Anda di halaman 1dari 6

Jurusan Teknik Industri

Universitas Katolik Parahyangan


Edisi Januari Juni 2009

Penerapan Metode DMAIC Six Sigma untuk Meningkatkan


Kualitas Kulit Imitasi di PT. SIMNU
Cynthia P. Juwono
Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan
Jl Ciumbuleuit No 94 Bandung 40141
Telp/Fax: (022)2032700, Email:juwonocp@home.unpar.ac.id
Tebby Luciana
Alumni Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan
Jl Ciumbuleuit No 94 Bandung 40141

Abstrak. Banyaknya produk hasil produksi luar negeri yang memasuki pasaran Indonesia dengan
kualitas yang lebih baik dan dengan harga yang mampu bersaing menjadi ancaman tersendiri yang
perlu diperhatikan secara serius oleh perusahaan-perusahaan lokal. Oleh sebab itu setiap perusahaan
dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas produknya. PT. SIMNU merupakan perusahaan
manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan kulit imitasi. Kualitas kulit imitasi terbagi bagi atas
kualitas baik (grade A), kualitas sedang (grade B), dan kualitas rendah (grade C). Perusahaan
menetapkan target persentase kulit imitasi grade B dan C sebesar 2% dari keseluruhan kulit yang
diproduksi. Akan tetapi saat ini hal tersebut belum tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi
jumlah kulit imitasi grade B dan grade C dengan menerapkan metode DMAIC Six Sigma. Penelitian
dilakukan sesuai dengan tahapan metode DMAIC, mulai dari pendefinisian masalah kualitas sampai
implementasi tindakan perbaikan. Tindakan perbaikan yang dilakukan di lantai produksi, antara lain
penggunaan alat bantu, penggantian metode kerja, dan penetapan parameter proses produksi, berhasil
menurunkan persentase kulit imitasi grade B dan C dari 4,08% menjadi 2,18%.
Kata kunci: kualitas, Six Sigma, DMAIC, kulit imitasi

1. PENDAHULUAN

satu yang menjadi pertimbangan adalah kualitas dari


produk atau jasa itu sendiri. Konsumen tidak akan
membeli produk dengan harga yang sama namun
memiliki kualitas yang lebih rendah. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa perusahaan yang memproduksi
produk dengan kualitas yang rendah tidak akan mampu
bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang
sejenis.
PT. Sempurnaindah Multinusantara (PT. SIMNU)
merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di
bidang pembuatan synthetic leather atau kulit imitasi.
PT. SIMNU membagi kulit imitasi menjadi 3 kelas
berdasarkan ketebalannya, yaitu high class (paling
tebal), medium class , dan low class (paling tipis).
Sedangkan kualitas kulit imitasi dalam tiap kelas dapat
dibagi atas grade atau tingkatan tertentu, yaitu: grade
A untuk kulit imitasi dengan kualitas yang baik

Keadaan di Indonesia yang memasuki era


persaingan global terutama persaingan dalam dunia
bisnis dan perindustrian membuat semua aspek yang
terlibat didalamnya harus meningkatkan kualitasnya
agar dapat mampu bertahan. Salah satu yang menjadi
tanda bahwa dunia bisnis dan industri harus lebih
waspada adalah banyak produk hasil produksi luar
negeri yang memasuki pasaran Indonesia dengan
kualitas yang lebih baik dan dengan harga yang mampu
bersaing. Hal tersebut menjadi ancaman tersendiri yang
perlu diperhatikan secara serius oleh perusahaanperusahaan lokal yang berada di Indonesia sekarang ini.
Sekarang ini konsumen semakin kritis dalam
menilai sebuah produk atau jasa yang akan dibelinya.
Banyak hal yang menjadi pertimbangan sebelum
konsumen membeli sebuah produk atau jasa. Salah

