Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Semen
Semen merupakan suatu bahan non logam yang digunakan untuk restoratif. Semen juga
berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai luting, basis, liner dan Varnis (Cralk
dalam Kadariani. 2001)

2.2. Fungsi Semen


1) Semen sebagai Luting
Pada awal abad ke 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai retensi dan
marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays, crowns, dan bridges hanyalah semen
seng oksida eugenol dan semen seng phosphate. Pada abad ke 20, material yang dapat digunakan
dalam menempelkan protesa pada gigi hanya semen, oleh karena itu prSeng Oksida Eugenols
memperbaiki protesa dengan menempelkan protesa pada gigi disebut sementasi (Anusavice
dalam Nugroho, A. 2011).
Namun menjelang akhir abad ke 20, mulai bermunculan variasi-variasi material
kedokteran gigi yang bersifat adhesif. Pada akhir abad ke 20 juga mulai bermunculan variasivariasi semen kedokteran gigi seperti Seng polycarboxylate, glass ionomer, dan resin modified
glass ionomer cements. Dalam perkembangannya, semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan
dalam menempelkan protesa dengan gigi, oleh karena itu proses menempelkan protesa pada gigi
disebut sebagai luting bukan lagi sementasi (Craig dalam Nugroho, A. 2011).
Syarat Semen sebagai Luting
1. Biocompatibility
Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam pemasangan mahkota
gigi dan inlays, semen yang digunakan akan menutupi dentin pada gigi. Bahan luting tersebut
nantinya juga akan menjalankan peran yang sama dengan dentin, yakni melindungi pulpa, maka
dari itu bahan semen sebagai luting haruslah material yang biocompatibel dan tidak toksik
terhadap pulpa sementasi (Craig dalam Nugroho, A. 2011).Bahan luting yang baik tidak hanya
melapisi seluruh permukaan dentin dan protesa dengan baik, namun juga perlu material yang

bersifat anti bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri yang merugikan (Mc Cabe dalam
Nugroho, A. 2011)
2. Retensi
Peran utama semen sebagai luting adalah menghasilkan retensi pada restorasi. Pada
semen dengan bahan dasar air seperti semen

seng phosphate, retensinya diatur oleh

geometri dari gigi yang telah dipreparasi, kontrol pada saat insersi, dan kemampuan dalam
memberikan mechanical keying pada permukaan yang tidak rata. Kurangnya retensi
merupakan penyebab utama kegagalan dalam luting. Pada proses adisi, bahan adesif bisa
ditambahkan untuk meningkatkan retensi secara signifikan dan resin adhesive technologies
(Power, J dalam Nugroho, A. 2011).
Sifat Semen sebagai Luting
1. Marginal seal
2. Ketebalan (Film thickness)
3. Mudah digunakan
4. Radiopacity
5. Estetik baik
(Van Noort dalam Nugroho, A. 2011).
Prosedur Penggunaan Semen sebagai Luting
1. Pemberian semen
Pada tahap ini, adonan semen dituang ke dalam mahkota kurang lebih dari volume
mahkota. Pemberian semen pada mahkota lebih baik mahkota agar resiko terjebaknya
udara berkurang, mengurangi waktu pemasangan, mengurangi tekanan yang berlebih saat
pemasangan, dan mengurangi waktu dalam membersihkan sisa semen yang tidak terpakai
(Van Noort dalam Nugroho, A. 2011).
2. Pemasangan / insersi
Setelah semen dituangkan ke dalam mahkota, mahkota dipasang pada gigi preparasi.
Pada saat pemasangan, perlu tekanan yang cukup kuat dengan jari agar semen yang berlebih
dapat keluar. Ada beberapa cara yang dapat mempermudah proses pemasangan atau insersi
yakni dengan menurunkan viskositas semen, mengurangi tinggi preparasi mahkota, dan
dengan bantuan vibrasi saat pemasangan. Bantuan vibrasi saat pemasangan berfungsi agar
semen dapat mengalir dengan baik (Power, J dalam Nugroho, A. 2011).

