PENDAHULUAN
Setiap
makhluk
hidup
pasti
melalui
tahapan
pertumbuhan
dan
BAB II
PEMBAHASAN
dan tawon, adalah grub atau ulat, makhluk seperti cacing tidak bahkan jauh
menyerupai orang dewasa. Perbedaan dalam organisasi begitu mendalam bahwa
transformasi tidak dapat dicapai secara bertahap, dan istirahat menengah, atau
kepompong, tahapan sela antara larva dan imago. Pupa tidak makan atau
bergerak, seperti organ larva dalam dihancurkan dan diganti dengan organ
dewasa, termasuk sayap dan organ seks. Akhirnya, ketika pembentukan organ
dewasa selesai, kulit kepompong yang membuang, dan dewasa mulai muncul.
Penghancuran bagian larva mungkin jauh mencapai dan termasuk bahkan kulit
dan sebagian besar saluran pencernaan. Jaringan dewasa yang terbentuk dari
kelompok-kelompok sel cadangan yang hadir sepanjang dalam larva sebagai disk
imaginal.
menjadi
imago
(dewasa).
Metamorfosis
sempurna
adalah
Nimfa adalah hewan muda yang mirip dengan hewan dewasa tetapi
berukuran lebih kecil dengan perbandingan tubuh yang berbeda. Nimfa akan
mengalami molting (pergantian kulit),setiap kali setelah molting mahluk hidup itu
kelihatan
lebih
mirip
dengan
hewan
dewasa.
imago
(hewan
dewasa)
keluar
dari
kepompong.
1. PORIFERA
Porifera bersal dari kata porus yang berarti lubang kecil dan faro yang
berarti membawa atau mengandug. Jadi, porifera dapat diartikan hewan yang
tubuhnya mengandug lubang-lubang kecil atau hewan berpori-pori.
Perkembangan larva unik, sel berflagela pindah ke dalam, dan sel
bagian dalam ke luar.
2. COELENTERATA
Coelenterata (dalam bahasa yunani, coelenteron = rongga) adalah
invertebrata yang memiliki rongga tubuh. Rongga tubuh tersebut berfungsi
sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Coelenterata disebut juga Cnidaria
(dalam bahasa yunani, cnido = penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang
memiliki sel penyengat.
Pada masa hidupnya, bentuk tubuh medusa lebih dominan dibandingkan
dengan bentuk polip. Bentuk polip hanya dijumpai pada waktu larva. Hewan ini
memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan
ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina. Hasil
pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut
planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah
menempel. Silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut
scifistoma, kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga tampak seperti
tumpukan piring atau strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri
menjadi medusa disebut efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa
dewasa. Pada masa hidupnya, bentuk tubuh medusa lebih dominan dibandingkan
dengan bentuk polip. Bentuk polip hanya dijumpai pada waktu larva. Hewan ini
memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan
ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina. Hasil
pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut
planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah
menempel. Silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut
scifistoma, kemudian scifistoma ini akan membelah secara transversal
membentuk tunas-tunas lateral sehingga tampak seperti tumpukan piring atau
strobilasi. Hasil dari pembelahan secara transversal akan membentuk seperti
cakram. Kuncup dewasa atau cakram paling atas akan melepaskan diri menjadi
medusa disebut efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.
Cara mendapatkan makanan pada coelenterata yang polip dengan cara
menangkap mangsa yang lewat di dekatnya dengan tentakel yang ada di atasnya.
Berikut ini adalah gambar metamorfosis pada Aurelia aurita (ubur-ubur).
3. PLATYHELMINTHES
Palatyhelminthes merupakan cacing yang memiliki tubuh pipih. Salah satu
contoh spesies dari filum ini adalah Cacing Fasciola sp. Cacing dewasa Fasciola
sp. berbentuk pipih seperti daun tanpa rongga tubuh. Perbedaan dari kedua jenis
cacing Fasciola gigantica adalah pada bentuk tubuh dan ukuran telur berkisar
antara 156-197m x 90-104m. Fasciola Hepatica ukuran telur berkisar antara
130-160m x 63-90m (Soulsby, 1986). Telur cacing hati (Fasciola sp.)
berbentuk oval, berdinding halus dan tipis berwarna kuning dan bersifat sangat
permiabel, memiliki operkulum pada salah satu kutubnya. Operkulum merupakan
daun pintu telur yang terbuka pada saat telur akan menetas dan larva miracidium
yang bersilia dibebaskan. Cacing dewasa Fasciola sp. berbentuk pipih, seperti
daun tanpa rongga tubuh. Tubuh Fasciola gigantica relatif lebih bundar dimana
bagian posteriornya terlihat lebih mengecil dan ukuran telurnya lebih besar
dibandingkan Fasciola hepatica. Cacing dewasa dapat dibedakan dari Fasciola
hepatica karena lebih panjang, kerucut kepala lebih pendek, alat reproduksi
terletak lebih anterior, batil isap perut lebih besar.
