Anda di halaman 1dari 20

TENAGA KERJA

411234 - (33)

BAB X
TENAGA KERJA
I.

PENDAHULUAN

Usaha memperluas kesempatan kerja dalam rangka mengurangi pengangguran yang ada maupun menyerap tenaga kerja
baru merupakan satu kesatuan usaha di dalam seluruh usaha
pembangunan. Oleh karena itu program-program pembangunan di semua sektor mempergunakan perluasan kesempatan
kerja sebagai salah satu sasarannya yang utama, khususnya
melalui usaha-usaha kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja
baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Oleh karena masalah perluasan kesempatan kerja yang dihadapi pada tahun-tahun menjelang dilaksanakannya Repelita I
cukup besar maka pemecahan masalah ini dengan sendirinya
membutuhkan waktu lebih lama.
Masalah lainnya yang dihadapi di bidang tenaga kerja adalah
kekurangan tenaga terdidik dalam berbagai lapangan pembangunan. Masalah ini semakin terasa dengan semakin lajunya
usaha-usaha pembangunan.
Dalam rangka pelaksanaan Repelita I telah dilakukan berbagai usaha untuk mengatasi kedua masalah pokok di atas.
Adapun langkah-langkah yang telah dilaksanakan ditujukan
terhadap sasaran-sasaran sebagai berikut :
1. Usaha-usaha untuk memperluas kesempatan kerja secara
langsumg dalam rangka mengurangi pengangguran dan
menyerap tambahan angkatan kerja.
2. Penyediaan fasilitas-fasilitas latihan dalam rangka pembinaan
tenaga-tenaga terdidik dalam jumlah dan mutu yang
515

sesuai dengan perkembangan kegiatan pembangunan dan


penyediaan lapangan kerja.
3. Pembinaan hubungan perburuhan serta peningkatan jaminan sosial, keselamatan kerja serta syarat-syarat kerja
lainnya.
II. PELAKSANAAN
KEGIATAN
AN HASIL YANG DICAPAI
1.

DAN

PERKEMBANG-

Usaha-usaha menciptakan kesempatan kerja.

Usaha menciptakan kesempatan kerja pada dasarnya dilakukan melalui pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan.
Dengan demikian usaha perluasan kesempatan kerja berjalan
bersama-sama dengan usaha-usaha untuk mencapai sasaransasaran pembangunan lainnya.
Dalam hubungan ini pertimbangan perluasan kesempatan
kerja telah mendapat tempat yang penting di dalam menentukan prioritas pembangunan selama Repelita I. Prioritas yang
diberikan kepada pembangunan, daerah pedesaan mempunyai
kaitan langsung dengan usaha memperluas kesempatan kerja.
Hal ini disebabkan oleh karena sebagian besar penduduk dan
angkatan kerja berada di daerah pedesaan. Di daerah pedesaan
produktifitas tenaga kerja dan laju pertumbuhan produksi
relatif rendah, disebabkan masih terbelakangnya cara-cara
produksi, terbatasnya sarana-sarana pemasaran, keuangan, dan
padatnya penduduk. Pengarahan usaha pembangunan ke daerah pedesaan diharapkan akan dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan memperluas kesempatan kerja secara langsung
maupun tidak langsung. Sudah barang tentu usaha pembangunan
pedesaan disertai pula dengan kebijaksanaan agar hasilhasil pembangunan dapat lebih merata dirasakan oleh rakyat
pedesaan.
Prioritas

516

pembangunan

pada

sektor

pertanian,

berbagai

program pembangunan di bidang prasarana seperti jalan ,

pengairan, dan lain-lain diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja. Usaha-usaha pembangunan di sektor industri
termasuk industri pariwisata turut meningkatkan penciptaan
lapangan kerja.
Selanjutnya kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang perkreditan, penanaman modal dan lain-lain diarahkan untuk menunjang usaha perluasan kesempatan kerja.
Bagaimanapun juga masalah tenaga kerja adalah suatu
masalah yang berhubungan erat sekali dengan masalah struktur kependudukan dan karenanya memerlukan pemecahan dalam jangka panjang. Sejalan dengan usaha-usaha jangka
panjang ini dalam Repelita I telah dilaksanakan berbagai program dan proyek jangka pendek untuk mengatasi masalahmasalah penciptaan lapangan kerja. Usaha ini dilakukan melalui proyek padat karya, bantuan untuk pembangunan daerah/
Kabupaten/Kotamadya dan bantuan kepada desa-desa.
a.