3. Pengambilan kelebihan semen


Semen yang berlebih setelah pemasangan harus diangkat agar tidak mengganggu pasien.
Pada semen Ionomer Kaca, semen seng phosphate, dan resin dapat digunakan petroleum
jelly sebagai media separasi karena pada ketiga semen tersebut, perlekatannya terjadi secara
kimiawi dan fisik sehingga dibutuhkan media separasi sebagai media yang membantu dalam
pengangkatan kelebihan semen (Wahyudi, T. 2005)
4. Mekanisme retensi
Setelah semen yang digunakan sebagai luting setting, protesa dan preparasi gigi akan
menempel dengan menimbulkan retensi. Retensi yang terjadi pada luting bisa terjadi secara
mekanis, kimia, maupun kombinasi semen. Pada prinsipnya, retensi kimia perlu didukung
dengan retensi mekanis, dengan kombinasi kimia-mekanis, lapisan semen dapat menahan
aksi kekuatan geser sepanjang interfasial (Rochyani L, et al. 2007)
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi retensi protesa, yakni film thickness,
kekuatan semen, perubahan dimensi selama setting, dan semen yang digunakan. Retensi
protesa yang baik dapat diperoleh dengan memperhatikan film thickness, semen yang
digunakan tidak boleh terlalu tebal karena lapisan semen yang tebal memiliki resiko
kerusakan bagian dalam yang lebih besar (Simanjuntak, E.R. 2000)

2) Semen Sebagai Basis


Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi permanen untuk
memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan melindunginya dari kerusakan. Kerusakan itu bisa
dari thermal shock bila gigi direstorasi dengan bahan logam dan kerusakan karena iritasi kimia.
Basis berfungsi menahan tekanan selama proses kondensasi serta dapat memberi bentuk yang
structural bagi kavitas (Ricardo, R. 2004)
Syarat Semen sebagai Basis
Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal shock

tidak

dilakukan pada semua restorasi logam, hal ini terganting pada kedalaman kavitas atau ketebalan
dentin yang tersisa (Clark J dalam Kadariani. 2001).

Penggunaan Semen sebagai Basis

Kavitas yang dalam yaitu ketebalan yang tersisa kurang dari 1 mm merupakan indikasi
penggunaan basis, karena dentin yang tersisa tidak dapat bertindak sebagai insulator panas.
Kavitas yang sedang ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 2 mm tetapi lebih dari 1 mm
memerlukan basis sebagai insulator terhadap thermal shock. Kavitas yang dangkal yaitu
ketebalan yang tersisa 2 mm atau lebih di antara lantai kavitas dan pulpa, tidak diperlukan bahan
basis karea dentin yang tersisa dapat memberikan insulaor terhadap thermal shock(Clark J dalam
Kadariani. 2001).
Sifat Semen sebagai Basis
Tidak mengiritasi pulpa dan dapat merangsang pembentukan dentin sekunder
Compresive strenght yang tinggi
Solubility yang rendah

3) Semen sebagai Liner dan Varnish


Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan berfungsi utamanya
adalah untuk memberikan penghalang bagi iritasi kimia, liner tidak berfungsi sebagai insulator
terhadap thermal shock (Combe dalam Kadariani. 2001).

Varnish adalah rosin alami atau rosin sintetik yang dilarutkan dalam pelarut seperti etr
atau chloroform yang dioleskan disekeliling kavitas. Pelarut menguap meninggalkan selapis tipis
yang berfungsi untuk mengurangi mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish yang
ditempatkan di bawah restorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas meskipun bahan
varnish merupakan penghantar panas yang rendah (Craig dalam Kadariani. 2001)

2.3 SEMEN DENGAN REAKSI ASAM


A. Semen Seng Oksida Eugenol

Contoh produk semen Seng Oksida Eugenol


a). Fungsi:
Sebagai bahan perekat restorasi sementara dan permanen

Seng Oksida Eugenol sebagai perekat

Sebagai basis dan pelapik

Seng Oksida Eugenol sebagai basis

Sebai bahan pengisi saluran akar (sealer) pada perawatan pulpotomi

Seng Oksida Eugenol sebagai bahan pengisi


b). Klasifikasi :
Tipe1 digunakan untuk semen sementara.
Tipe2 digunakan untuk semen permanen dari restorasi atau alat-alat yang dibuat di luar
mulut.
Tipe3 digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas.
Tipe4 digunakan untuk pelapik kavitas
c). Komposisi:

Komposisi Seng Oksida Eugenol


Sumber: Manappillil dalam wahyudi T. 2005

Campuran antara powder dengan liquid membentuk pasta dengan komposisi seimbang
agar didapat adonan berbentuk dempul,

Manipulasi Seng Oksida Eugenol

d). Sifat :
Meminimalkan kebocoran mikro
Memberikan perlindungan terhadap pulpa
Daya antibakteri
PH-nya mendekati 7 yang membuatnya menjadi salah satu semen dental yang paling
mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan
Rasio bubuk cairan akan mempengaruhi kecepatan peng erasan
Kekuatannya berkisar 3 55 Mpa

B. Semen Seng Phosphate

Contoh produk semen Seng Phosphate


a). Fungsi:
1) Sebagai bahan tambalan sementara
Sebagai tambalan sementara, semen ini didasari oleh Seng okside yang dicampur dengan
cairan asam fosfat 50%. Bila menggunakan Seng phosphate maka kavitas tidak terlalu besar
dan kekuatan pengunyahan yang dipusatkan pada daerah gigi tersebut tidak boleh terlalu
besar.Untuk menjamin kestabilan dan kekuatan tambalan sementara serta mencegah fraktur
dari sisa cups di sekeliling kavitas yang besar, bahan ini di gunakan bersama dengan plat
tembaga lembut yang dipotong dan dibentuk yan gkemudian disemenkan di sekliling

mahkota dan tambalan sementara dengan menggunakan semen yang sama (Smith BGN
dalam Ricardo, R. 2004)
2) Sebagai Bahan Basis dan Pelapik
Sedangkan sebagai basis, digunakan dalam bentuk dempul dan bentuk lapisan yang
relative tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari
iritasi kimia dan fisik serta menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan
yang diberikan selama penempatan bahan restorative (Kidd EA dalam Ricardo, R. 2004).
3) Sebagai Bahan Perekat Inlay, Jembatan dan Pasak Inti
Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan dan pengeringan
daerah kerja, semen fosfat dnegn slow setting dibuat dengan menmbah bubuk dalam jumlah
secukupnya dalam cairan sekitar 1-1,5 menit pada glass slab yang dingin, semen yang telah
dicampur dioleskan pada bahan resatoratif dan dimasukkan kedalam kavitas kemudian
ditekan secara intermitten sampai posisinya benar-benar baik. Semen yang telah benar-benar
mengeras, sangat penting untuk membersihkan sisa-sisa semen di bagian proksimal dan
servikal untuk menghindari iritasi gingiva (Craig dalam Ricardo, R. 2004).
b). Komposisi:
Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 % dan asam
phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai basis, konsistensi harus
seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio 6:1 atau sesuai kebutuhan, membentuk
adonan yang tidak cair tidak padat, aduk dengan putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan
pada tumpatan yang telah diberi semen eugenol sebagai subbasis. Waktu pengerasan sekitar 5-9
menit dan kelebihan tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R. 2004).

Manipulasi semen Seng phosphate


c). Sifat :

Insolator panas yang baik


Daya larut relatif rendah di dalam air
Keasamanan semen cukup tinggi
Compressive strength yang tinggi
Iritatif terhadap pulpa

Perbandingan sifat mekanis semen Seng Phosphate

C. Sylicat semen
Semen Silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuat dari alumino-FluoroSilikat glass dengan liquid 37% asam fosfat. Secara kimia asam melarutkan dan menggabungkan
sebagian kaca. Hal ini menciptakan suatu matriks yang sangat keras dan rapuh. Campuran cairan
semen ini sama dengan semen Seng fosfat, bagaimanapun, penggunaan utama dalam kedokteran
gigi adalah sebagai material yang sewarna dengan gigi. Karena matriks sangat keras, rapuh dan
kurangnya ketahanannya terhadap abrasi membatasi penggunaannya sebagai bahan basis
restorative(Martin S. 2011).
Sampai munculnya komposit resin, silikat adalah material gigi hanya mengisi warna yang
tersedia, dan satu-satunya alternatif untuk amalgam perak sebagai (non emas) sederhana bahan
pengisi permanen. Penggunaannya terbatas pada gigi depan, atau daerah kerusakan tidak pada
permukaan gigi belakang yang mempunyai kekutan tekan besar (Martin S. 2011).