Fasciola hepatica mempunyai ciri-ciri: batil isap mulut dan kepala yang
letaknya berdekatan, divertikulum usus, alat kelamin jantan (testis) yang
bercabang-cabang dan berlobus. Sedangkan alat kelamin betina mempunyai
kelenjar vitellaria yang memenuhi sisi lateral tubuh. Memiliki sebuah pharing dan
esophagus yang pendek, uterus pendek dan bercabang-cabang Kedua cacing ini
secara morfologi mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan diantara keduanya
terletak pada daya tahan hidup terhadap lingkungan dan inang perantara (Lymnea
sp).
Siklus Hidup
Siklus hidup parasit sangat komplek, pendek dan cepat penularannya
Fasciola sp. mengalami mata rantai siklus perkembangan atau stadium dalam
siklus hidupnya sampai ke saluran empedu. Daur hidup cacing hati dimulai dari
telur yang dikeluarkan dari uterus cacing masuk ke saluran empedu, kandung
empedu, atau saluran hati dari induk semang. Telur terbawa ke dalam usus dan
meninggalkan tubuh bersama tinja. Seekor cacing hati (F. hepatica), dalam sehari
dapat memproduksi rata-rata 1331 butir telur pada domba dan 2628 butir telur
pada sapi . Jumlah cacing di dalam pembuluh-pembuluh empedu tidak dapat
ditentukan hanya berdasarkan jumlah telur dalam tinja. Jumlah telur dalam tinja
akan mencapai maximum dalam waktu 2 bulan setelah periode prepaten,
kemudian menurun lagi secara pesat.
pembuluh empedu tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan jumlah telur dalam
tinja. Jumlah telur dalam tinja akan mencapai maximum dalam waktu 2 bulan
setelah periode prepaten, kemudian menurun lagi secara pesat. Telur tidak dapat
berkembang dibawah suhu 10 C, tetapi dapat berkembang dengan baik pada suhu
10 C sampai 26 C.
Perkembangan dari stadium telur sampai metaserkaria hanya dapat terjadi
pada lingkungan yang tergenang air. Apabila telur masuk ke dalam air, operkulum
membuka dan miracidia yang bersilia dibebaskan. Miracidia hanya dapat keluar
apabila mendapat cukup cahaya. Cahaya mengaktifkan miracidium yang
kemudian mengubah permeabilitas suatu bantalan kental yang terletak di bawah
operkulum. Telur yang sudah menetas menghasilkan miracidium. Tubuh
miracidium diliputi ciliae yang berfungsi sebagai alat penggerak di air. Gerakan
miracidium dipengaruhi oleh cahaya Miracidium berenang selama beberapa jam
dan kemudian menebus tubuh siput (Lymnaea rubiginosa). Miracidium hanya
hidup dalam waktu singkat (24 jam) untuk mencari siput sebagai induk semang
antara. Apabila ditemukan siput yang sesuai miracidium akan melekat dan
menusukkan papillanya. Setelah miracidium berhasil menembus jaringan siput,
cilia di lepaskan, kemudian menempati rumah siput tersebut. Setelah 36 jam,
miracidium berbentuk gelembung dengan dinding transparan yang disebut
sporokista. Di dalam tubuh siput setiap miracidium berkembang menjadi sebuah.
Selanjutnya sporokista berubah bentuk menjadi oval setelah 3 hari berada
di dalam hati siput. Sporokista memperbanyak diri dengan pembelahan
transversal, sehingga dari satu miracidium terbentuk banyak sporokista. Setelah
10 hari tubuh siput terinfeksi miracidium, terlihat gumpalan sel di dalam
sporokista yang kemudian tumbuh menjadi redia.
Pada hari ke 12 redia induk mulai tampak. Pada hari ke-23 redia anak
mulai terbentuk, hari ke 25 redia anak membebaskan diri. Setelah redia anak
terbentuk kemudian redia berkembang sendiri-sendiri untuk membentuk cercaria.
Tubuh redia berbentuk silinder dengan otot kalung leher (collar). Di dalam kalung
redia terdapat sel ekskresi dan sel pertumbuhan. Cercaria dihasilkan melalui
pembelahan sel pertumbuhan. Satu redia induk biasanya mengadung 3 redia anak
yang sudah berkembang sempurna. Selama musim panas, biasanya hanya terdapat
satu generasi redia. Redia menghasilkan cercaria yang akan meninggalkan siput
Tubuh cercaria berbentuk bulat telur dan memiliki ekor untuk berenang.