Proyek Padat Karya.

Proyek ini merupakan suatu usaha pembangunan dengan


memakai tenaga sebanyak-banyaknya dengan modal yang relatif
kecil. Proyek dilakukan di daerah-daerah yang banyak
penganggur dan setengah penganggur dan diutamakan di pulau
Jawa dan Madura. Kegiatan padat karya dalam proyek ini meliputi pembangunan atau perbaikan sarana-sarana ekonomi
seperti perbaikan terrasering, penghijauan, jalan desa dan
saluran tertiair. Para pekerja dalam proyek padat karya mendapat imbalan jasa yang berbentuk natura yaitu bulgur.
Sejak tahun 1972/73 sebagian imbalan jasa juga diberikan
berupa uang. Di samping itu diberikan bantuan pula dalam pembelian bahan-bahan dan peralatan kerja yang sangat dibutuhkan.
Pelaksanaan proyek padat karya sejak tahun 1969/70
sampai tahun 1973/74 dapat dilihat pada Tabel X 1.

517

TABEL X 1
PENGERAHAN TENAGA KERJA DALAM RANGKA
PROYEK PADAT KARYA
1969/70 1973/74
Tahun

Pengerahan tenaga kerja per


hart

1969/70
1970/71
1971/72
1972/73
1973/74

75.000
65.000
138.000
160.000
73.000

Jumlah

511.000

Selama Repelita I rata-rata lebih dari 100.000 orang sehari


telah ikut serta untuk bekerja 3 6 bulan setahun dalam
rangka pelaksanaan proyek ini. Dalam tahun 1973/74 jumlah
orang yang dapat dikerahkan menurun dibanding dengan tahun
sebelumnya oleh karena pada saat-saat terakhir kemampuan
penyediaan bulgur menjadi berkurang, disebabkan oleh impor
yang menjadi terbatas. Namun demikian hasil-hasil fisik yang
dicapai tetap meningkat dari tahun ke tahun khususnya pelaksanaan penghijauan. Selama Repelita I usaha-usaha penghijauan yang telah dilaksanakan meliputi luas lebih dari 55.000 ha,
panjang jalan desa yang telah diperbaiki melebihi 1.500 km
dan saluran tertiair yang telah dikeruk atau dibuat baru
lebih dari 5.700 km. (Lihat Tabel X 2).
b.

Bantuan untuk pembangunan Kabupaten/Kotamadya.

Sebagai salah satu usaha memperluas kesempatan kerja telah


diberikan bantuan untuk pembangunan daerah Kabupaten/
Kotamadya. Sasaran memperluas kesempatan kerja tercermin
di dalam dasar pemberian bantuan, yaitu jumlah penduduk
yang berdiam di suatu Kabupaten/Kotamadya. Pada saat dimulainya program ini pada tahun 1970/71, jumlah bantuan
518

519

TABEL X2
HASIL-HASIL FISIK PROYEK PADAT KARYA
1969/70 1973/74
R E P E L I T A

1969/70 1970/1971 1971/72 1972/73 1973/74


Perbaikan jalan
Desa (Km)
Pengerukan/
Pembuatan Saluran Tertiair
Penghijauan
(Ha)

Jumlah

1.06

311

621

700

102

1.840

600

1.040

1.584

1,358

1.150

5.732

1.000

1.400

2.073

7.027

43.582

55.082

adalah Rp. 50,- per kapita. Jumlah terus ditingkatkan menjadi Rp. 75,- per kapita pada tahun 1971/72, Rp. 100,- per
kapita pada tahun 1972/73 dan Rp. 150,- per kapita pada tahun
1973/74.
Kesempatan kerja dalam rangka program ini juga telah meningkat melalui pembangunan proyek-proyek prasarana pro-duksi
seperti jalan, jembatan, pengairan dan lain-lain, dengan
mengutamakan penggunaan tenaga kerja dan bahan-bahan dalam negeri. Hasil/ pelaksanaan proyek-proyek dalam program
ini memperlihatkan bahwa sebagian besar biaya yang dikeluarkan, yaitu 80% dipergunakan untuk membiayai upah tenaga
kerja dan dengan demikian menciptakan kesempatan kerja
secara langsung.
Selain dari penciptaan kesempatan kerja secara langsung
maka program bantuan pembangunan Kabupaten/Kotamadya
juga menciptakan kesempatan kerja secara tidak langsung sebagai akibat perbelanjaan orang-orang yang terlibat di dalam
proyek ini. Selanjutnya prasarana-prasarana yang dibangun
juga meningkatkan kesempatan kerja dengan adanya kegiatan
pembangunan yang lebih lancar.
520

