Anda di halaman 1dari 15

EVAPORASI DAN EVAPOTRANSPIRASI

1. PERHITUNGAN EVAPORASI
Dari siklus hidrologi telah diketahui bahwa curah hujan yang terakumulasi di permukaan
bumi sebagai air permukaan, sungai, danau dan sebagainya. Sebagian air tersebut akan
kembali lagi ke atmosfir sebagai uap melalui peristiwa penguapan. Sedang penguapan
tergantung dari factor cuaca, seperti temperature udara, temperature air, angina, tekanan
atmosfir, radiasi matahari, disamping kuantitas air dan macam permukaan dimana
penguapan terjadi seperti penguapan pada permukaan tanah yang jenuh air akan berbeda
dengan permukaan tanah yang tidak jenuh air.
Mengingat laju penguapan/evaporasi dipengaruhi banyak faktor cuaca, maka adalah sulit
untuk merumuskan secara tepat sesuai dengan fenomena yang terjadi di alam. Akan tetapi
kesulitan itu justru mendorong orang orang untuk mengemukakan rumus hasil
penelitiannya, seperti di bawah ini.
1.1 Perhitungan Evaporasi Dengan Menggunakan Rumus Empiris
Perhitungan evaporasi dengan menggunakan rumus empiris, missal:
A). Aerodinamic method.
Pada metoda ini dimasukan factor factor pengontrol perpindahan uap dari suatu
permukaan seperti pertambahan kelembaban arah vertical, dan turbulensi aliran udara.
E0 = K UZ (ew eZ)
Dengan:
E0

= evaporasi permukaan air bebas selama perioda pengamatan

= konstanta empiris dengan ketinggian tertentu.

UZ

= hubungan matematik antara evaporasi pada massa air yang luas terhadap kecepat

angin
dengan ketinggian tertentu.
ew

= tekanan uap jenuh di udara dengan temperatur sesuai dengan temperatur airnya
(diambil rata rata selama perioda pengamatan)

eZ

= tekanan uap sesungguhnya di udara setinggi Z (rata rata selama perioda

pengamatan)

B). Energi Budget Method


Dari hokum kekekalan energy didapat hubungan:
RN = H + LE + G
dengan:
RN

= jumlah radiasi netto dari gelombang panjang dan pendek yang diterima pada
permukaan bumi

= panas yang dapat dilihat /dihitung pada atmosfir

LE

= panas yang tidak dapat dilihat/dihitung pada atmosfir

= panas yang dapat dihitung pada tanah (soil heat flux)

C). Persamaan Rohwer


Persamaan ini menyatakan bahwa angina merupakan factor utama yang mempengaruhi.
E0 = a (ew + ea)(1 + b V)
Parameter a, b dapat ditentukan dari penyelidikan dan pengukuran di Fort Collin (Colorado)
terhadap Colorado Pan, maka rumus Rohwer dimodifikasi menjadi:
E0 = 0,484 (1 + 0,6 V ) ( ew ea )
dengan:
E0

= evaporasi permukaan air bebas

= kecepatan angina rata rata dalam sehari

ew

= tekanan uap jenuh dengan temperatur sesuai dengan temperature air

ea

= tekanan uap sesungguhnya di udara (mmbar)

D). Persamaan Penman


E0 = 0,35 ( es ea ) ( 0,50 0,54 UZ )
dengan:
E0

= laju penguapan pemindahan massa ( mm/hari )

es

= tekanan uap jenuh pada suhu udara permukaan air (Ts)0C dalam satuam (mm.Hg)

ea

= tekanan uap actual pada suhu udara permukaan air (Ta)0C dalam satuan (mm.Hg)

UZ

= kecepatan angina pada ketinggian 2 m di atas permukaan air (m/detik)

1.2. Perhitungan Evaporasi Dengan Menggunakan Pengukuran Langsung


Pengukuran evaporasi langsung dari permukaan air bebas dapat dilakukan dengan
keseimbangan air ( water balance ). Dalam metoda ini diperlukan penentuan sistem sirkulasi
air. Untuk menyatakan air yang masuk dan keluar dari bagian daerah aliran atau area
drainase dengan persamaan:
E0 = P + Isurf + Igw Osurf Ogw - S
dengan:
Eo

