Anda di halaman 1dari 9

FRAKTUR

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1.Pengertian
Fraktur adalah putusnya kontinustas tulang, tulang rawan epidermis atau tulang
rawan sendiri karena adanya tauma ( staff pengajar Pkal, 2000 )
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang ( elizabet g, corwin 2000 )
Fraktur adalah patah tulang disebabkan oleh trauma atau tenaga listrik ( Syluia A
price, 1994)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan, yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa ( Wim de jong, 1997 )
Dari 4 pengerian diatas Fraktur adalah pemisahan atau patah tulang yang melibatkan
bagian potongan menyilang tulang, dan otot, kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi
2. Patofisiologi
a.Etiologi
a) Trauma langsung ( direct ) yaitu bila fraktur terjadi ditempat terjadinya bantuan
misalnya pukulan atau benturan keras sehingga langsung mengakibatkan fraktur
b) Trauma tidak langsung ( indireet ) yaitu bila titik tumpu benturan dengan titik
fraktur berjauh misalnya pada orang yang jatuh dengan keadaan lengan ekstensi
dapat tejadi pada pegelangan tangan dan klavikula
c) Trauma ringan, hal ini terjadi karena kondisi tulang melemah karena penyakit
seperti osteoporosis ( arsinoma ) sehingga hanya dengan adanya trauma rigan
dapat menyebabkan Fraktur
d) Trauma spontan, faktur ini disebabkan karena tarikan otot yang sangat kuat

b. Perjalan penyakit
Trauma langsung
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang
patah tulang
pendarah
gangguan peredaran darah
isehemik
nekrosis
terputus kontinuitas tulang
mencapai jaringan lunak
fragmen tulang merobek vena dan arteri

terjadi perdarahan
kehilangan darah eksternal maupun

globula lemak masuk kedarah


globula lemak bergabung dalam darah

yang tidak kelihatan


kehilangan cairan eksternal sel
kejaringan lunak
terjadi kehilangan dalam jumlah besar

globula lemak akan bergabung


dengan trombus
terbentuknya emboli lemak

menyumbat pembuluh darah


kecil yang masuk keotak
syok

paru, ginjal

otak
Aliran darah
keotak kurang
hipoksia

paru
emboli lemak masuk
ke vena
penyumbatan pembuluh
mikrovaskuler

koma
kematian

ginjal
menurun aliran
darah keotak
ginjal tidak mampu
konsentrasi urin
ginjal akut
gagal ginjal

c. Tanda dan gejala


a) Pemeriksaan fisik

Syok, anemia, perdarah

kerusakan pada organ

fraktor predisposisi : fraktur patologis

b) Pemeriksaan lokal
1. inspeksi

Bandingkan dengan bagian yang sehat

perhatikan posisi anggota gerak

ku secara keseluruhan

ekspresi wajah

linda kering atau basah

ada tanda '' anemia ''

apakah ada luka pada kulit atau jaringan lunak

apakah ada trauma pada organ lain

perhatian kondisi mental

keadaan vaskularisasi

2. Palpasi

Temperatur setempat yang meningkat

nyeri tekan

krepitasi

pemeriksaan vaskuler

pengukuran tungkai

3. Pergerakan

pada penderita fraktur setiap pergerak akan menyebabkan nyeri hebat uji
pergerakan jangan dilakukan secara kasar
jaringan lunak, pendarahan, dan saraf.

