Anda di halaman 1dari 5

AKTIFITAS PENDUDUK DI SEKITAR PEGUNUNGAN TENGGER

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di
daratan maupun di dasar laut. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang
erat dengan aktivitas manusianya. Satu ciri utama kajian geografi adalah mengkaji saling
hubungan antara unsur fisik dan unsur sosial di permukaan bumi.
Aktivitas penduduk disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis terutama
kondisi fisiknya. Kondisi geografi fisik tersebut meliputi kondisi iklim, topografi, jenis dan
kualitas tanah serta kondisi peraian.
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh manusia pada hakikatnya tergantung pada kondisi
lingkungan fisik itu sendiri dan kualitas manusianya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan
kondisi lingkungan fisiknya untuk kesejahteraan hidupnya.
Kawasan gunung Bromo yang penuh dengan lembah, kaldera atau padang pasir dan kondisi
alam nan subur mendorong penduduk sekitar lereng gunung Bromo membuka lahan baru
baik untuk pemukiman penduduk,membuka ladang,perkebunan dan fasilitas lainnya hingga
kemudian kawasan membentuk pemukiman penduduk yang cukup indah yang kemudian
dikenal dengan nama suku Tengger.
Pemukiman penduduk dikawasan ini dalam proses perkembangannya penuh nuansa sejarah
yang melegenda dan dikaitkan dengan legenda joko Seger dan roro anteng yang kemudian
membangun pemukiman dikawasan ini sehingga tak heran setiap bulan saka masyarakat
Tengger mengadakan upacara yadnya kasada atau kasodo di pura luhur poten bromo yang
terletak dikaki gunung Bromo dan puncak gunung Bromo .
Pola hidup penduduk suku Tengger mengacu pada bidang pertanian terutama sayuran seperti
kubis,kentang,wortel dan jagung ,namun semenjak kawasan gunung Bromo dibuka menjadi
kawasan obyek wisata pola hidup masyarakat Tengger kian maju dengan terbukanya
lapangan kerja baru seperti sebagai pemandu wisata dengan menyewakan kuda atau mobil
jeeb untuk menjelajah kawasan gunung bromo kemudian mereka dapat membuka
warung,jasa ,kios dan lainnya yang mampu memberi nilai ekonomi bagi masyarakat Tengger
dan sekitarnya.
Pola hidup masyarakat Tengger menarik ditelusuri terutama kehidupan sosial budayanya
yang beragam baik ekonomi,sosial kemasyarakatan,pendidikan,hukum maupun pola
hidupnya yang memiliki cirikhas yang unik dan menarik .Kehidupan masyarakat Tengger
dikenal hidup sederhana meskipun kawasan gunung bromo ini kini sangat terkenal di
Indonesia dan mancanegara,tetapi gaya hidup masyarakat Tengger tetap sederhana baik
dilihat alat pertanian seperti:cangkul,sabit dan beberapa alat pertaniannya maupun kehidupan
sehari-hari.Pertanian dikawasan gunung Bromo yang tandus nan subur juga mampu memberi
masa depan dengan menjual pelbagai hasil sayuran keluar daerah kemudian hasil pertanian
tersebut sebagian ditabung untuk masa depan dan memenuhi keperluan hidup seperti
membeli kebutuhan pokok,membiayai sekolah ,membangun rumah dan keperluan penting
lainnya.
1

Pola hidup masyarakat Tengger yang sederhana membuat kehidupan masyarakat kawasan
jauh dari glamour tempat tinggal misalnya rumah kawasan ini banyak yang sudah permanen
,namun tetap hidup sederhana dengan mengacu pada pertanian kemudian pendidikan juga
mendapat perhatian penting dari masyarakat Tengger banyak dari masyarakat kawasan
berpendidikan tinggi dari tk sampai perguruan tinggi bahkan ada kalangan masyarakat
tengger yang berprofesi sebagai PNS,pedagang dan profesi lainnya.Kawasan tengger pun
kian lama mengalami kemajuan sarana pendidikan seperti gedung sekolah dari tingkat SD
sampai SMA terdapat dikawasan ini meskipun prasarana terbatas kemudian dibangun pula
gedung kelurahan,pkk dan sarana lainnya yang cukup memadai bagi masyarakat Tengger.
Kehidupan beragama dikawasan daratan tinggi Tengger memiliki toleransi dan intergrasi
yang tinggi walaupun berbeda keyakinan tetapi kehidupan masyarakat Tengger tetap rukun
dan saling bekerja sama dengan baik sehingga memberi warna baru dalam kehidupan
beragama di Indonesia.Masyarakat Tengger dengan segala kekayaan sosial budayanya
membawa khasanah budaya yang baru bagi budaya nasional.
Ada 3 teori yang menjelaskan asal nama Tengger:
Tengger berarti berdiri tegak atau berdiam tanpa gerak, yang melambangkan watak orang
Tengger yang berbudi pekerti luhur, yang harus tercermin dalam segala aspek kehidupan.
Tengger bermakna pegunungan, yang sesuai dengan daerah kediaman suku Tengger.
Tengger berasal dari gabungan nama leluhur suku Tengger, yakni Roro Anteng dan Joko
Seger.
Agama
Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama Hindu. Mereka yakin
merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Nama Tengger berasal dari Legenda Roro
Anteng dan Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran
nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger".
Perasaan sebagai satu saudara dan satu keturunan Roro Anteng-Joko Seger itulah yang
menyebabkan suku Tengger tidak menerapkan sistem kasta dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya
Bagi suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali
masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini
bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur
Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah
malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo
(kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Upacara adat lain yang diamalkan masyarakat Tengger adalah unan-unan, leliwet, entasentas, dll.