Contoh produk Semen Silikat

Keuntungan dari semen ini, selain warnanya, adalah terdapat fluoride dari glass,
(komponen dari bahan matriks karena reaksi kimia yang terlibat dalam pencampuran bubuk
dengan

cairan),

fluoride

cenderung

mencegah

karies

lebih

lanjut

di

sekitar

margin, (kenyataannya, merupakan karakteristik dari semua formulasi menggunakan Al-Fl-Si


glass dan asam kombinasi). Masalah utama dengan semen silikat sebagai bahan restoratif adalah
tampilannya. Partikel-partikel kaca rentan terhadap tekanan, mudah berubah warna dan kasar.
Kesulitan lain adalah kerapuhan dari matriks estetik karena menyebabkan permukaan krasing
dan marjinal chipping sebagai usia restorasi dan menciptakan lebih banyak tempat potensial
untuk noda untuk memperparah (Martin S. 2011).
a). Fungsi:
Restorasi gigi anterior (Rahmawati, D. 2011)
b). Komposisi :
Campuran dari powder Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), senyawa fluorida, beberapa
garam kalsium dengan liquid phosphoric acid (Craig dalam Kadariani. 2001).
c). Sifat :
Warnanya sesuai dengan warna gigi dan cocok digunakan untuk restorasi gigi anterior
Tensil strenght kurang baik
Daya larut semen di dalam air memang rendah, namun mudah larut terhadap asam yang
terdapat dalam plak yang melekat di atasnya
Terikat secara kimiawi dengan struktur gigi karena adanya fluoride (kekuatan ikatan
denngan email akan lebih besar daripada dengan dentin)

D. Semen Ionomer Kaca (SIK)

Contoh produk Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca merupakan salah satu bahan restorasi plastis di bidang kedokteran
gigi yang perkembangannya paling menarik, bahan ini ditemukan oleh Wilson dan kenk tahun
1972 sebagai bahan pertama yang paling praktis, sewarna dengan gigi dan beradhesi secara
kimiawi walaupun versi awalnya tidak baik dan alaur dalam cairan mulut (Ford dalam Lubis,
F.L. 2004).
a). Klasifikasi dan Kegunaan
a.1) Klasifikasi Semen Ionomer Kaca
a) Conventional Glass Ionomer Cements
Pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent tahun 1972, bahan yang digunakan
berasal dari campuran asam poliaklenoic seperti asam poliacrilic dan komponen glass
fluoroaliminosilicate.
b) Resin Modified Glass Ionomer Cements (Conventional with addition of HEMA)
Campuran antara Conventional Glass Ionomer Cements dengan bahan polymer HEMA
(poly-hydroxyethylmethacrylate)

Contoh produk Semen Ionomer Kaca Resin Modified dan Struktur HEMA

c) Hybrid Ionomer Cements (Also known as Dual-cured Glass Ionomer Cements)

Contoh produk Semen Ionomer Kaca Hybrid

d) Tri-cure Glass Ionomer Cements

Contoh produk Semen Ionomer Kaca Tri-Cure

e) Metal-reinforced Glass Ionomer Cements

Contoh produk Semen Ionomer Kaca Metal-reinforced

a.2) Kegunaan Semen Ionomer Kaca


1. Tipe I

: Luting Cement
Semen ini berguna untuk merekatkan gigi mahkota atau jembatan,
tumpatan tuang dan alat-alat ortodonti cekat. Semen perekat ini

mencegah kebocoran tepi restorasi dan lapisan semen harus dibuat


setipis-tipisnyaagar tidak terlarutkan oleh cairan mulut.
2. Tipe II

: Restorative Cement
Guna semen ini sebagai tumpatan estetik sewarna dengan gigi

3. Tipe III

: Liner and Basis Cement

4. Tipe IV

: Fissure sealants

5. Tipe V

: Orthodontic Cements

6. Tipe VI

: Core build up

7. Tipe VII

: Fluoride releasing

8. Tipe VIII

: ART(atraumatic restorative technique)

9. Type IX

: Deciduous teet

(Philips dalam Lubis, F.L. 2004)

Kegunaan Semen Ionomer Kaca sebagai varnish

Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja bermaksud
menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah dehidrasi saat tambalan tersebut
masih dalam prSeng Oksida Eugenols pengerasan. Varnish kadang-kadang juga digunakan
sebagai bahan pembatas antara glass ionomer dengan jaringan gigi terutama pulpa karena pada
beberapa kasus semen tersebut dapat menimbulkan iritasi terhadap pulpa (Galinggih. 2011).