Selama dilaksanakannya program bantuan Kabupaten/Kotamadya dalam Repelita I diperkirakan kesempatan kerja yang
diciptakan mendekati jumlah 11/ 2 juta "100 hari kerja" (Lihat
Tabel X 3).
TABEL

X3

PENGERAHAN TENAGA KERJA DALAM KEGIATAN


PROGRAM BANTUAN UNTUK PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTAMADYA
1970/71 1973/74
Tahun

Tenaga yang diserap

1970/71
1971/72
1972/73
1973/74

212.000*
303.000*
437.000*
534.000*
Jumlah : 1.486.000

Catatan

*)

Angka pada Tabel X 3 setelah disempurnakan kembali dan dibulatkan.

c. B a n t a m kepada desa-desa.
Program bantuan kepada desa sebesar Rp. 100.000, per
desa yang dilaksanakan selama Repelita I sejak tahun 1970/71
telah banyak merangsang kegiatan masyarakat desa. Bantuan
uang dimaksudkan untuk membeli bahan-bahan yang tidak terdapat di desa dan masyarakat desa memberikan sumbangan
dalam bentuk tenaga di dalam usaha-usaha pembangunan desa.
Dalam pelaksanaan bantuan ini ternyata rakyat desa menyumbang lebih besar di dalam usaha pembangunan. Usaha-usaha
yang dilakukan dalam rangka bantuan ini adalah perbaikan/
pembuatan jalan-jalan desa, saluran air, sekolah, tempat ibadat,
dan lain-lain, yang kesemuanya meningkatkan kesempatan ker- ja
521

langsung maupun tidak langsung.

Sebagai salah satu usaha memperluas kesempatan kerja telah


diberikan bantuan untuk pembangunan daerah Kabupaten/
Kotamadya. Sasaran memperluas kesempatan kerja tercermin
di dalam dasar pemberian bantuan, yaitu jumlah penduduk
yang berdiam di suatu Kabupaten/Kotamadya. Pada saat dimulainya program ini pada tahun 1970/71, jumlah bantuan

GRAFIK X - 2
P E N G E R A H A N T E N A G A K E R J A D A L A M K E G I ATA N P R O G R A M B A N T U A N
U N T U K P E M B A N G U N A N K A B U P AT E N / K O TA M A D YA
1969/70 - 1973/74

522

2.

Pembinaan dan penyediaan Tenaga Kerja.

a. Pusat-pusat latihan kerja.


Dalam rangka menyediakan tenaga-tenaga terdidik untuk
kebutuhan pembangunan, maka usaha-usaha diarahkan
untuk meningkatkan mutu ketrampilan tenaga kerja. Dalam hubungan ini maka selama Repelita I telah diusahakan rehabilitasi dan
perluasan 18 pusat-pusat latihan kerja yang terdiri dari 7 buah
pusat latihan management, 8 buah pusat latihan industri dan
3 buah pusat latihan pertanian.
Adapun tenaga kerja yang dilatih pada pusat-pusat latihan
ini selama Repelita I meliputi jumlah lebih dari 37.000 orang
dalam tiga lapangan kejuruan, yaitu industri, pertanian dan
management.
Bagi daerah-daerah pedesaan dan tempat-tempat yang jauh
letaknya dari pusat-pusat latihan kerja telah disiapkan 19 unit
latihan kerja kenning.
b. Tenaga kerja sukarela.
Salah satu usaha penting di dalam mengatasi kekurangan
tenaga terdidik di daerah pedesaan adalah pengerahan tenaga
kerja sukarela sarjana dan sarjana muda melalui Badan Urusan
Tenaga Kerja Sukarela Indonesia. Tenaga Kerja Sukarela bertugas di daerah pedesaan salaam dua tahun sebagai tenaga
pelopor pembangunan dan pembaharuan di dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana,
peningkatan produksi pertanian, administrasi desa dan pembangunan sarana-sarana irigasi dan jalan desa.
Selama Repelita I jumlah tenaga sarjana/sarjana muda yang
dikerahkan ke pedesaan berjumlah 827 orang lihat Tabel
X 4).
523

TABEL X 4
TENAGA SARJANA/SARJANA MUDA
YANG DIKERAHKAN DALAM RANGKA . KEGIATAN BUTSI
1969/70 1973/74
Tahun

Jumlah yang dikerahkan

1969/70
1970/71
1971/72
1972/73
1973/74

29
43
260
295
200

Jum1ah

827

Catatan : Angka pada Tabel X 4 setelah disempurnakan kembali.