Cercaria yang keluar dari tubuh siput membebaskan diri dan berenang kemudian
mencari tumbuh-tumbuhan air untuk melekat dan melepaskan ekornya. Cercaria
dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai bintik-bintik putih yang bergerakgerak dan akan terlihat lebih jelas pada air jernih dengan alas stoples yang gelap
yang disinari cahaya terang. Cercaria hidupnya terbatas kecuali menemukan
tumbuh-tumbuhan atau hewan yang sesuai untuk menjadi kista dan kemudian
berubah menjadi metacercaria. Setelah melekatkan diri pada tumbuhan air
contohnya batang padi dengan jarak 10 cm dari batang kemudian ekor dilepaskan.
Selanjutnya cercaria berubah menjadi kista dengan cara mensekresikan subtansi
viskus untuk melapisi tubuhnya. Cercaria yang telah menjadi kista disebut
metacercaria. Proses pembentukan dinding kista disertai pembentukan alat-alat
dalam tubuh, berupa alat tubuh cacing dewasa, proses ini berlangsung 2-3 hari,
setelah itu metacercaria bersifat infeksius serta tahan kering dan panas.
10
11
bentuk oval dengan lingkaran spiral pada ujung ekor. Dinding rumah transparan,
berwarna kuning coklat atau agak kehitaman.
Lymnaea rubiginosa merupakan sejenis siput yang mudah ditemukan di
perairan yang jemih, dengan oksigenasi air yang baik, dan aliran air yang tidak
terlalu cepat seperti lingkungan sawah. Siput ini mempunyai cangkang yang tipis
dan tidak mempunyai operkulum sehingga tidak tahan pada suhu air yang tinggi.
Makanan utamanya adalah alga dan tanaman rumput-rumputan termasuk daun
padi yang telah membusuk.
4. NEMATHELMINTHES
Nemathelminthes adalah cacing gilig, yang memiliki tubuh seperti benang
dengan ujung keduanya runcing. Contoh spesies dari filum ini adalah cacing
Ascaris lumbricoides.
Cacing betina menghasilkan 200 ribu butir per hari. Telur Ascaris
lumbricoides berkembang dengan baik pada tanah liat dengan kelembaban tinggi
pada suhu 25-30 C. Fase internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh
hospes definitif. Didalam usus halus, telur infektif tersebut dicerna oleh enzim
pencernaan dan terbebabslah larva stadium II. Larva II akan menembus dinding
usus halus menuju hati atau larva akan mengikuti peredaran darah vena porta
menuju ke hati. Selanjutnya larva II tersebut menembus kapsul hati dan masuk
melalui sel-sel parenkim hati untuk selanjutnya ikut peredaran darah dari hati
menuju ke jantung, paru-paru, dan bahkan dapat menyebar seluruh organ tubuh.
12
13
14
5. ANNELIDA
Annelida atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh
bersegment. Annelida dibagi menjadi tiga kelas yaitu polychaeta, olygochaeta,
dan hirudinae. Berbeda dengan Plathyhelminthes dan Nematihelminthes,
Annelida merupakan hewan tropoblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati.
Ukuran dan bentuk tubuh annelida memiliki ukuran panjang tubuh sekitar 1mm.
Bentuk tubuhnya simetri bilateral dan bersegmen menyerupai cincin.
Perkembangan Annelida Annelida umumnya bereproduksi secara seksual
dengan pembentukan gamet. Organ seksual Annelida terdapat dalam satu tubuh
Annelida atau yang biasa disebut dengan hemafrodit. Ovum dan sperma
dihasilkan oleh klitellium. Di dalam klitellium terdapat kelenjar yang digunakan
untuk membungkus telur yang telah dihasilka dari fertilisasi menjadi kokon.
15
Annelida melakukan fertilisasi secara silang. Dua cacing tanah kawin dengan cara
mengatur posisi mereka sedemikian rupa sehingga dapat saling menukarkan
sperma dan kemudian akan kembali memisah. Sperma yang diterima akan
disimpan secara temporer di dalam klitelium. Kemudian klitelium akan
mensekresikan kokon yang dapat bergeser sepanjang tubuh cacing, kemudian
terjadilah pembuahan. Setelah itu kepompong lepas dari cacing dan berkembang
di dalam tanah.
6. MOLLUSCA
Mollusca adalah hewan bertubuh lunak. Mollusca telah berkembang di
laut selama lebih dari 600 juta tahun dan ada lebih dari 100000 spesies Mollusca.