Kondisi Lingkungan Tengger


Geografis
Masyarakat Adat Tengger bertempat tinggal di daerah Pegunungan Tengger pada ketinggian
antara 1.000 3.676 m di atas permukaan laut. Kawasan Tengger secara geografis terletak
pada garis lintang 7054 8013 LS dan garis bujur 112051 113004 BT. Pegunungan
Tengger merupakan sebuah pegunungan yang luas dan merupakan rangkaian Gunung Berapi
dengan ketinggian 2.800 m di atas permukaan laut. Pegunungan ini merupakan pegunungan
kedua yang berimpitan dengan Gunung Semeru di sebelah utara, dan berasal dari bekas
letusan kelompok-kelompok gunung berapi.
Pegunungan Tengger mempunyai kawah berbentuk ellips (bulat telur) dengan puncak
berbentuk dinding melingkar, luasnya mencapai 6.290 Ha, panjangnya 9 km dari utara ke
selatan dan 10 km dari barat ke timur. Kawah Gunung Bromo dan Gunung Semeru selalu
mengeluarkan asap yang mengepul dan menggelembung ke angkasa. Kawah Gunung Bromo
posisinya berada di atas kawah (kaldera) Tengger, keunikan itu disebut dengan Crater In a
Crater (kawah dalam kawah). Oleh orang Tengger, kawah tersebut dikenal dengan sebutan
Pelabuhan, karena di tempat ini Masyarakat Adat Tengger melakukan labuhan sebagian hasil
bumi atau ternak sebagai pelaksanaan dari pesan leluhur mereka.
Aktivitas Gunung Bromo dan Gunung Semeru tersebut mempengaruhi topografi kawasan
Tengger, yaitu kaldera yang mengelilingi Laut Pasir terjal dengan kemiringan sekitar 60o
80o dan ketinggian antara 200 600 m. Gunung Bromo tergolong gunung yang terendah di
antara deretan pegunungan di kawasan Tengger. Oleh Masyarakat Adat Tengger, Gunung
Bromo bukan hanya dianggap sebagai gunung suci tetapi juga gunung yang membawa
berkah. Daerah pegunungan Tengger terdiri dari gunung-gunung kecil, seperti Gunung
Kendi, Baruklinting, Argowulan, Pananjakan, Mungal, Cemara Lawang, Batok, Pasung
Centang, Bromo, Pundak, Widodaren, Pundak Lembu, Ijo, Walangan, Ideri, Kursi, Ider-ider,
Jantur dan Pulosari. Diantara gunung-gunung terdapat sebuah laut pasir yang luasnya 4.265
km2 dan oleh orang setempat dikenal dengan Segara Wedhi.
Secara administratif, Masyarakat Adat Tengger tersebar di 4 (empat) kabupaten, yaitu
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Pasuruan.
Jumlah desa di seluruh 4 Kabupaten yang didiami oleh Masyarakat Adat Tengger sebanyak
33 desa, yaitu
1) Kabupaten Probolinggo. Di Kecamatan Sukapura, yaitu Desa Jetak, Desa Wonoroto, Desa
Ngadas, Desa Wonokerto, Desa Ngadirejo, Desa Sapikerep, Desa Sariwani, Desa Pakel dan
Desa Kedasih. Di Kecamatan Lumbang, yaitu Desa Sapih. Kecamatan Sumber, yaitu Desa
Pandesari, Desa Ledok Ombo, Desa Wonomerso, Desa Sumber Genito, Desa Anom Pasur.
2) Kabupaten Pasuruan. Di Kecamatan Tosari, yaitu Desa Sedaeng, Desa Tosari, Desa
Wonokitri, Desa Mororejo, Desa Kandangan, Desa Ngadiwono, Desa Podokoyo, Desa
Kalitejo, dan Desa Balidono. Di Kecamatan Tutur, yaitu Desa Kayu Kebek, Desa Ngadirejo.
Kecamatan Puspo, yaitu Desa Kedawung.

3) Kabupaten Lumajang. Hanya di Kecamatan Senduro, yaitu Desa Argosari, dan Desa
Ranupani.
4) Kabupaten Malang, di Kecamatan Poncokusumo yaitu Desa Ngadas, Desa Gubug Klakah,
dan Desa Duwet.
Desa Ngadisari merupakan desa paling tinggi dan paling dekat lokasinya dengan Kawah
Gunung Bromo dibanding desa-desa lain.