20

Jurusan Teknik Industri


Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Januari Juni 2009

peningkatan kualitas menuju target 3.4 kegagalan per


sejuta kesempatan (Defect per Million Opportunities
/DPMO). Pande [7] menyatakan bahwa Six Sigma
merupakan suatu sistem yang komprehensif dan
fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan
memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma dikendalikan
oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan
pelanggan, penggunaan fakta, data, dan analisa statistik,
dan perhatian yang cermat dalam mengelola,
memperbaiki proses bisnis.
Beberapa istilah dalam konsep Six Sigma, antara
lain [6]:
1. Critical-to-Quality (CTQ); merupakan atributt
yang sangat penting untuk diperhatikan karena
berkaitan langsung dengan kebutuhan dan
kepuasan konsumen.
2. Defect; merupakan kegagalan untuk memberikan
yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
3. Defect per Million Opportunities (DPMO);
merupakan ukuran kegagalan dalam program
peningkatan
kualitas
Six
Sigma,
yang
menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan.
4. Process Capability. Kemampuan proses untuk
memproduksi atau menyerahkan output sesuai
dengan ekspektasi dan kebutuhan konsumen.
5. Define, Measure, Analyze, Improve, and Control
(DMAIC); merupakan proses untuk peningkatan
terus-menerus menuju target Six Sigma. DMAIC
dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu
pengetahuan dan fakta (systematic, scientific, and
fact-based).
6. Six Sigma : suatu visi peningkatan kualitas menuju
target 3,4 kegagalan per sejuta kesemapatan
(DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang
dan/ atau jasa).
Fokus dari Six Sigma adalah sebagai berikut [10]:
1. Pengurangan cycle time.
2. Pengurangan jumlah cacat.
3. Kepuasan pelanggan.

sedangkan grade B dan C untuk kulit imitasi dengan


kualitas yang lebih buruk.
Konsumen memesan kulit imitasi dengan kualitas
yang bagus yaitu kulit imitasi grade A. Jika ternyata
terdapat cacat pada kulit imitasi yang diproduksi maka
kulit imitasi tersebut terpaksa dikategorikan ke dalam
grade B atau C.
Kulit imitasi grade A akan
dikirimkan kepada konsumen sesuai dengan pesanan,
sedangkan kulit imitasi grade B dan C akan ditawarkan
ke konsumen lain dengan harga yang lebih rendah.
Perusahaan menetapkan target untuk kulit imitasi
grade B dan C adalah sebesar 2% dari keseluruhan
kulit imitasi yang diproduksi. Akan tetapi, pada saat
ini, hal tersebut sulit tercapai terutama pada kulit
imitasi high class. Karena harga jual kulit imitasi
grade B dan C lebih rendah dibandingkan kulit imitasi
grade A, maka semakin banyak kulit imitasi grade B
dan C yang dihasilkan akan semakin banyak kerugian
yang dialami perusahaan.
Hal tersebut menjadi
permasalahan tersendiri yang harus segera ditangani
perusahaan.
Keadaan yang hampir serupa yaitu masalah
kualitas agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan
sejenis juga pernah dialami oleh Motorola sekitar tahun
1980-an.
Untuk
mengatasinya,
Motorola
mengembangkan suatu metode mengenai pengukuran
dan perbaikan kualitas serta membuat seluruh
komponen perusahaannya mendukung metode tersebut.
Akhirnya usaha tersebut membuat Motorola mendapat
penghargaan pada tahun 1988.
Suksesnya
Motorola
dalam
menerapkan
pendekatan barunya tersebut membuat perusahaanperusahaan lainnya melakukan pendekatan yang sama
utnuk meningkatkan kualitas produknya. Pendekatan
yang dikembangkan oleh Motorola dikenal dengan
sebutan Six Sigma. Six Sigma merupakan metode
untuk pengendalian dan peningkatan kualitas melalui
metode atau tahap-tahap perbaikan yang disebut
dengan DMAIC, yaitu define, measure, analyze,
improve, and control. DMAIC merupakan tahapan
berulang atau membentuk suatu siklus peningkatan
kualitas. Pendekatan Six Sigma sendiri memberikan
kebebasan bagi perusahaan untuk
menemukan
metode perbaikan yang dapat mengurangi jumlah cacat
yang ada sehingga mendekati zero defect atau tanpa
cacat.