= evaporasi muka air bebas, mm/hari

= hujan harian, mm

Isurf

= aliran permukaan harian yang masuk (surface inflow)

Igw

= aliran air tanah yang masuk (ground water inflow)

Osurf

= aliran permukaan harian yang keluar (surface outflow)

Ogw

= aliran air tanah yang keluar (ground water outflow)

= perubahan jumlah simpanan air selama perioda pengamatan (l/hari)

2. PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI ACUAN


Evapotranspirasi (evapotranspiration) adalah proses perubahan molekul air dari permukaan
bumi, tanah dan vegetasi menjadi uap dan kembali lagi ke atmosfir. Evapotraspirasi
merupakan gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi. Karena itu evapotrasnpirasi
dipengaruhi oleh factor evaporasi permukaan air bebas, radiasi matahari, temperature,
hara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan pengaruh transpirasi seperti jenis dari
tumbuh tumbuhan, kedalaman akar, penyebaran dan kerapatan vegetasi penutup,
disamping itu juga pengaruh kelembaban tanah, koefisien reflaksi (albido) dari vegetasi
penutup permukaan bumi.
Pada prinsipnya evapotranspirasi acuan/rujukan (reference evapotranspiration = ET O),
adalah sama dengan evapotranspirasi potensial untuk suatu tanaman rujukan, yaitu
evapotranspirasi dari permukaan tanah yang luas dengan ditumbuhi rumput hijau setinggi 8
15 cm, yang masih aktif tumbuh terhampar menutupi seluruh permukaan tanah tersebut,
dengan albedo = 0,23 dan tidak kekurangan air.
Kegunaan evapotranspirasi acuan (ETO) adalah untuk menghitung evapotranspirasi tanaman
pertanian (ETC), karena keduanya mempunyai hubungan linier yang dapat dinyatakan
dengan persamaan: ETC = KC ETO. Nilai KC bergantung dari varietas dan umur dari tiap
tanaman.
Berbasis pada ketersediaan data iklim, maka untuk menghitung evapotranspirasi acuan
(ETO)
Dapat menggunakan beberapa model berikut:
a. Temperatur, seperti metoda Thorntwaite, metoda Blaney Cridle, metoda Hamon.
b. Temperatur dan kelembaban relatif, seperti metoda David dan Prescott.
c. Radiasi global, seperti metode Hargreaves, dan Steven, metoda FAO tanpa koreksi
dan Makkink.
d. Radiasi bersih, seperti metoda yang diusulkan oleh Hargreaves (1985), Priestly,dan
Taylor (1972), FAO terkoreksi.
e. Kombinasi, seperti metoda Penman (1948) metode Penman FAO, metoda standar
FAO (Penman Monteith).
f. Regresi linier, seperti yang diperkenalkan oleh Kananto (Puslitbang air).
Disini kita hanya akan membahas metoda Penman FAO, karena metoda ini telah
direkomendasikan oleh FAO pada tahun 1977 sebagai metoda terbaik dari yang lain dan

pada tahun 2003 telah diadopsi oleh Badan Standarisasi Nasional untuk diterbitkan
sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI).
Evapotranspirasi Acuan Metoda Penman Monteith (1965), persamaannya dapat ditulis
sebagai berikut:

(
(

dengan:
ETO

= evapotraspirasi, dinyatakan dalam mm/hari

Rn

= radiasi matahari netto di atas permukaan tanaman, (MJ/m2/hari)

= panas laten untuk penguapan, (MJ/kg)

U2

= kecepatan angina pada ketinggian 2 m,(m/s)

ea

= tekanan uap jenuh (kPa)

ed

= tekanan uap actual (kPa)

= kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (kPa/ 0C)

= konstanta psikromatik, dinyatakan dalam ( kPa/0C)

Rn

= dihitung dengan rumus:


Rn = Rns Rnl

dengan:
Rns

= radiasi gelombang pendek, (MJ/m2/hari)

Rnl

= radiasi gelombang panjang, (MJ/m2/hari)