3. Perbaikan hubungan perburuhan dan jaminan sosial.


a. Perbaikan hubungan perburuhan.
Terciptanya hubungan perburuhan yang sehat merupakan
salah satu faktor penting untuk menjamin kelangsungan dan
peningkatan produksi. Oleh karena itu selama Repelita I telah
diusahakan berbagai kegiatan yang menyangkut perbaikan
hubungan perburuhan.
Pada tahun terakhir Repelita I telah terbentuk federasi
buruh seluruh Indonesia setelah mengalami masa persiapan
yang cukup lama. Dengan terbentuknya FBSI maka serikatserikat buruh yang sebelumnya terpecah-pecah telah dapat
menyatukan diri ke dalam satu wadah. Juga perjuangan buruh
telah diletakkan atas dasar yang sehat, yaitu memajukan kepentingan sosial ekonomi buruh dalam rangka nasional. Dalam rangka pengembangan FBSI maka telah terbentuk
36 organisasi FBSI tingkat daerah dan cabang dan 15 organisasi lapangan pekerjaan tingkat pusat, tingkat daerah, tingkat cabang dan basis. Sejalan dengan pembinaan serikat-serikat buruh, maka pembinaan organisasi pengusaha sebagai
524

GRAFIK X - 3
T E N A G A S A R J A N A / S A R J A N A M U D A YA N G
D I K E R A H K A N D A L A M R A N G K A K E G I ATA N B U T S I
1969/70-1973/74

525

wadah daripada para pengusaha juga .telah dilakukan. Adanya


organisasi pengusaha yang efektif akan memudahkan pembinaan hubungan kerja yang serasi di antara buruh dan pengusaha.
Dalam usaha pembinaan hubungan kerja yang serasi, baik
secara bipartite pada tingkat perusahaan maupun tri partite
pada tingkat daerah dan nasional maka sejak tahun 1969 telah
dimulai persiapan pembangunan Pusat Pembinaan Tenaga Kerja
(Human Resources Development Centre) serta pemba-ngunan
kompleks Yayasan Tenaga Kerja Indonesia. Pusat ini dimaksudkan
untuk dijadikan tempat penelitian pendidikan tenaga kerja,
pertemuan-pertemuan dan seminar-seminar.
b.

Masalah pengupahan.

Untuk merumuskan kebijaksanaan di bidang pengupahan dirasakan terdapat banyak kesulitan berhubung kurangnya datadata pengupahan yang terkumpul secara teratur. O1eh karena itu
langkah-langkah yang diambil ditujukan untuk memperbaiki aparat. pengumpulan data-data upah secara teratur di
samping melaksanakan berbagai survey dan penelitian.
Dalam rangka merumuskan kebijaksanaan upah yang tepat
secara nasional maka telah dibentuk pada tahun 1974 Dewan
Penelitian Pengupahan Nasional. Dewan ini berfungsi untuk
membantu merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan upah
yang tepat sesuai dengan perkembangan pembangunan di berbagai sektor. Di daerah-daerah di mama terdapat banyak usahausaha industri dibentuk Pula Dewan Penelitian Pengupahan Daerah.
Dengan bertambah baiknya kehidupan sosial ekonomi maka
sejak dimulainya pelaksanaan Repelita I telah dilakukan perbaikan dan perobahan-perobahan di dalam daftar Kebutuhan
Fisik Minimum (KFM) sebagaimana yang pernah disusun oleh
"Panitia Suwahyo" pada akhir tahun 1965. Perbaikan dan
perubahan di dalam daftar ini dilakukan bersama oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi dan Depar- temen
Kesehatan. Secara bertahap ketentuan-ketentuan dalam
526

Kebutuhan Fisik Minimum diusahakan agar dipergunakan sebagai salah satu perimbangan penentuan upah.
c.
tua.