3. PENERAPAN DMAIC
Kulit imitasi yang dibuat oleh PT. SIMNU
merupakan kulit imitasi yang terbuat dari bahan baku
PVC (Polyvinyl Chlorida) atau PU (Polyurethan).
Selain bahan baku ini, beberapa zat juga ditambahkan
dalam proses produksi, misalnya stabilisator, zat warna,
dan plastisator. Bahan-bahan di atas setelah dicampur
dengan menggunakan mesin mixer akan membentuk
cairan kental yang disebut skin (SC).
Dalam proses produksinya, selain menggunakan
mesin-mesin produksi, juga digunakan release paper

2. METODE DMAIC SIX-SIGMA


Six Sigma
merupakan salah satu metode
perbaikan secara terus menerus yang mulai dikenalkan
oleh Motorola pada tahun 1980-an. Gasperz [6]
mendefinisikan Six Sigma sebagai suatu visi

21

Jurusan Teknik Industri


Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Januari Juni 2009

(R/P). Release paper merupakan alat bantu berupa


lembaran kertas yang berfungsi sebagai cetakan kulit
imitasi yang akan menghasilkan motif-motif diatas
kulit imitasi tergantung motif yang terdapat pada
release paper. Ada beberapa jenis release paper
tergantung dari jenis kulit imitasi yang akan diproduksi
dan motif yang ingin dihasilkan. Release paper dapat
dipakai lebih dari sekali.
Untuk memberikan kekuatan lebih pada kulit
imitasi, di bagian bawah kulit imitasi diberi kain
pelapis yang biasa disebut backing cloth (BC). Ada
beberapa jenis backing cloth yang dipakai dengan
ketebalan dan warna yang berbeda.

Supplier

Input

Gudang Bahan Baku

Process

Output

Customer

Kulit Imitasi High Class Gudang Bahan


Artikel SF-01 dan LB-01 Jadi

Bahan Baku

Penimbangan

Mixing

Matching

Coating

Surface

Rolling &
Inspeksi

Penyaringan

Gambar 2: Diagram SIPOC Artikel SF-01 dan LB-01


Karena keterbatasan waktu penelitian dan kendala
lainnya, perbaikan kualitas kulit imitasi hanya
dilakukan di lantai produksi.

3.1 Define
Kulit imitasi yang diinginkan konsumen adalah
kulit imitasi dengan grade A, yaitu kulit imitasi yang
tidak memiliki cacat dan mempunyai panjang
minimum 5 m tanpa sambungan. Data statistik
perusahaan menunjukkan bahwa kulit imitasi high
class memiliki persentase grade B dan C yang lebih
besar dibandingkan dengan kelas lainnya. Persentase
kulit imitasi grade B dan C dalam high class adalah
4,08%. Nilai ini lebih tinggi dari standar yang
ditetapkan perusahaan, yaitu 2%.
Banyaknya jenis (artikel) kulit imitasi dalam high
class yang sering diproduksi adalah 14 artikel.
Sebagian besar (80,48%) dari kulit imitasi grade B dan
C dalam high class ditemukan dalam 7 artikel sehingga
7 artikel ini akan menjadi fokus perbaikan dalam
penelitian ini. Artikel-artikel tersebut mempunyai kode
CM-01, AC-01, SF-01, SO-01, PJ-01, LB-01, dan CS01.
Ketujuh artikel melewati tahapan produksi yang
hampir sama. Gambar 1 menunjukkan Diagram SIPOC
untuk artikel AC-01, CM-01, PJ-01 dan CS-01
sedangkan Gambar 2 adalah Diagram SIPOC untuk
artikel SF-01 dan LB-01.

3.2 Measure
Pada tahap ini dilakukan perhitungan DPMO dan
level sigma untuk mengetahui performansi perusahaan
saat ini. Namun sebelumnya perlu diidentifikasikan
lebih dulu opportunity cacat yang mungkin terjadi yang
menyebabkan kulit imitasi dikategorikan sebagai kulit
imitasi grade B atau C. Dari hasil pengamatan
teridentifikasi 21 jenis cacat yang muncul dalam proses
produksi. Berdasarkan hasil produksi keseluruhan dan
banyaknya kulit imitasi grade B dan C yang dihasilkan
selama satu bulan diperoleh nilai DPMO sebesar
1940,37 dan level sigma sebesar 4,41.

