Dalam karya-karyanya, Kengo Kuma menginginkan hubungan yang erat antara inside dan outside, antara alam dan arsitektur yang ia ciptakan. Hubungan tersebut menciptakan suatu koneksi dan juga kekontinuan. Salah satu metode yang diterapkan untuk memunculkan konsep tersebut adalah layering pattern. Penggunaan material yang sama dengan berbagai teknik pengolahan menjadikan material tersebut tidak sama dengan wujud aslinya (efek ambigu) dan kualitas ruang yang tercipta lebih halus (smooth) antara inside dan outside. Tujuan utamanya sebagai seoranag desainer adalah untuk recover the place. Berikut adalah hal-hal yang menginspirasi Kuma yang didapatnya dari pengalaman sewaktu kecil adalah : 1. Tradisi pada gedung-gedung tradisional dan juga taman tradisional Jepang 2. Rumah kayu tua di pinggiran Tokyo, juga rumah tradisional Jepang Hal-hal tradisional tersebut membuatnya terkesan pada material-material modern seperti konkret dan konstruksi baja. Kuma kemudian mulai berpikir bahwa material modern tersebut adalah masa depan untuk Jepang dan ia memikirkan bagaimana suasana tradisional pada bangunanbangunan di Jepang bisa direpresentasikan dengan material-material tersebut. Eksplorasi yang detail mengenai material adalah ciri khas Kuma. Baik material tersebut alami (kayu, bambu) atau buatan (konkret, baja), ia melakukan eksplorasi dengan melihat detail yang terkandung pada material tersebut. Dari sini ia belajar bagaimana material bisa menjadi friendly dan juga aspek human yang ditimbulkan oleh material tersebut, bagaimana pada akhirnya pengguna arsitektur tersebut adalah manusia.
Metode yang ia lakukan adalah :
1. Terinspirasi dari huruf shizen (aksara China) yang terdiri dari dua karakter. Karakter pertama berarti one self (diri kita)dan karakter kedua berarti siklus matahari, air, dan benda hidup. huruf shizen 2. Kedua karakter tersebut berarti bahwa antara manusia dan alam terkoneksi, seperti pada bangunan tradisional rumah jepang, baik interior maupun eksterior.
3. Melakukan penghitungan skala manusia dengan benda alam. Ia
menghitung pangjang, lebar, dan kedalaman. Seperti dalam interior rumah jepang di mana ukuran ruangan didapat dengan ukuran tatami
4. Melakukan ekplorasi mengenai warna, fleksibilitas, dan wangi
material dan bagaimana agar ketiga konsep tersebut dapat disesuaikan dengan manusia yang akan mengalaminya 5. Mendapatkan konsep fluid dan modular yang mensimbolkan hubungan antara konsep tradisional Jepang dengan material modern (diterapkan untuk movement dan juga bentuk ruang).
6. Menumpuk atau melayer material demi kualitas yang friendly dan
membuat agar material (walaupun modern) tidak mengintimidasi bagi yang melihatnya.