Besarnya Rns adalah:


Rns = (1 ) Rs
dengan:

= koefisien pantulan radiasi tajuk = 0,23

Rs

= radiasi matahari (MJ/m2/hari)

Dan Rs dihitung dengan:


(

dengan:
n

= lama matahari bersinar dalam satu hari (jam)

= lama maksimum matahari bersinar dalam satu hari (jam)

Ra

= radiasi matahari ekstrateresterial (MJ/m2/hari)

Besarnya Ra adalah:
Ra = 37,6 dr (s. sin . sin + cos . cos . sins)
dengan:
dr

= jarak relative antara bumi dan matahari

= deklinasi matahari (rad)

= letak lintang (rad)

= sudur pada saat matahari terbenam (rad)

Dan s dihitung dengan:


s = arccos( - tan.tan )
dengan:

= deklinasi matahari (rad)

= letak lintang (rad)

dan dr dihitung dengan (persamaan Duffie & Beckman,1980):


dr = 1 + 0,0033 cos (

) = 1 0,0033 cos (0,0172 JD )

besarnya dihitung menurut (persamaan Duffie & Beckman,1980):


=

keterangan:
D

= nomor urut hari dalam setahun (hari Julian)

Besarnya nilai JD dihitung dengan :


Untuk JD bulanan ( Gommes, 1983)
JD = Integer (30,4 M 15,23)
Untuk JD harian (Crag, 1984)
JD = integer (

Keterangan :
M

= bulan (1 -12)

= hari dalam ( 1 365 atau 360)

Jika tahunnya normal dan M < 3 maka nilai JD ditambah nilai 2


Jika tahunnya kabisat dan M > 2 maka nilai JD ditambah nilai 1

Untuk melakukan perhitungan dengan perioda 10 harian, maka nilai JD diambil pada hari ke
5, 15, 25 pada setiap bulannya dan untuk perhitungan bulanan diambil pada pertengahan
bulan atau dihitung dengan persamaan.
Besarnya N dihitung dengan persamaan:
N = 24/ s
Dan Rnl dihitung dengan persamaan:
Rnl = Rld + Rlu = f ( a vs ) Tk
dengan:
Rlu = radiasi thermal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke atmosfir, dinyatakan
mega joule per meter persegi per hari (MJ/m2/hari)
Rld = radiasi gelombang panjang thermal yang dipancarkan oleh tanaman dan tanah ke
atmosfir (MJ/m2/hari)
f

= factor penutupan awan, tanpa dimensi

= emisifitas efektif atmosfer

vs

= nilai emisivitas oleh vegetasi dan tanah = 0,98 (Jesen dkk, 1990)

= nilai konstanta Stefen Boltzman = 4,9 x 10-9 MJ/m2/K/hari

Tk

= suhu udara rata - rata, dinyatakan dalam Kelvin (K)

Faktor penutupan awan (f) dihitung dengan rumus (FAO No 24, 1977)
f = 0,9 n/N + 0,1
Emisivitas ( ) dihitung dengan persamaan (Jensen dkk, 1990)
(

dengan:

= emisivitas efektis di atmosfir

vs

= 0,98

are

= 0,34 0,44

bre

= - 0,25 - - 0,24

Kecepatan angin pada ketinggian 2 m, adalah:


(

dengan:
U2

= kecepatan angina pada ketinggian 2 m (m/s)

Uz

= kecepatan angina pada ketinggian z m (m/a)

= ketinggian alat ukur kecepatan angina (m)

Tekanan uap januh (ea) besarnya dihitung menurut (Tetens, 1930)


(

Tekanan uap actual (ed) dihitung dengan


ed = ea . RH

dengan:
RH

= kelembaban relative rata rata, dinyatakan dalam (%).

Kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara dihitung dengan (Murray,1967).
(

Keterangan:
= kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu udara, (kPa/ 0C)
T = suhu udara rata-rata (0C)
Ea= tekanan uap jenuh pada suhu T (kPa)

Konstanta psikrometrik ( ) dihitung dari (Brunt, 1952):


(

dengan:

= konstanta psikrometrik, (kPa/0C)

ep

= nilai panas spesifik udara lembab, sebesar 1,013 kJ/kg/0C

= tekanan atmosfir, (kPa)

= nilai perbandingan berat molekul uap air dengan udara kering = 0,622

= panas laten untuk penguapan, (MJ/kg)

Tekanan atmosfir (P) dihitung dari (Burman, 1987).

keterangan:
P

= tekanan atmosfir pada elevasi z, (kPa)

pe

= tekanan atmosfir pada permukaan laut (kPa)

= elevasi (m)

z0

= elevasi acuan, (m)

= gravitasi = 9,81m/det2

= konstanta gas spesifik = 287 J/kg/K

Tko

= suhu pada elevasi z0, (K)

= konstanta lapse rate udara jenuh = 0,0065 K/m

Jika tekanan udara pada suatu stasiun tidak tersedia, maka gunakan asumsi:
Tko = 293 K untuk T = 20 0C dan P0 = 101,3 kPa pada z0 = 0

Panas laten untuk penguapan () dihitung dengan rumus (Harrison, 1963):


= 2,501 (2,361 x 10-3) T
dengan:

= panas laten untuk penguapan, (MJ/kg)

= suhu udara rata rata, (0C)

Data yang diperlukan dalam perhitungan:


a). Data cuaca dan topografi
- Suhu udara rata rata (0C)
- Kelembaban relative rata rata (%)
- Lama penyinaran matahari dalam satuan hari yang dinyatakan dalam satuan jam (h)
- Jika ada, tekanan udara di lokasi stasiun ( kPa).
- Jika ada, radiasi matahari dilokasi tsasiun ( MJ/m2/hari)

b). Data letak stasiun.


- Elevasi atau altitude stasiun pengamatan klimatologi dalam satuan meter di atas
Permukaan laut.
-

Letak garis lintang lokasi stasiun pengamatan klimatologi yang dinyatakan dalam
derajat, kemudian dikonversi dalam radian. (Dimana 2 radian = 360 derajat)

Cara perhitungan:
1. Kumpulkan data cuaca yang tersedia di lokasi stasiun beserta data elevasi dan letak
lintang stasiun.
2. Hitung besarnya nilai tekanan uap jenuh berdasarkan data suhu udara dengan
persamaan
(

3. Hitung besarnya nilai tekanan uap jenuh berdasarkan data suhu udara, dengan
persamaan:
Ra = 37,6 dr (s. sin . sin + cos . cos . sins)
4. Kurangi nilai tekanan uap jenuh dengan nilai tekanan uap actual atau hasil langkah (2)
dengan langkah (3).
5. Tentukan nilai perkalian antara konstanta 4,098 dengan hasil langkah 2 ( tekanan uap
jenuh).
6. Hitung perkalian antara konstanta 0,00163 dengan data tekanan udara di lokasi
stasiun.
7. Hitung besarnya nilai panas laten berdasarkan data suhu udara dengan menggunakan
persamaan:
Untuk JD bulanan ( Gommes, 1983)
JD = Integer (30,4 M 15,23)
Untuk JD harian (Crag, 1984)
JD = integer (

8. Hitung nilai konstanata psikromatik dengan membagikan hasil nilai langkah (6)
dengan langkah (7) atau menggunakan persamaan:
dr = 1 + 0,0033 cos (

) = 1 0,0033 cos (0,0172 JD )

9. Hitung nilai dari (T + 237,3)2


10. Hitung kemiringan kurva tekanan uap () dengan membagikan hasil langkah dengan
langkah (9) atau menggunakan persamaa:
s = arccos( - tan.tan )
11. Tentukan hasil pembagian antara konstanta 900 dengan suhu kelvin.
12. Tentukan hasil perkalian data kecepatan angina, hasil langkah (8), langkah (4) dan
langkah (11).
13. Hitung besarnya nilai sudut deklinasi () berdasarkan persamaan.
(

14. Hitung besarnya jarak relative matahari dengan bumi (dr) menggunakan persamaan.
dr = 1 + 0,0033 cos (

) = 1 0,0033 cos (0,0172 JD )