3.3 Analyze
79% dari kulit imitasi grade B dan C mengandung
sepuluh dari 21 opportunity cacat yang disebutkan di
atas. Sepuluh jenis cacat ini menjadi fokus perbaikan
dalam siklus DMAIC yang pertama. Tujuan dilakukan
perbaikan adalah untuk menekan jumlah cacat tersebut
sehingga persentase grade B dan C dapat ikut ditekan.
Kesepuluh jenis cacat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Jenis Cacat yang Diperbaiki

Gambar 1:

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Diagram SIPOC Artikel AC-01, CM-01,


SO-01, PJ-01 dan CS-01

22

Nama cacat
Cacat karena R/P yang rusak
Cacat pada lipatan laminating
Cacat karena ada sambungan R/P
Cacat pada sambungan laminating
Perbedaan kekasaran/kehalusan permukaan
Permukaan bergelembung
Warna kulit berbeda akibat skin (SC)
Cacat karena BC yang rusak

Jurusan Teknik Industri


Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Januari Juni 2009

9.
10.

Cacat karena ada sambungan BC


Garis panjang pada permukaan akibat SC

yang lebih kecil


dan tidak benjol

Tabel 2: Rencana Perbaikan yang Diusulkan (lanjutan)


Identifikasi akar permasalahan yang menyebabkan
terjadinya cacat dilakukan dengan bantuan Diagram
Fishbone. Pada awalnya Diagram Fishbone dibuat
untuk masing-masing jenis cacat. Akan tetapi, setelah
pengamatan lebih dalam, terdapat beberapa cacat
diakibatkan oleh penyebab yang sama. Cacat no. 1 dan
3 disebabkan oleh kerusakan pada release paper yang
digunakan sehingga Diagram Fishbone untuk cacatcacat tersebut dapat digabungkan. Demikian juga
Diagram Fishbone untuk cacat no. 4, 8, dan 9, yang
disebabkan oleh kerusakan pada backing cloth, dapat
digabungkan.
Tabel 2 merupakan ringkasan dari akar
permasalahan tiap jenis cacat beserta usulan perbaikan
yang dapat dilakukan oleh perusahaan.

Nama
Permasalahan

Penyebab
Operator ceroboh
Keterbatasan
Kemampuan operator

Suhu oven tinggi

Adanya elektristatis
Kerusakan R/P

Terkena
langsung
waktu yang
lama

udara
dalam
cukup

Terdapat
kotoran
SC/MC pada R/P saat
angkatan bak

Umur Pemakaian R/P


Operator ceroboh
Kerusakan BC

Sambungan
obras
lebar dan benjol

Usulan Perbaikan

Terdapat sambungan
laminating

Kerusakan
BC

Sambungan
tidak rata

obras

Penggantian kertas
pelapis tidak rutin
Kualitas BC dari
supplier kurang baik
Operator ceroboh

Tabel 2: Rencana Perbaikan yang Diusulkan


Nama
Permasalahan

Penyebab

Usulan
Perbaikan
Pembuatan dan
pemasangan SOP
Training
dan
evaluasi
kerja
rutin
Mencari
suhu
oven
optimal
yang tidak cepat
merusak R/P
Menggunakan
alat penghilang
elektristastis
R/P dilindungi
agar
tidak
langsung terkena
udara langsung
Mengganti
metode
kerja
pada
saat
angkatan
bak
terjadi
Menentukan
standar
batas
pemakaian R/P
Pembuatan dan
pemasangan SOP
Mengganti
dengan
sambungan obras

SC Belang

Belum ada standar


lama penyimpanan
Viskositas naik

Operator ceroboh

SC Garis

Terdapat
kotoran
yang tidak tersaring
pada
penyaringan
awal
Metode penyaringan
ulang belum tepat
Operator ceroboh
Pisau
ketinggian
tidak rutin diasah