Jaminan sosial, jaminan kecelakaan dan j a m i n a n hari

Untuk melengkapi usaha-usaha di bidang pengupahan maka


selama Repelita I telah diusahakan adanya jaminan sosial yang
menyeluruh yang antara lain mencakup jaminan hari tua dan
jaminan kecelakaan. Dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 3 tahun 1 9 6 7 oleh Dana jaminan Sosial (suatu badan di
lingkungan Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi)
telah mulai dilaksanakan pertanggungan sakit, hamil, bersalin
dan meninggal dunia.
Sampai dengan akhir tahun 1 9 7 3 jumlah buruh dan keluarganya yang mengikuti pertanggungan berjumlah 1 3 4 . 6 6 7 orang
yang tergabung di dalam 1.010 perusahaan di berbagai cabang
kegiatan ekonomi seperti pengangkutan, pertambangan dan
penggalian, industri besar dan kecil, perdagangan, bangunan dan
lain-lain. Sarana administratif bagi pengembangan kegiatan
berupa kantor cabang, kantor perwakilan dan kantor penghubung
sudah terbina di 26 kota seluruh Indonesia. Dengan demikian
jangkauan kegiatan Dana Jaminan Sosial akan dapat
diperkembangkan lebih cepat dalam masa-masa akan datang.
Selain itu usaha-usaha penjajakan untuk membentuk asuransi sosial lebih luas terus dilaksanakan dengan bekerja sama
dengan pelbagai lembaga internasional.
d.

Keselamatan dan kesehatan kerja.

Kegiatan-kegiatan di bidang keselamatan dan kesehatan


kerja ditujukan untuk melindungi Para pekerja dari berbagai.
risiko jabatan (professional risk) maupun dari bahaya lingkungan (environmental hazards). Dengan ketentuan-ketentuan
dalam Undang-undang No. 11 tahun 1 9 7 0 , yakni Undang-undang tentang keselamatan kerja dan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 65 tahun 1 9 6 9 No. 2 dan No. 3 tahun 1970 maka
di perusahaan-perusahaan dan di daerah-daerah telah
527

dibentuk

Panitia Keselamatan Kerja. Tujuan pembentukan panitia-panitia ini adalah agar usaha-usaha untuk meningkatkan keselaniatan kerja dapat terlaksana secara lebih efektif.
Untuk ini maka telah dilatih tenaga-tenaga pelatih di kan-torkantor resort Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi. Tenaga-tenaga pelatih selanjutnya melatih pula tenaga-tenaga pembina keselamatan pada perusahaan-perusahaan
daerah tugasnya.
Pengawasan terhadap pelaksanaan norma-norma keselamatan kerja dilaksanakan oleh aparat pengawasan (dalam lingkungan Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi)
yang melakukan pengawasan pada perusahaan-perusahaan,
bengkel-bengkel dan tempat-tempat kerja lainnya.
Dalam bidang kesehatan perusahaan dan kesehatan kerja
(hyperkes) sejak dimulainya Repelita I telah dilaksanakan berbagai kegiatan survey di berbagai jenis perusahaan seperti di
bidang penebangan kayu dan pengolahan kayu, pabrik-pabrik
tepung kapur dan tepung batu serta perusahaan-perusahaan
pengolahan karat. Tujuan survey dan penelitian ini adalah untuk
mengetahui jenis-jenis penyakit dan bahaya kesehatan yang
terdapat di perusahaan-perusahaan ini. Selanjutnya telah diberikan pelayanan hyperkes kepada perusahaan-perusahaan,
baik sebagai pelaksanaan program kesehatan kerja dari pada
Lembaga Nasional Hyperkes maupun atas permintaan perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. Sampai dengan tahun
1973/74 telah dilaksanakan kunjungan setidak-tidaknya sebanyak 284 perusahaan yang mencakup 12.733 orang buruh. Kegiatan-kegiatan latihan dan penyuluhan juga terus ditingkatkan selama Repelita I. Selama tahun 1973/74 telah diselenggarakan latihan kepada tenaga-tenaga kesehatan perusahaanperusahaan antara lain perusahaan-perusahaan di lingkungan
penambangan timah dan perminyakan. Selanjutnya kegiatan
penyuluhan juga ditingkatkan melalui penerbitan brosur
dan majalah hyperkes.

528

Anda mungkin juga menyukai