Makalah Juwono Luciana Libre
Makalah Juwono Luciana Libre
Abstrak. Banyaknya produk hasil produksi luar negeri yang memasuki pasaran Indonesia dengan
kualitas yang lebih baik dan dengan harga yang mampu bersaing menjadi ancaman tersendiri yang
perlu diperhatikan secara serius oleh perusahaan-perusahaan lokal. Oleh sebab itu setiap perusahaan
dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas produknya. PT. SIMNU merupakan perusahaan
manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan kulit imitasi. Kualitas kulit imitasi terbagi bagi atas
kualitas baik (grade A), kualitas sedang (grade B), dan kualitas rendah (grade C). Perusahaan
menetapkan target persentase kulit imitasi grade B dan C sebesar 2% dari keseluruhan kulit yang
diproduksi. Akan tetapi saat ini hal tersebut belum tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi
jumlah kulit imitasi grade B dan grade C dengan menerapkan metode DMAIC Six Sigma. Penelitian
dilakukan sesuai dengan tahapan metode DMAIC, mulai dari pendefinisian masalah kualitas sampai
implementasi tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan yang dilakukan di lantai produksi, antara lain
penggunaan alat bantu, penggantian metode kerja, dan penetapan parameter proses produksi, berhasil
menurunkan persentase kulit imitasi grade B dan C dari 4,08% menjadi 2,18%.
Kata kunci: kualitas, Six Sigma, DMAIC, kulit imitasi
1. PENDAHULUAN
20
3. PENERAPAN DMAIC
Kulit imitasi yang dibuat oleh PT. SIMNU
merupakan kulit imitasi yang terbuat dari bahan baku
PVC (Polyvinyl Chlorida) atau PU (Polyurethan).
Selain bahan baku ini, beberapa zat juga ditambahkan
dalam proses produksi, misalnya stabilisator, zat warna,
dan plastisator. Bahan-bahan di atas setelah dicampur
dengan menggunakan mesin mixer akan membentuk
cairan kental yang disebut skin (SC).
Dalam proses produksinya, selain menggunakan
mesin-mesin produksi, juga digunakan release paper
21
Supplier
Input
Process
Output
Customer
Bahan Baku
Penimbangan
Mixing
Matching
Coating
Surface
Rolling &
Inspeksi
Penyaringan
3.1 Define
Kulit imitasi yang diinginkan konsumen adalah
kulit imitasi dengan grade A, yaitu kulit imitasi yang
tidak memiliki cacat dan mempunyai panjang
minimum 5 m tanpa sambungan. Data statistik
perusahaan menunjukkan bahwa kulit imitasi high
class memiliki persentase grade B dan C yang lebih
besar dibandingkan dengan kelas lainnya. Persentase
kulit imitasi grade B dan C dalam high class adalah
4,08%. Nilai ini lebih tinggi dari standar yang
ditetapkan perusahaan, yaitu 2%.
Banyaknya jenis (artikel) kulit imitasi dalam high
class yang sering diproduksi adalah 14 artikel.
Sebagian besar (80,48%) dari kulit imitasi grade B dan
C dalam high class ditemukan dalam 7 artikel sehingga
7 artikel ini akan menjadi fokus perbaikan dalam
penelitian ini. Artikel-artikel tersebut mempunyai kode
CM-01, AC-01, SF-01, SO-01, PJ-01, LB-01, dan CS01.
Ketujuh artikel melewati tahapan produksi yang
hampir sama. Gambar 1 menunjukkan Diagram SIPOC
untuk artikel AC-01, CM-01, PJ-01 dan CS-01
sedangkan Gambar 2 adalah Diagram SIPOC untuk
artikel SF-01 dan LB-01.
3.2 Measure
Pada tahap ini dilakukan perhitungan DPMO dan
level sigma untuk mengetahui performansi perusahaan
saat ini. Namun sebelumnya perlu diidentifikasikan
lebih dulu opportunity cacat yang mungkin terjadi yang
menyebabkan kulit imitasi dikategorikan sebagai kulit
imitasi grade B atau C. Dari hasil pengamatan
teridentifikasi 21 jenis cacat yang muncul dalam proses
produksi. Berdasarkan hasil produksi keseluruhan dan
banyaknya kulit imitasi grade B dan C yang dihasilkan
selama satu bulan diperoleh nilai DPMO sebesar
1940,37 dan level sigma sebesar 4,41.
3.3 Analyze
79% dari kulit imitasi grade B dan C mengandung
sepuluh dari 21 opportunity cacat yang disebutkan di
atas. Sepuluh jenis cacat ini menjadi fokus perbaikan
dalam siklus DMAIC yang pertama. Tujuan dilakukan
perbaikan adalah untuk menekan jumlah cacat tersebut
sehingga persentase grade B dan C dapat ikut ditekan.
Kesepuluh jenis cacat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Jenis Cacat yang Diperbaiki
Gambar 1:
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
22
Nama cacat
Cacat karena R/P yang rusak
Cacat pada lipatan laminating
Cacat karena ada sambungan R/P
Cacat pada sambungan laminating
Perbedaan kekasaran/kehalusan permukaan
Permukaan bergelembung
Warna kulit berbeda akibat skin (SC)
Cacat karena BC yang rusak
9.