Filum Mollusca termasuk siput kecil, cumi-cumi, gurita, kerang, tiram, dan cumicumi. Ada empat kelas utama dalam filum Mollusca, yaitu kelas Gastropoda,
Bivalvia, Cephalopoda dan Polyplacophora.
Organ reproduksi mollusca yang terletak di massa viseral (lihat gambar
cumi-cumi betina). Kedua bentuk reproduksi seksual sederhana dan sangat
kompleks. Telur terjadi pembuahan eksternal (kecuali sebagian milik kelas
Cephalopoda), kadang-kadang dalam pemijahan (telur dan sperma dalam jumlah
besar dilepaskan ke air pada waktu yang sama). Mollusca adalah Protostomia,
mereka mengalami pembelahan spiral dan memerlukan jenis kelamin terpisah
untuk reproduksi. Beberapa dapat hermafrodit, misalnya siput karena gerakan
lambat, mereka memiliki kemampuan untuk mengubah jenis kelamin. Setelah sel
16
telur dibuahi, ia menjadi larva, yang motil (dapat bergerak aktif). Ini disebut larva
trokofor. Kemudian ini memanjang dalam tahap perkembangan berikutnya
disebut larva veliger.
Larva mollusca paling mendasar adalah trokofor, yang planktonik dan
memakan makanan partikel mengapung dengan menggunakan dua tali dari silia
sekitar ekuator untuk menyapu makanan ke dalam mulut, yang menggunakan
lebih silia untuk mengusir mereka ke dalam perut, dengan menggunakan silia
lebih lanjut untuk mengusir sisa-sisa yang tidak tercerna melalui anus. Jaringan
baru tumbuh tumbuh pada pita dari mesoderm di bagian dalam, sehingga seberkas
apikal dan anus didorong lebih lanjut saat binatang itu tumbuh. Akhirnya, larva
tenggelam ke dasar laut dan bermetamorfosis menjadi bentuk dewasa. Sementara
metamorfosis adalah keadaan yang biasa pada mollusca, dengan cumi berbeda
menunjukkan perkembangan langsung: tukik adalah miniatur bentuk dewasa.
17
lingkungan terumbu yang belum terjamah, kima yang sejenis biasanya hidup
membentuk kelompok-kelompok sehingga memungkinkan terjadinya pembuahan
secara optimal.
Jumlah telur yang dipijahkan oleh seekor induk berkisar antara jutaan
untuk kerang jenis kecil. Pembuahan terjadi secara eksternal yaitu di air. Telurtelur dari seekor induk akan dibuahi oleh sperma dari kerang yang lain. Telurtelur dengan diameter sekitar 100 m akan menetas menjadi larva trofokor kirakira 12 jam setelah fertilisasi. Telur kemudian akan berkembang menjadi veliger
atau larva yang dilengkapi dengan velum yang dikelilingi oleh bulu-bulu getar.
Pada umur dua hari setelah fertilisasi panjang veliger kira-kira 160 m, dan sudah
mempunyai cangkang transparan yang berbentuk D, sehingga disebut juga Dveliger.
Setelah berumur 1 2 minggu, veliger akan mengalami metamorfosis
(perubahan bentuk) yang kemudian mempunyai kaki jalan yang berfungsi untuk
mencari substrat tempat menempelkan diri. Bentuk seperti ini juga disebut
pediveliger. Setelah memperoleh substrat penempel yang aman, velum kemudian
menghilang dan pediveliger berubah menjadi spat atau kerang muda yang akan
menempel pada karang mati dengan bantuan benang-benang bysus. Spat kerang
yang baru mengalami metamorfosis panjangnya kira-kira 200 m.
18
19
7. ARTHROPODA
Arthropoda merupakan hewan yang memiliki tubuh berbuku-buku. Insekta
termasuk dalam salah satu anggota dari Filum Antropoda. Salah satu contohnya
pada metamorfosis kupu-kupu. Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan
aktivitas pada siang hari, pada malam hari kupu-kupu akan istirahat dan
terlindungan daun pepohonan.
Pada siang kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan aktivitas
mencari makan dan berproduksi. Kegiatan mencari makan dilakukan sendirisendiri tetapi sering tampak kupu-kupu jantan dan batina terbang berpasangan dan
pada saatnya akan melakukan kopulasi.