Gelembung

Suhu roller kurang


mencukupi

Pengecekan
ketebalan subjektif

Surface

23

Operator ceroboh

Mengganti
sambungan
laminating dengan
sambungan obras
Alat bantu potong
BC sebelum diobras
Membuat
jadwal
penggantian kertas
pelapis rutin
Mencari supplier lain
yang
memiliki
kualitas lebih baik
Pembuatan
dan
pemasangan SOP
Menentukan
batas
lama penyimpanan
dengan
memperhatikan
kenaikan viskositas
yang terjadi
Pembuatan SOP dan
pemasangan dekat
stasiun kerja
Mengganti material
untuk menyaring
Alat
bantu
penyaringan di bak
penampungan
Pembuatan
dan
pemasangan SOP
Melakukan
pengasahan
pisau
ketinggian
Melakukan tes suhu
agar
mengetahui
suhu optimal
Menggunakan alat
bantu berupa sensor
ketinggian
untuk
memeriksa
ketinggian binder
Pembuatan
dan
pemasangan SOP

Jurusan Teknik Industri


Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Januari Juni 2009

Keterbatasan jumlah
operator

Menambah jumlah
operator pada stasiun
surface

metode
penyambungan
kulit imitasi antar
roll

Tabel 2: Rencana Perbaikan yang Diusulkan (lanjutan)


Nama

Penyebab

Usulan Perbaikan

Mesin berhenti saat


penyambungan roll
Kulit imitasi terdapat
kotoran

Mengganti metode
penyambungan roll
Melindungi
kulit
imitasi dan cairan
surface agar tidak
terlalu lama kontak
dengan udara bebas

Permasalahan

Surface

Cairan
surface
terdapat kotoran

mengecil

Tindakan perbaikan yang diimplementasikan


berupa perancangan dan pembuatan alat bantu,
penentuan parameter proses, penggantian mesin,
pelaksanaan training bagi operator, dan perbaikan
metode kerja yang dapat mempermudah operator
melakukan pekerjaannya. Alat bantu proses produksi
yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
Alat Penghilang Elektrostatis

Arah Gerak R/P

3.4 Improve
Tidak semua usulan perbaikan dalam Tabel 2
dapat diterapkan perusahaan saat ini. Tindakan
perbaikan yang sudah diimplementasikan di
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3
juga dapat dilihat bahwa hampir semua tindakan
perbaikan berhasil menurunkan persentase kulit imitasi
grade B dan C.

Trafo Bertegangan Tinggi

Gambar 3: Alat Penghilang Elektrostatis

Tabel 3: Perbaikan yang Dilakukan


Nama
Cacat

Kerusakan
R/P

Kerusakan
BC

Perbaikan

Alat

Kain Tricot

Hasil
Setelah
perbaikan

Paku
Penjepit
Penyanggah

Penggunaan alat
penghilang
Alat Bantu
elektrostatis
Penentuan batas
Uji
pemakaian R/P
ANOVA
Uji Tukey
Penggantian
Proporsi cacat
sambungan obras
mengecil

Penggantian
sambungan
laminating
Penentuan batas
Uji
SC Belang lama
ANOVA
penyimpanan SC
Uji t
Alat
Bantu
Penyaringan di
SC Garis
Alat Bantu
bak
penampungan SC
Pengasahan pisau
ketinggian
Gelembung
Penentuan suhu
Uji
pendinginan
ANOVA
Surface
Penggantian

Gambar 4: Alat
Bantu
Penampungan

Penyaringan

di

Bak

Seperti telah disebutkan di atas bahwa ada


beberapa jenis release paper dan sebuah release paper
dapat dipakai lebih dari sekali. Dengan menggunakan
uji ANOVA, diperoleh frekuensi maksimum pemakaian
release paper seperti dapat dilihat pada Tabel 4.