menyebabkan kerusakan

d. Komplikasi
a) Syok
Syok hipovolemik atau traumatik akibat kehilangan darah, karena tulang
merupakan organ yang sangat paskuler
b) Sindrom Emboli Lemak
Pada saat terjadi fraktur, lemak dapat masuk kedalam darah akibat tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena kapekolakin yang
dilepaskan oleh reaksi sters akan memobilisasikan asam lemak dan memudahkan
terjadi lemak dalam darah
c) Sindrom Kompartemen
Kurangnya perkpusi jaringan dalam otot disebabkan:
a) Penurunan ukuran kompertemen otot karena pembungkusan otot terlalu ketat,
gips atau balutan terlalu ketat
b) Petan isi kompertemen otot karena edema atau pendarahan
3. Pemeriksaan penunjang
a) pemeriksaan radiologi = menentukan lokasi / luasnya praktur / trauma
b) CT scan / skan tulang = mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c) arkriogram = dilakukan bila kerusakan vaskular
d) DL = - Ht atau Ht
e) kreatinin trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk plitens ginjal
4. Penatalaksanaan Medis
1) Foto rongen tulang
2) Tindakan operasi
3) Darah lengkap, Hb, Ht, eritrosit, Leukosit
5. Penatalaksanaan Keperawatan
-Tirah baring
-Mobilisasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepanjang hari
Insomia
Nyeri dada dengan aktivitas
Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda : gelisah, perubahan status mental mis: letargi tanda vital berubah pada
aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit katub jantung, bedah jantung endokarditis,
SLE, anemia ,syok septik
Tanda : TD mungkin rendah ( gagal pemompaan ) atau tinggi kelebihan beban
cairan
c. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwarna gelap berkemih mala hari, diare,
d. cairan / makanan
gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, penambahan BAB signifikan
pembengkakan pada ekstranitas bawah, pakaian / sepatu terasa sesak
Tanda : Penambahan berat badan cepat, distensi abdomen ( asites ) edema
e. Nyeri / kenyamanan
gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronik, nyeri abdomen kanan atas, sakit
pada otot
Tanda : tidak tenang, gelisah, fokus menyempit ( menarik diri ), perilaku
melindungi diri
f. Keamanan
Gejala : perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan / tonus otot
kulit lecet

2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubngan dengan berpindah fragmen tulang
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen kebutuhan
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus C menurun curah jantung / menigkat produksi ADH dan retensi
Natrium
4. Resti infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka
3. Perencanaan
1. gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan berpindahnya fragmen tulang
Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan masalah gangguan rasa nyaman nyeri
teratasi
Intervensi :
Mandiri
1. Pertahanan imoilisasi bagian yang sakit
2. Tinggikan dan dukung ekstreminasi yang kekena
3. Hindar pengguanaan sprei
4. Tinggikan penutup tempat tidur
5. Evaluasi keluhan nyeri / ketidak nyamanan
6. Dorong pasien untuk mendiskusi masalah sehubungan dengan cedera
7. Berikan obat sebelum perawatan aktivitas
8. Berika alternatif tindakan kenyamanan
Kolaborasi
1. Lakukan kompres dingin /es 24- 48 jam pertama sesuai dengan keperluan
2. Berikan obat sesuai indikasi : narkotik dan analgesik nonarkotik : NSAID
injeksi cth : ketoralak ( Toradol ) dan Siklobenzaprin ( flekseril )
3. Berikan / awas analgesik yang dikontrol pasien ( ADP ) bila indikasi

Rasional :
1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalaha posisi tulang / tegangan jaringan
yang cedera
2. meningkatkan aliran vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri
3. Dapat meningkatkan ketidak nyamanan karena peningkatan produksi panas
dalam gips yang kering
4. Mempertahankan kehangatan tubuh
5. Pengawasan keefektifan intervensi
6. Membantu untuk menghilangkan ansietas
7. Meningkatkan relaksasi otot dan meningkatkan partisipasi
8. Meningkat sirkulasi umum
9. Menurukan edema / menurunkan sensasi nyeri
10. Diberikan untuk menurukan nyeri
11. Pemberian rutin ADP mempertahankan kadar analgesik darah

DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwandianto dan budi sampurna. Kedaruratan Medik, Pedoman Pelaksanaan Praktek,
Edisi Jakarta, PT . Bima Aksara, 1991
Carpenito, L. J . Nursing Care Plant and Dokumention; Nursing diagnosa and collaboratio
Problem. Second ed philadelphia, 1989
Long, B.C Perawatan Medikal Bedah ( suatu pendekatn proses keperawatan edisi 1 dan
edisi 2 Pajajaran Bandung, 1996

Anda mungkin juga menyukai