15. Berdasarkan data letak lintang stasiun, tentukan nilai sudut saat matahari terbenam
(s) dengan menggunakan persamaan:
s = arccos( - tan.tan )
16. Tentukan nilai radiasi ekstrateraresterial (Ra), dengan persamaan:
Ra = 37,6 dr (s. sin . sin + cos . cos . sins)
17. Hitung nilai radiasi matahari (Rs) berdasarkan data langkah (16) dengan data lama
penyinaran matahari menggunakan rumus:
(

18. Hitung factor penutupan awan berdasarkan data lama penyinaran matahari
menggunakan persamaan:
f = 0,9 n/N + 0,1
19. Hitung besarnya radiasi gelombang pendek (Rns) berdasarkan hasil langkah (17) dan
nilai albedo dengan menggunakan persamaan:
Rns = (1 ) Rs
20. Hitung nilai emisivitas atmosfir berdasarkan persamaan:
(

21. Tentukan nilai hasil perkalian antara konstanta Stefan-Boltzman dengan pangkat
empat suhu Kelvin.

22. Tentukan nilai radiasi gelombang panjang (Rnl) berdasarkan hasil perkalian langkah
(18), langkah (20), dan langkah (21), atau dengan persamaan:
Rnl = Rld + Rlu = f ( a vs ) Tk
23. Hitung besarnya nilai radiasi netto, dengan mengurangkan hasil langkah (19) dengan
langkah (22), atau dengan persamaan:
Rn = Rns Rnl
24. Tentukan perkalian antara konstanta 0,408, hasil kali langkah (10), dan langkah (23).
25. Jumlahkan hasil langkah(12), dengan hasil langkah (24)
26. Berdasarkan data kecepatan angin, hasil langkah (10), langkah (8), hitung nilai dari:
( + (1 + 0,34 U2)).
27. Hitung besarnya nilai ETo dengan bembagi hasil langkah (25) dengan hasil langkah
(26).
28. Perhitungan ETo selesai.

3. PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL


Evapotranspirasi potensial (ETp), adalah laju evapotranspirasi yang terjadi dengan anggapan
kelembaban tanah cukup tersedia sepanjang waktu. Dari DPS dapat diperkirakan dengan
persamaan:
ETp = Kv . ETo
dengan:
ETp

= Evapotranspirasi potensial (mm/hari).

Kv

= koefisien dari jenis vegetasi di kawasan itu.

ETo

= Evapotranspirasi rujukan/acuan (mm/hari).

Pada umumnya dari suatu DPS, vegetasinya tidak satu jenis, oleh karena itu nilai K v sangat
bervariasi bergantung dari jenis vegetasinya. Sementara ini para ahli memperkirakan nilai Kv
= 0,9 (Rob. Van der Weert, 1994).
Evapotranspirasi dari vegetasi hutan dari suatu DPS/SWS, akan berbeda dengan
evapotranspirasi dari vegetasi tanaman pertanian. Air hujan dapat tertahan di permukaan
daun vegetasi hutan sebagai air intersepsi dan dapat kembali menguap ke atmosfir. Bagian
hujan yang menjadi air intersepsi dapat diperkirakan dengan persamaan (Rob. Van der
Weert, 1994):

= 1 0,37 P0,14
dengan:

= bagian air hujan yang menjadi intersepsi vegetasi hutan.

= curah hujan bulanan (mm).

4. PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN


Evapotranspirasi tanaman (ETC), adalah tebal air yang dibutuhkan untuk keperluan
evapotranspirasi suatu jenis tanaman pertanian tanpa dibatasi oleh kekurangan air. Dengan
kata lain tebal air yang dibutuhkan oleh tanaman supaya hidup. Nilai ET C setiap jenis
tanaman akan berbeda-beda, dan dapat dihitung dengan persamaan:
ETC = KC . ETO
dengan:
ETC

= evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

ETO

= evapotranspirasi acuan (mm/hari)