Bahan dentin conditioner


Pemberian dentin conditioner (surface pretreatment) adalah menambah daya adhesif dentin.
Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan pembuangan smear layer, tetapi prSeng Oksida
Eugenols ini akan menyebabkan tubuli dentin tertutup. Smear layer adalah lapisan yang
mengandung serpihan kristal mineral halus atau mikroskopik dan matriks organic (Galinggih.
2011).

Lapisan Smear Layer

Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang mengikuti bentuk
dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang terdapat pada ujung tubulus dentin.
Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap dipertahankan untuk menutup tubulus dentin dekat
jaringan pulpa yang mengandung air (Galinggih. 2011).
Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian luar untuk
membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini berperan dalam

mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran gigi yang dapat mengiritasi
jaringan pulpa sehingga dapat menghalangai daya adhesi (Galinggih. 2011).
Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik 10%. Waktu standart
yang diperlukan untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik, tetapi menurut pengalaman untuk
mendapatkan perlekatan yang baik pengulasan dentin conditioner pada dinding kavitas dapat
dilakukan selama 10-30 detik. Kemudian pembilasan dilakukan selama 30 detik pembilasan
merupakan hal penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas dikeringkan
(Galinggih. 2011).

b). komposisi
Semen ini adalah sisitem bubuk cairan, yang berbentuk karena reaksi antara kaca
alumino-silikat dengan asam poliakrilat yang sering disebut alumino silikat poyacrilic acid
(ASPA). (Williams dalam Lubis, F.L. 2004).
b.1). Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandinagn alumina-silikat lebih tinggi pada
semen silikat (Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).

Komposisi bubuk Semen Ionomer Kaca

b.2). Komposisi Cairan


Cairan yang digunakan Semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam poliakrilat dalam
konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cnederung membentuk gel setelah beberapa
waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam poliakrilat dalah dalam bentuk kopolimer dengan

asam itikonik, maleic atau asam trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah reaktivitas
dari cairan, mengurangi kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Wilson
dalam Lubis, F.L. 2004).
Asam tartaric juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik manipulasi dan
meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan. Terlihat peningktan yang
berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengandung asam
tartaric. Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan
kekentalan yang tajam (Baum dalam Lubis, F.L. 2004).

Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca


c). Reaksi Pengerasan
Ketika bubuk dan cairan Semen Ionomer Kaca dicampurkan, cairan asam akan memasuki
permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk lapisan semen tipis yang akan
mengikuti inti tumpatan (Ford dalam Lubis, F.L. 2004).
Selain cairan sam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk
Semen Ionomer Kaca akan memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (ca2+)
kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnay
karies sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan gel (Wilson
dalam Lubis, F.L. 2004).

Reaksi pengerasan Semen Ionomer Kaca

Tahap-tahap PrSeng Oksida Eugenols pengerasan Semen Ionomer Kaca sebagai berikut
(Galinggih. 2011):
1. Dissolution
Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel glass
(kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid (terbentuk cement sol).

Proses dissolution Semen Ionomer Kaca


2. Gelation/ hardening
Ion-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada grup
polikarboksilat.

* 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (fragile & highly
soluble in water).
* 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium akan terikat pada matriks semen dan
membetuk rantai alumnium (strong & insoluble).

Proses gelation / hardening Semen Ionomer Kaca


3.

Hydration of salts
Terjadi prSeng Oksida Eugenols hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan

meningkatkan sifat fisik dari Semen Ionomer Kaca.


Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-kimia tanpa
menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari
jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari Semen Ionomer Kaca (Galinggih.
2011).
Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua permukaan
yang berkontak. Semen Ionomer Kaca adalah polimer yang mempunyai gugus karboksil
(COOH) multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan
pasta semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara
Semen Ionomer Kaca dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena
email berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis (Galinggih.
2011).
Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan
kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat menambah
ikatan Semen Ionomer Kaca. Air memegang peranan penting selama proses pengerasan dan
apabila terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di
dalam rongga mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam

periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan
agar tidak terkontaminasi (Galinggih. 2011).
Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan daya
adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu
setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan
retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama
beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama
Proses pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan
saliva dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan
pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil asetat, aseton,
kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam beberapa jam
atau pada proses pengunyahan (Galinggih. 2011).

d). Sifat Semen Ionomer Kaca


Sifat Semen Ionomer Kaca adhesive yang mengikat enamel dan dentin. Ikatan ini terjadi
karean interaksi antara ion-ion golongan karboksil dan semen dan ion-ion kalsium dari gigi,
iakatan ke enamel lebih besar daripda iktannya ke dentin. Pengikatan ini baik sebagai bahan
penutupan kavitas (Wilson dalam Lubis, F.L. 2004).
Hal ini diungkapkan oleh Mal Donado pada tahun 1978, Perbandingan bubuk terhadap
asamnya merupakan faktor penting untuk memperoleh campuran semen dengan sifat-sifat fisik
yang dinginkan. Beberapa sifat dari Semen Ionomer Kaca yang akan diuraikan sebagai berikut
(Wilson dalam Lubis, F.L. 2004):
d.1). Sifat Fisis
Sifat-sifat fisis dari Semen Ionomer Kaca, antar lain:
a. Anti karies
Ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan terhadap karies.
b. Thermal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
c. Tahan terhadap abrasi
ASPA tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam restorasi dari
groove yang abrasi servikalnya oleh sikat gigi dan kavitas yang erosi.
d.2). Sifat Mekanis

Semen Ionomer Kaca juga memiliki sifat mekanis yaitu:


a. Compressive strength : 150 MPa, lebih rendah dari silikat
b. Tensile strength

: 6,6 MPa, lebih tinggi dari silikat

c. Hardness

: 49 KHN, lebih lunak dari silikat

d. Frakture toughness

: Beban yang kuat dapat terjadi fraktur

(Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).


d.3). Sifat Kimia
Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan ini berupa
ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari Semen Ionomer Kaca.
Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini
maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen Ionomer Kaca tahan terhadap suasana
asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini
terjadi karena anya polyanion dengan berat molekul yang tinggi (Phillips dalam Lubis, F.L.
2004).
Kemampuan Semen Ionomer Kaca untuk bertindak sebagai suatu yang dapat mengisi
cadangan ion fluor dapat mendorong melakukan hal tersebut. Ion fluoride di dalam rongga
mulut mempunyai pengaruh yang menguntungkan apabila gigi terus menerus terkena larutan
rendah melalui air minum, pasta gigi atau cairan untuk kumur-kumur. Ion fluroda dalam
konsentrasi rendah akan membuat ikatan hidroksiapatit. Pada reaksi ini terjadi pertukaran
langsung antara ion OH- dan ion F-. Jumlah fluorapatit yang ternemtuk tidak banyak karena
reaksi ini tergantung pada pH dan pH 4 reaksi ini akan berlangsung kira-kira 100 kali lebih
cepat dibandingkan pada pH 7. Hal ini bukan disebabkkan pertukaran ion yang lebih cepat
tetapi karena pada pH rendah akan terbentuk hasil antara, yaitu akatan kalsuim fosfat
[Ca3(PO4)2] yang disebut dengan brushit, suatu senyawa paling stabil pada lingkungan
dengan pH rendah.
Ca HPO4 2H2O : Ca10 (PO4)6 (OH)2 + 8H+ 6CaHPO4 2H2O + 4Ca2+
(Hidrosiapatit)

(Brushit)

Permukan enamel yang secara adekuat diperkuat dengan ion fluoride, resistensinya
terhadap asam akan meningkat ke titik dimana demineralisasi tidak akan terjadi atau
remineralisasi akan lebih cepat sehingga proses karies terhenti pada sisi tersebut
(Koulourides 1980; Groeneveld 1982 dalam Simanjuntak, E.R, 2000)

