1). Kadar prolaktin serum, ACTH, GH.
2). Foto tengkorak
3). CT scan otak, angiografi
4). Tes supresi dengan Dexametason, tes toleransi gukosa.

2. Diagnosa Keperawatan
A. Diagnosa utama
a. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan penampilan fisik
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido;infertilitas
B. Diagnose tambahan
a. Nyeri (kepala /punggung) berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
hormon; pertumbuhan yang berlebihan.
b. Takut berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kehidupan.
d. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan hilangnya kontrol terhadap
tubuh.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
f. Perubahan sensori perseptual (penglihatan) berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls akibat kompresi tumor pada neuron optikus.

3. Intevensi Keperawatan
a. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
1). Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya
2). Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat di
kembangkan oleh klien
3). Yakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan
(ginekomastia, galaktoria)
4). Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5). Kolaborasi pemberi obat-obatan seperti: Bromokriptin (parladel). Merupakan obat
pilihan pada klien prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga
diberikan pada klien dangan akromegali, untuk menguragi ukuran tumor.

b. Identifikasi masalah spesifik yang berhubugan dengan pengalaman klien terhadap


fungsi seksualnya.
1). Dorong agar klien mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
2). Kolaborasi pemberian obat- oabatan Bromokriptin.
3). Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin

B. HIPOPITUITARY
A. Klien dengan Hiperfungsi Hipofise
Pengkajian
1. Riwayat penyakit; manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantung pada
hormon mana yang disekresi berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis dari
peningkatan prolaktin, GH dan ACM-1 mulai dirasakan.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama, mencakup:
Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jarijari, tangan, dsb.
Perubahan tingkat energi, kelelahan dan letargi.
4. Pemeriksaan fisik mencakup:
Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung
besar, tulang supraorbita menjolok.
Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke
depan.
Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan
baik.
Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan
dijumpai penurunan visus.
Amati perubahan pada persendian di mana klien mengeluh nyeri dan sulit
bergerak. Pada pemeriksaan ditemukan mobiiitas terbatas.
5. Penatalaksanaan
Kolaborasi pengangkatan tumor dengan pembedahan
Kolaborasi pemberian obat (bromokriptin)
Kolaborasi pemberian terapi radiasi

B. Klien dengan Hipofungsi Hipofise


Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain
mencakup:
1. Riwayat penyakit masa lalu. Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang
pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
2. Sejak kapan keluhan dirasakan. Dampa c defisiensi GH mulai tampak pada
masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.

3. Apakah keluhan terjadi sejak lahir. Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat
pada klien kretinisme.
4. Berat dan tinggi badan saat lahir.
5. Keluhan utama klien
pertumbuhan lambat
ukuran otot dan tulang kecil
tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang; tick ado rambut pubis dan
axilla, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid,
dil.
infertilitas
impotensia
libido menurun
nyeri sanggarna pada wanita
6. Pemeriksaan fisik
amati bentuk, dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan,
amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan pubis
dan pads klien pria amati pula pertumbuhan rambut di wajah (jenggot dan
kumis).
Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
Tergantung pada penyebab hipopituitrisme, perlu juga dikaji data lain
sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi cerebrum dan fungsi nervus
kranialis, dan adanya keluhan nyeri kepala.
7. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
8.

Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti:


foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi seiia tursika
pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH, prolaktin, kortisol, aldosteron,
testosteron, androgen, test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin
dan stimulasi tiroid realising hormon.

9. Penatalaksanaan

Kolaborasi untuk radiasi dan operasi


Terapi subtitusi (hidrotortisen,pulurstiroid/ tirosin, testosteronelanol,
estregen)
Terapi penggantian (estrogen dan progresteron siklik pada wanita,
hidrokortison)

Diagnosa keperawatan
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik
fisik
b. Gangguan pola seksualitas behubungan dengan defisiensi hormonal.