OBYEK WISATA POTENSIAL


Di lokasi wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdapat beberapa obyek wisata
yang wajib dikunjung selain Gunung Bromo, diantaranya adalah:
1. KALDERA TENGGER
Secara literatur, Kaldera adalah sebuah fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah
pasca letusan vulkanik pada gunung berapi. Kata Kaldera atau Caldera, di ambil dari bahasa
Spanyol yang berarti Wajan. Hal ini menjelaskan bahwa kaldera memiliki bentuk yang
cekung dan dalam, menyerupai sebuah danau. Pada kawasan komplek pegunungan Tengger,
terdapat kaldera yang sangat luas dengan diameter 8-10 Km, dan dinding dari kaldera
tersebut mengelilingi sebuah lautan pasir. Di antara lautan pasir tersebut, terhampar beberapa
pegunungan di tengahnya, yaitu, Gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung Widodaren,
Gunung Watangan dan Gunung Kursi. Dinding pada kaldera yang mengelilingi lautan pasir
tersebut sangat terjal dan memiliki kemiringan 60-80 derajat, dengan tinggi sekitar 200-600
m.
Awal mulanya, Gunung Tengger merupakan gunung yang terbesar dan tertinggi waktu itu.
Saat terjadi letusan kecil pada gunung Tengger, terdapat materi vulkanik yang terlempar dan
membentuk lembah yang besar. Dari letusan itu terciptalah sebuah kaldera. Dengan
kedalaman kaldera saat itu, materi vulkanik dari letusan itu tertumpuk dan menjadi lautan
pasir. Di duga, kaldera yang terbentuk pernah terisi oleh air dan yang mengakibatkan adanya
aktivitas lanjutan dengan munculnya lorong magma di tengah kaldera dan membentuk
gunung-gunung baru seperti Gunung Widodaren, Gunung Watangan dan Gunung Kursi,
Gunung Batok dan Bromo.
2. SUMUR PITU
Kawah ini terletak di antara lautan pasir, dari jauh tampak seperti tumpukan batu bata.
Masyarakat setempat menyebut kawah tersebut dengan Sumur Pitu atau Tujuh Sumur. Secara
Geologi, kawah ini terbentuk dari letusan lahar gunung Kursi.
3. GUNUNG BROMO
Gunung Bromo, merupakan gunung berapi yang masih aktif dan yang paling terkenal di Jawa
Timur dengan kunjungan yang paling ramai setiap tahunnya. Gunung Bromo memiliki
ketinggian 2.392 Meter dari atas permukaan laut dan berada dalam empat lingkup kabupaten,
yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Kabupaten Malang. Keadaan alam gunung
Bromo bertautan pula dengan lembah, ngarai, caldera atau lautan pasir dengan luas sekitar 10
4

Km.Gunung Bromo juga termasuk dalam satu kawasan Bromo Tengger Semeru National
Park, dimana terdapat beberapa obyek wisata yang bisa dikunjungi seperti, Gunung Semeru,
Gunung Tengger, Gunung Batok, beberapa danau dan Gunung Bromo sendiri. Sebagai
gunung berapi yang masih aktif, Gunung Bromo telah mengalami letusan dengan interval
waktu yang teratur dalam 20 abad ini, yakni sekitar 30 tahun sekali. Letusan terbesar terjadi
pada tahun 1974 dan kembali meletus di tahun 2010.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah sekitar 800 meter yang
terbentang dari utara ke selatan, dan 600 meter dari timur ke barat. Sedangkan daerah
bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Mata pencarian
a. Peternak
Daerah dataran tinggi mempunyai iklim yang cukup dingin. Kondisi demikian cocok untuk
memelihara ternak. misalnya sapi perah, kambing, kelinci, ayam pedaging dan ayam petelur.
b. Petani
Banyak juga penduduk dataran tinggi yang menjadi petani, namun jenis tanamannya berbeda
dengan dataran rendah. Petani di dataran tinggi biasanya menanam palawija, sayur-mayur
dan bunga. selain itu, ada juga petani yang bertanana berupa perkebunan, misalnya teh, kopi,
cengkeh, pala dan buah-buahan.
c. Pekerja/buruh perkebunan
Didaerah dataran tinggi biasanya terdapat perkebunan besar. Banyak penduduk dataran tinggi
yang bekerja sebagai buruh perkebunan. Misalnya buruh di perkebunan teh, kopi dan
cengkeh.
d. Pekerja pertukangan
Pekerja pertukangan ialah orang-orang yang bekerja membuat rumah. Ada dua macam
tukang yaitu tukang batu dan tukang kayu. peerjaan tukang batu anatara lain membuat
tembok, pendasi, dan memasang tekel. tukang kayu membuat pintu dan jendela.
e. Pedagang
Pedagang dataran tinggi membeli hasil daerah dataran tinggi seperti sayur-sayuran, buahbuahan, kopi, cengkeh dan pala. Selain itu mereka menyediakan beras dan barang-barang
kebutuhan yang tidak dihasilkan daerah dataran tinggi.

Anda mungkin juga menyukai