Neuman (195, cit. Murrey et al. 1982) mengajukan tiga tahap mekanisme untuk
masuknya ion ke dalam rongga Kristal apatit. Tahap-tahap tersebut adalah:
1. Ion-ion fluoride bertukar dengan salah satu ion-ion atau molekul terpolarisasi yang ada
dalam selubung hidrasi yang terikat longgar
2. Pertukaran ion-ion fluoride dalam lapisan hidrasi dengan satu kelopok ion pada
permukaan kristal apatit. Ion yang bertukar terjadi diantara ion fluoride dan kelompok
hidroksil dan karbonat dan juga dengan ion flurida yang selalu ada dalam kristal
3. Ion-ion yang ada dipermukaan kristal pindah secara perlahan-lahan keruang kosong
dibagian dalam kristal selama rekristalisasi

Kemajuan lesi karies dapat dicegah dengan dua mekanisme yaitu:


1. Pengambilan ion flurida yang lebih banyak pada batas enamel sehat, dengan cara ini ada
cadangan ion fluoride, sehingga ketika klasium dan fosfat dilepaskan, akan mendukung
remineralisasi.

2. Pertumbuhan kristal dapat terjadi dengan terbentuknya ruang dalam jaringan kalsifikasi
yang padat.
Menurut Le Geros dan Tung (1983) dalam simantuntak, 2000. Larutnya kristal
apatit yang mengandung krabinat-fluorida diikuti dengan pengendapan kristal apatit yang
lebih sedikit mengandung karbnat dan lebih banyak mengandung ion fluoride sehingga
kandungan ion fluoride pada permukaan enamel menjadi lebih tinggi di bandingkan
dengan enamel normal. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bertambah luasnya
permukaan enamel akibat larutnya sebagian atau keseluruhan kristal enamel pada proses
demineralisasi sehingga pengikatan ion fluoride pada permukaan enamel bertambah.
Pada sisi tempat terjadinya pelepasan ion kalsium (Ca2+) dan fosfat (PO4)3- yang
dilepaskan oleh pelarutan di bawah permukaan, ion-ion tersebut diendapkan kembali
pada permukaan enamel. Konsentrasi ion yang tinggi pada permukaan enamel akan
mendorong pengendapan tersebut. Dikatan juga bahwa zona permukaan tetap utuh dank
eras karena sisi tempat ion kalsium (Ca2+) dan fosfat (PO4)3- dilepaskan oleh pelarutan
dibawah lapisan atau dari larutan yang jenuh dalam plak diendapkan kembali

kepermukaan enamel (Budipranama, Sundoro 1989 dalam Simanjuntak, 2000). Penelitian


Feagin (1971) dan Margolis et al (1986, cit. Budipranama 1989), terlihat bahwa ion
fluoride tidak hanya menambah laju pengendapan kalsium fosfat [Ca3(PO4)2] tetapi juga
berikatan dengan mineral gigi yang menjadi fluoroapatit dan hidroksifluoroapatit pada
permukaan enamel yang mengalami deminiralisasi sehingga permukaan enamel lebih
tahan terhadap asam
d.4). Sifat Biologi
Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik artinya tidak
mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin ke arah pulpa tidak kurang dari 0,5
mm. kontaminasi saliva selama penumpatan dan sebelum semen mengeras sempurna akan
merugikan tumpatan karena semen akan mudah larut dan daya adhesi akan menurun. Kavitas
harus dijaga agar tetap kering dengan mngusahakan isolasi yang efektif serta tumpatan
ditutup dengan lapisan resin atau pernis yang kedap air selama beberapa jam setelah
penumpatan untuk mencegah desikasi karena hilangnya cairan atau melarut karena menyerap
air (Phillips dalam Lubis, F.L. 2004).

E. Zinc polycarboxilate sement


Komposisi
Powder
: Zinc oxide , Magnesium oxide
Liquid
: As. Akrilik
Manipulasi
Perbandingan 1:1
Waktu setting
Tergantung metode pembuatan powder dan cairannya
Reaksi setting
Terbentukmya suatu garam zinc poliakrilat yang merupakan struktur inti yang
mengandung zinc oxide tidak bereaksi
Sifat-sifat
- Lebih mudah melekat pada permukaan yang kasar
- Daya rekat pada enamel lebih baik dari pada dentin
- Adhesi terhadap stainlessteel
- Penggunaan orthodonti
- Tidak melekat pada emas dan porcelain (keburukannya)
- Iritasi sangat kecil terhadap pulpa
- Isolator panas yang baik

Anda mungkin juga menyukai