Intervensi Keperawatan.
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik
fisik
1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan
perubahan fisik
2. Bantu pasien dalam mengembangkan mekanisme koping untuk mengatasi
perubahan.
3. Berikan pada klien kualitas yang memberikan efek positif pada citra tubuh.
4.Jawab pertanyaan dan klarifikasi salah pengertian mengenai diagnosis dan
perubahan permanent atau regresi permanent.
5. Peragakan penerimaan pasien dan berikan dorongan orang lain untuk melakukan hal
yang sama.
6. Berikan penekanan perilaku yang memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan.
b. Gangguan pola seksualitas yang berhubungan dengan defisiensi hormonal
1. Pertahankan privasi dan kerahasian.
2. Gali dengan pasien dan / atau orang terdekat pola seksual yang biasa dan bagaimana
diagnose terahir dapat mempengaruhi pola tersebut
3. Berikan dorongan pada pasien dan / atau orang terdekat untuk menggali arternatif
dari pola biasa dan mempertimbangkan keterbatasan karena penyakit
4. Berikan rujukan pada personal yang berkepentingan bila pasien menginginkannya
5. Gali bersama pasien dan / orang terdekat alternative untuk menjadi orang tua bila
memungkinkan.

Implementasi
a.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik
fisik

1. Memberikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan


perubahan fisik
2. Membantu pasien dalam mengembangkan mekanisme koping untuk mengatasi perubahan.
3. Memberikan pada klien kualitas yang memberikan efek positif pada citra tubuh.
4. Menjawab pertanyaan dan klarifikasi salah pengertian mengenai diagnosis dan perubahan
permanent atau regresi permanent.
5. Memperagakan penerimaan pasien dan berikan dorongan orang lain untuk melakukan hal
yang sama.

6. Memberikan penekanan perilaku yang memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan.


b. Gangguan pola seksualitas yang berhubungan dangan defisiensi hormonal
1. Mempertahankan privasi dan kerahasian.
2. Menggali dengan pasien dan / atau orang terdekat pola seksual yang biasa dan bagaimana
diagnose terahir dapat mempengaruhi pola tersebut
3. Memberikan dorongan pada pasien dan / atau orang terdekat untuk menggali arternatif dari
pola biasa dan mempertimbangkan keterbatasan karena penyakit
4. Memberikan rujukan pada personal yang berkepentingan bila pasien menginginkannya
5.Menggali bersama pasien dan / orang terdekat alternative untuk menjadi orang tua bila
memungkinkan.

Evaluasi
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam kemampuan dan karakteristik
fisik

S: Keluarga mengatakan bahwa klien mulai melakukan kegiatan penerimaan diri misalnya :
perwatan diri
O: Aktivitas peningkatan diri misalnya : penampilan, kerapian, pola makan, dan lain
lain.Kemampuan dalam penampilan perawatan diri / tanggung jawab peran membaik
A: masalah gangguan citra tubuh berangsur-angsur teratasi
P: Lanjutkan intervensi hingga keadaan membaik.

b. Gangguan pola seksualitas behubungan dengan defisiensi hormonal.

S : Keluarga mengatakan bahwa klien sudah bias melakukan hubungan seksual


O : aktifitas peningkatan hubungan seksual, misalnya : klien mampu untuk melakukan
hubungan seksual
A :masalah gangguan pola seksualitas berangsur angsur teratasi
P : lanjutkan intervensi hingga keadaan membaik

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kelenjar Hipofiseadalahsuatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah


Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organorgan endokrin.Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator danprovokator organ organ lain
sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung
aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval
dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior. merupakan bagian terbesar
dari hipofise kira-kira 2/3 bagiandari hipofis. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise.
Lobus posterior, menipakan 1/3bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut
juga neurohipofin.
Kelenjar hipofise mengekskresikan beberapa hormon, hormone ini memiliki beberapa
fungsi. Kelainan pada ekskresi dari hipofise adalah hiperpituitari dan hipopituitari, masing
masing kelainan memiliki pengkajian dan penatalaksanaan yang berbeda. Diantaranya seperti
radiasi, pembedahan maupun terapi obat-obat hormonal.

Saran
Kami memiliki beberapa saran, yaitu:
1. Melakukan perawatan diri dan pemeriksaan berkala perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya kelainan pada kelenjar hipofise (hiperpituitari maupun
hipopituitari).

Anda mungkin juga menyukai