10.
Nama
Permasalahan
Penyebab
Operator ceroboh
Keterbatasan
Kemampuan operator
Adanya elektristatis
Kerusakan R/P
Terkena
langsung
waktu yang
lama
udara
dalam
cukup
Terdapat
kotoran
SC/MC pada R/P saat
angkatan bak
Sambungan
obras
lebar dan benjol
Usulan Perbaikan
Terdapat sambungan
laminating
Kerusakan
BC
Sambungan
tidak rata
obras
Penggantian kertas
pelapis tidak rutin
Kualitas BC dari
supplier kurang baik
Operator ceroboh
Penyebab
Usulan
Perbaikan
Pembuatan dan
pemasangan SOP
Training
dan
evaluasi
kerja
rutin
Mencari
suhu
oven
optimal
yang tidak cepat
merusak R/P
Menggunakan
alat penghilang
elektristastis
R/P dilindungi
agar
tidak
langsung terkena
udara langsung
Mengganti
metode
kerja
pada
saat
angkatan
bak
terjadi
Menentukan
standar
batas
pemakaian R/P
Pembuatan dan
pemasangan SOP
Mengganti
dengan
sambungan obras
SC Belang
Operator ceroboh
SC Garis
Terdapat
kotoran
yang tidak tersaring
pada
penyaringan
awal
Metode penyaringan
ulang belum tepat
Operator ceroboh
Pisau
ketinggian
tidak rutin diasah
Gelembung
Pengecekan
ketebalan subjektif
Surface
23
Operator ceroboh
Mengganti
sambungan
laminating dengan
sambungan obras
Alat bantu potong
BC sebelum diobras
Membuat
jadwal
penggantian kertas
pelapis rutin
Mencari supplier lain
yang
memiliki
kualitas lebih baik
Pembuatan
dan
pemasangan SOP
Menentukan
batas
lama penyimpanan
dengan
memperhatikan
kenaikan viskositas
yang terjadi
Pembuatan SOP dan
pemasangan dekat
stasiun kerja
Mengganti material
untuk menyaring
Alat
bantu
penyaringan di bak
penampungan
Pembuatan
dan
pemasangan SOP
Melakukan
pengasahan
pisau
ketinggian
Melakukan tes suhu
agar
mengetahui
suhu optimal
Menggunakan alat
bantu berupa sensor
ketinggian
untuk
memeriksa
ketinggian binder
Pembuatan
dan
pemasangan SOP
Keterbatasan jumlah
operator
Menambah jumlah
operator pada stasiun
surface
metode
penyambungan
kulit imitasi antar
roll
Penyebab
Usulan Perbaikan
Mengganti metode
penyambungan roll
Melindungi
kulit
imitasi dan cairan
surface agar tidak
terlalu lama kontak
dengan udara bebas
Permasalahan
Surface
Cairan
surface
terdapat kotoran
mengecil
3.4 Improve
Tidak semua usulan perbaikan dalam Tabel 2
dapat diterapkan perusahaan saat ini. Tindakan
perbaikan yang sudah diimplementasikan di
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3
juga dapat dilihat bahwa hampir semua tindakan
perbaikan berhasil menurunkan persentase kulit imitasi
grade B dan C.
Kerusakan
R/P
Kerusakan
BC
Perbaikan
Alat
Kain Tricot
Hasil
Setelah
perbaikan
Paku
Penjepit
Penyanggah
Penggunaan alat
penghilang
Alat Bantu
elektrostatis
Penentuan batas
Uji
pemakaian R/P
ANOVA
Uji Tukey
Penggantian
Proporsi cacat
sambungan obras
mengecil
Penggantian
sambungan
laminating
Penentuan batas
Uji
SC Belang lama
ANOVA
penyimpanan SC
Uji t
Alat
Bantu
Penyaringan di
SC Garis
Alat Bantu
bak
penampungan SC
Pengasahan pisau
ketinggian
Gelembung
Penentuan suhu
Uji
pendinginan
ANOVA
Surface
Penggantian
Gambar 4: Alat
Bantu
Penampungan
Penyaringan
di
Bak
Proporsi cacat
mengecil
Proporsi cacat
mengecil
Proporsi cacat
mengecil
Proporsi cacat
mengecil
Proporsi cacat
24
Frekuensi maksimum
pemakaian
5 6 kali
4 5 kali
5 6 kali
5 6 kali
6 7 kali
5 6 kali
VII
6 7 kali
3.5 Control
Setelah dilakukan tindakan perbaikan, dilakukan
kembali perhitungan nilai DPMO dan level sigma.
Nilai DPMO setelah perbaikan menurun menjadi 919
dan level sigma naik menjadi 4,631. Nilai DPMO ini
akan menjadi acuan bagi pelaksanaan metode DMAIC
di siklus selanjutnya.
Persentase kulit imitasi grade B dan C setelah
perbaikan turun menjadi 2,18%. Uji statistika atas
hipotesa
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
4. KESIMPULAN
[10]
[11]
[12]
25