Proporsi cacat
mengecil
Proporsi cacat
mengecil

Tabel 4: Batas Maksimum Pemakaian Release Paper


Jenis
realease paper
I
II
III
IV
V
VI

Proporsi cacat
mengecil
Proporsi cacat
mengecil

Proporsi cacat

24

Frekuensi maksimum
pemakaian
5 6 kali
4 5 kali
5 6 kali
5 6 kali
6 7 kali
5 6 kali

Jurusan Teknik Industri


Universitas Katolik Parahyangan
Edisi Januari Juni 2009

VII

imitasi high class grade B dan C setelah dilakukan


perbaikan tidak berbeda dengan standar yang
ditetapkan sebesar 2%.
DPMO setelah perbaikan adalah 919 dengan level
sigma sebesar 4,631. Untuk mencapai zero defect (level
sigma sebesar 6) usaha peningkatan kualitas, dalam hal
ini metode DMAIC Six Sigma, harus dilakukan secara
kontinyu.

6 7 kali

3.5 Control
Setelah dilakukan tindakan perbaikan, dilakukan
kembali perhitungan nilai DPMO dan level sigma.
Nilai DPMO setelah perbaikan menurun menjadi 919
dan level sigma naik menjadi 4,631. Nilai DPMO ini
akan menjadi acuan bagi pelaksanaan metode DMAIC
di siklus selanjutnya.
Persentase kulit imitasi grade B dan C setelah
perbaikan turun menjadi 2,18%. Uji statistika atas
hipotesa

DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]

[3]

H0: psesudah = psebelum


H1: psesudah < psebelum

[4]

menghasilkan penolakan H0 ( = 0,05). Dengan kata


lain, tindakan perbaikan dapat menurunkan persentase
kulit imitasi grade B dan C secara signifikan.
Uji statistik juga dilakukan untuk menguji
persentase kulit imitasi grade B dan C setelah
dilakukan perbaikan sebesar 2,18% terhadap nilai
standar sebesar 2%. Hipotesa yang diuji adalah

[5]
[6]

[7]

H0: psesudah = 0,02


H1: psesudah > 0,02

[8]

Hasil yang diperoleh tidak dapat menolak H0 ( = 0,05)


yang berarti persentase setelah perbaikan secara
statistik sama dengan nilai standar.

[9]

4. KESIMPULAN

[10]

Metode DMAIC Six Sigma berhasil diterapkan


untuk meningkatkan kualitas kulit imitasi di PT.
SIMNU dengan hasil yang memuaskan. Hal ini
disebabkan karena metode DMAIC melihat dan
menganalisa permasalahan secara menyeluruh.
Penerapan metode DMAIC di PT. SIMNU dapat
menurunkan persentase grade B dan C dari kulit
imitasi high class secara signifikan, yaitu dari 4,08%
menjadi 2,18%.
Uji statistik menunjukkan bahwa persentase kulit

[11]
[12]

25

Gaspersz, Vincent. (2001) Total Quality


Management. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Mitra, Amitava. (1998) Fundamentals of Quality
Control and Improvement, 2nd ed., Prentice Hall,
New Jersey
Goestsh, David L. (1990) Introduction to Total
Quality, 2nd ed., Prentice Hall, London
Yang, Kai, et al. (2003) Design for Six sigma,
McGraw-Hill, New York
Brue, Greg. (2002) Six sigma for Manager.
Canary. Jakarta
Gaspersz,
Vincent.
(2002)
Pedoman
Implementasi Program Six sigma Terintegrasi
dengan ISO 9007:2000, MBNQA & HACCP, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pande, Peter S, et al. (2002) The Six sigma Way,
Penerbit Andi, Yogyakarta
Gaspersz, Vincent. (1998) Statistical Process
Control Penerapan Teknik-Teknik Statistikal
Dalam Manajemen Bisnis Total, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Blank,Leland. (1982) Statistical Procedures for
Engineering Management, and Science,
McGraw-Hill, Inc., Kogakusha
Eckes, George. (2001) The Six Sigma
Revolution, John Wiley & Sons, New York.
Pyzdek, Thomas. (2002) The Six Sigma
Handbook. Salemba Empat, Jakarta
Walpole, Ronald E., Myers, Raymond H., et al.
(1998) Probability and Statistics for Engineers
and Scientists, Prentice International, Inc., New
Jersey.

Anda mungkin juga menyukai