Metamorfosis adalah proses dari ulat menjadi hewan baru (fase sempurna)
yaitu kupu-kupu. Pada prosesnya terjadi cukup panjang dan lama namum
sederhana. Pertama-tama mulai dari telur yang diletakkan oleh kupu-kupu pada
daun (biasanya daun pohon jeruk atau dapat juga pohon yang lain) yang bertujuan
nantinya daun tersebut bisa menjadi bahan makanan ulat tersebut hingga
mencapai dewasa setelah tiba waktunya menjadi pupa atau
kepompong dan
20
dalam beberapa hari akan menjadi kupu-kupu baru. Berikut adalah siklus hidup
dari kupu-kupu:
1. Telur
Telur akan menetas antara 3 5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun
tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi
cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva
tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat
larva akan berganti kulit.
21
2. Larva (ulat)
3. Pupa (kepompong)
Fase pupa kalau dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal dalam
pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya
keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Umumnya pupa
berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya (berkamuflase)
Pembentukan kupu-kupu dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 20 hari
tergantung spesiesnya.
22
4. Kupu-kupu (imago)
dan
mengembang
secara
normal.
Segera
setelah
sayap
8. ECHINODERMATA
23
Fase larva
Inseminasi terjadi secara eksternal di air laut, setelah selang waktu 90
menit akan terjadi pembelahan sel yang pertama. Stadiun 64 sel akan dicapai
dalam waktu 5 sampai 6 jam setelah inseminasi. Selanjutnya embryo akan
mencapai stadium morulae. Stadium blastulae dicapai kira-kira 8 sampai 9 jam
24
laboratorium terbukti bahwa larva yang diberi makan algae bersel tunggal dapat
hidup dan tumbuh dengan baik. Larva akan tumbuh normal pada pergoyangan
salinitas antara 26 sampai dengan 35. Pertumbuhan larva akan dihambat pada
salinitas lebih rendah dari22. Pertumbuhan larva Acanthaster planci juga akan
terhambal apabila suhu lebih rendah dari 24C. Lamanya fase larva bervariasi dari
25
tempat ke tempat dan bervariasi terhadap macam algae yang dikonsumsi. Bintang
laut jenis Acanthaster planci adalah pemangsa polip karang hidup. Kondisi ini
berlaku terbalik pada fase larva. Larva bintang laut ini merupakan mangsa yang
empuk bagi polip karang. Selain karang, berbagai jenis ikan kecil dan ubur-ubur
laut juga bertindak sebagai predator dari larva Acanthaster planci.
Stadium muda
Apabila mengadakan observasi secara langsung ke daerah terumbu karang
pada umumnya selalu mendapatkan bintang laut pemakan karang dewasa yang
berukuran di atas 200 mm. Sangat sukar mendapatkan biota stadium muda
26
(juvenile) di pemukaan karang batu. Hal ini disebabkan karena sifat hidup
bersembunyi (kriptik) dan bintang laut ini pada umumnya aktif di malam hari
(noktural). Pada habitatnya juvenil dari Acanthaster planci bersembunyi di bawah
bongkah karang mati yang ditumbuhi oleh algae dan algae merambat. Bintang laut
stadium muda ini bisa juga didapatkan pada bagian pangkal karang bercabang.
Hal ini untuk memudahkan bintang laut tersebut mencari makan dan menghindari
diri dari serangan predatornya. Bintang laut jenis Acanthaster planci yang hidup
di perairan sekitar Kepulauan Fiji, pada usia di atas 5 bulan hidup dari
mengkonsumsi algae benang (coraline algae). Pada saat itu biota ini telah
mencapai ukuran diameter tubuh sekitar 19,5 mm, dengan kecepatan tumbuh
(growth rate) sekitar 2,6 mm/bulan. Selanjutnya bintang laut muda yang
mempunyai diameter tubuh berkisar antara 40 mm sampai 100 mm, dengan usia
berkisar antara 5 sampai dengan 15 bulan, mempunyai kecepatan tumbuh sekitar
16,7 mm/bulan. Bintang laut ini masih bersifat kriptik (hidup bersembunyi).
Setelah mencapai ukuran diameter tubuh di atas 100 mm atau pada usia lebih dari
20 bulan. Bintang laut ini akan meninggalkan sifat kriptiknya dan aktif makan
siang dan malam. Pada saat itu kecepatan tumbuh akan mengalami penurunan,
yaitu sekitar 5,3 mm/bulan.
27
28
BAB III
KESIMPULAN
29
30
Daftar Pustaka
Aziz, Aznam.1998.Beberapa Catatan Tentang Daur Hldup Bintang Laut Pemakan
Karang.Oseana, 23 (2): 11 - 17
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/25677/animaldevelopment/63769/M
etamorphosis
https://anugrahjuni.wordpress.com/biologi-in/metamorfosis-kupu-kupu
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2165217-metamorfosismetamorfosis-tidak-sempurna-dan/#ixzz1aZMVYTYq
31