KC

= koefisien tanaman untuk jenis tanaman tertentu

Dalam perencanaan dan pengoperasian daerah irigasi harus memperhitungkan ET O agar air
yang disediakan sesuai dengan kebutuhan. Setiap jenis dan setiap tahap pertumbuhan
tanaman ETC akan berbeda beda, karena KC bergantung pada umur dan jenis varietas
tanaman.
Dari persamaan ETC = KC . ETO ternyata ada 2 tahap untuk menentukan nilai ETC yaitu:
1. Perhitungan evapotranspirasi tanaman acuan, ETO.
Perhitungan evapotraspirasi tanaman acuan, diantaranya dengan metoda PenmanMonteith yang telah direkomendasi FAO.
2. Menentukan koefisien tanaman, KC.
Koefisien tanaman bergantung dari jenis tanaman, dan nilainya bervariasi menurut
umur tanaman. Tanaman pertanian di Indonesia umumnya adalah padi dan palawija.
Koefisien tanaman, KC untuk pelaksanaan kegiatan proyek irigasi di Indonesia dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel koefisien tanaman, KC untuk padi dan palawija


Bulan ke

Nedco / Prosida

FAO

Palawija

Lokal

Unggul

Lokal

Unggul

0,5

1,20

1,20

1,10

1,10

0,50

1,0

1,20

1,27

1,10

1,10

0,65

1,5

1,32

1,33

1,10

1,05

0,97

2,0

1,40

1,30

1,10

1,05

1,03

2,5

1,35

1,30

1,10

0,30

0,98

3,0

1,24

0,30

1,05

3,5

1,12

0,95

4,0

0*)

0*)

0,85

Sumber, Standar Perencanaan Irigasi, Departemen PU, 1987.


*)

Selama setengah bulan terakhir pemberian air diberhentikan, nilai KC = 0 dan padi

akan terus tumbuh dengan air yang tersedia (kelembaban tanah) di petak sawah.

4. PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI AKTUAL


Evapotranspirasi actual (ETa), adalah evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya sesuai
dengan persediaan air/kelembaban tanah yang tersedia. Nilai ETa = ETP apabila persediaan
air tidak terbatas. Untuk tanaman rujukan dengan persediaan air yang tidak terbatas, maka
ETa = ETP = ETO. Apabila tanah dalam kondisi kering maka ETO di bawah ETP. Hubungan
antara ETa dan ETP adalah:
ETa = (k/c) ETP
dengan:
ETa

= Evapotranspirasi actual (mm/bulan)

ETP

= Evapotranspirasi potensial (mm/bulan)

= kelembaban tanah tersedia (available soil moisture, mm/bulan)

= kapasitas kelembaban tanah tersedia (available soil moisture capacity, mm/bulan)

Apabila kondisi tanah berada pada kapasitas lapangan (field capacity) maka ET a = ETP.
Kapasitas lapangan adalah jumlah air yang tertahan dalam tanah setelah air vegetasi yang
berlebih tertiris keluar (drained away). Kapasitas kelembaban tanah bergantung dari jenis

tanah, nilainya berkisar dari 25 mm pada jenis tanah dangkal berpasir sampai 550 mm pada
jenis tanah tanah liat berlempung.
Dari persamaan ETa = (k/c) ETP terlihat bahwa evapotranspirasi aktual merupakan proses
yang kompleks, karena bergantung dari ketesediaan kelembaban tanah. Dalam suatu DPS
umumnya ETa diperkirakan berdasarkan model curah hujan sebagai masukan dan debit
sebagai keluaran. Contoh sangat sederhada ditujukan pada persamaan berikut:
P + Qi + Gi = ETa + QO + GO + Pa
dengan:
P

= curah hujan, diukur dengan alat penakar hujan

Qi

= debit masukan, diukur dengan alat ukur debit

QO

= debit keluar, diukur dengan alat ukur debit

Gi

= air tanah yang masuk, diukur dengan metoda geohidrologi

GO

= air tanah yang keluar, diukur dengan metoda geohidrologi

Pa

= perubahan cadangan air, sebagai jumlah dari tiga bagian, yaitu cadangan air
permukaan, air tanah, lengas tanah

ETa

= evapotranspirasi actual.

Anda mungkin juga menyukai