Anda di halaman 1dari 9

ARGENTOMETRI

Argentometri ialah metode volumetri ( titrimetri ) pada penentuan kadar zat dengan
pentiter larutan AgNO3
Sampel berupa zat yang mengandung anion yang mengendap dengan Ag, misalnya
halida ( F-, Cl-, Br- dan I- ) .
Prinsip dasar proses titrasi : PENGENDAPAN BERTINGKAT , berdasarkan perbedaan
harga Ksp-nya, yaitu : Titik Ekivalen ( TE ) ditandai dengan terbentuknya endapan garam AgSampel (endapan I ) sedangkan Titik Akhir Titrasi (TAT ) ditandai dengan terbentuknya
endapan Ag-indikator (endapan II ) . Kedua endapan ini berdasarkan harga Ksp masing
masing .
Contoh; Penentuan kadar Cl ( dari NaCl ) dengan indikator larutan K2CrO4
TE terjadi pada sat terbentuknya endapan AgCl yang berwarna putih ; yaitu pada
saat [Ag+] [Cl-] = Ksp. AgCl............................................................................. (1)
TAT terjadi saat terbentuk endapan warna merah-kecoklatan dari Ag2CrO4 , yaitu
jika : [Ag+]2 [CrO2- ] = Ksp.Ag2CrO4 ........................................................... (2)

DASAR PERHITUNGAN
Pada saat TE ( dianggap sama dengan TAT ) berlaku rumus dasar volum
mmolek sampel = mmolek pentiter
Dalam hal Argentometri :

mmolek sampel = mmolek Ag+

Vs x N s = VAg+ x N Ag+

s = sampel

Terdapat tiga macam cara titrasi Argentometri


1. CARA MOHR

Untuk penentuan kadar Cl- dan Br-

Suasana larutan : netral atau sedikit basa ( pH : 6,5 9 )

Indikator : larutan K2CrO4 ( hijau muda-kekuningan )

Pada TAT terbentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah-kecoklatan , setelah semua
Cl atau Br- diendapkan sebagai AgCl yang berwarna putih atau AgBr yang berwarna putih

kekuningan ; sehingga pada proses ini TAT terjadi setelah TE . Dan dalam praktek TAT
diamati berupa warna merah-kecoklatan pada cairannya.

Proses titrasinya langsung ; larutan sampel langsung ditetesi pentiter.

Contoh
Dititrasi 0,1 M NaCl 10 mL dengan 0,1 M AgNO3 dengan indikator 1 mL larutan K2CrO4
0,005 M ( Ksp. AgCl = 1,2 x 10 -10 dan Ksp. Ag2CrO4 = 1,7 x 10 -12 )
Proses Titrasi :
1.Sebelum penambahan pentiter;
Dalam larutan sampel terdapat : [Cl-] = 0,1 M dan [ CrO42-] = 1/ 10 x 0,005 M = 0,0005 M
2. Selama titrasi : ( Menentukan at yang mengendap lebih dulu )
[ Ag+] yang diperlukan untuk mengendapkan Cl- = = = 1,2 x 10 -9 M
[Ag+] yang diperlukan untuk mengendapkan Cr042- = Karena [Ag+] yang diperlukan untuk
mengendapkan Cl- < dp untuk mengendapkan CrO42-, maka AgCl akan mengendap lebih dulu (
TE lebih awal dari TAT ) Pada saat AgCl mengendap (TE) dengan volume total 20 mL ,
larutannya jenuh dan terjadi
kesetimbangan sbb :
AgCl (s)

Ag+ + Cl- ; sehingga [Ag+] = [ Cl-] = M

Pada saat ini; apakah telah terjadi endapan AgCrO4 ?. Kita lihat dari hasil perhitungan berikut
:
[CrO42-] = 1/20 x 0,005 M = 2,5 x 10 -4 M , sehingga :
[Ag+]2 [CrO42-] = ( 1,1 x 10 -5)2 ( 2,5 x 10 -4 ) = 3 x 10 -14 ;( < Ksp. Ag2CrO4 ) ; jadi :
belum terjadi endapan Ag2CrO4 . TAT terjadi setelah penambahan sedikit tetesan Ag+ (pentiter)
.Karena tambahan AgNO3 dikhawatirkan berlebih, maka dalam praktek perlu dilakukan
koreksisbb. Blanko ; berisi air (volume = vol akhir titrasi ) + 1 mLl indikator dititrasi dengan
Ag+ sampai terjadi endapan coklat-kemerahan. ( misalnya memerlukan pentiter = a mL ) .
Sampel + 1 mL indikator dititrasi sampai TAT , misalnya memerlukan b mL pentiter.. Maka
volume pentiter sesungguhnya yang diperlukan = (b a ) mL.
Argentometri cara Mohr harus dalam suasana asam atau sedikit basa, ( pH = 6,5 9 )sebab
:(1) Dalam suasa yang terlalau asam akan terjadi kesetimbangan berikut :

2 CrO42- + 2 H+ 2 HCrO4- Cr2O7 2- + H2O

sehingga [CrO4 2- ] berkurang memerlukan larutan pentiter lebih banyak yang akan
menyebabkan makin besarnya kesalahan.
(2)

Dalam suasana basa kuat akan terbentuk endapan AgOH putih-keabu-abuan; sehingga
diperlukan pentiter yang lebih banyak, dan kesalahan lebih besar.

Argentometri cara Mohr tidak dapat digunakan untuk menentukan kadar I- dan SCN- sebaba;
Endapan AgI dan AgSCN menyerap dengan kuat CrO4 2- , sehingga TAT terjadi lebih awal.
CONTOH SOAL 1.
Akan ditentukan kemurnian (kadar) NaCl dalam garam dapur. Seberat 1,0 g sampel
garamdilarutkan dalam air sampai 100,0 mL . Sebanyak 10,0 mL larutan tersebut dititrasi dengan
larutan baku AgNO3 0,1100 N dengan cara Mohr. Untuk larutan sampel membutuhkan pentiter
9,60 mLsedangakan untuk blangko 0,10 mL . jika Mr. NaCl = 58,5 tentukan kadar NaCl dalam
sampel garam tersebut dalam % b/b
JAWAB
Vol. Pentiter yang diperlukan = 9,60 0,10 = 9,50 mL
Dari rumus di atas , maka : [Cl-] = N = 0,1056 M
Jadi kadar NaCl = [Cl-] = 0,1056 M = 0,1056 mol /L, atau dalam 100 ml sampel mengandung
NaCl = 100/1000 x 0,1056 mol = 0,01056 mol = 0,01056 x 58,5 g = 0, 62 g
= 0,62 / 1,0 x 100 % = 62 %
2. CARA VOLHARD
- Metode Argentometri cara Volhard dalah titrimetri yang pada TAT-nya terbentuk senyawa
berwarna yang LARUT.
- Cara Volhard dapat digunakan untuk menentukan kadar ion-ion Cl-, Br- dan I- Suasana larutan sampel : asam

- Indikator : larutan garam Fe(III) misalnya Fe(NO3)3 ( kuning coklat )


- Teknik : TIDAK LANGSUNG ; yaitu : sampal diberi larutan AgNO3 berlebih, dan kelebihan
pentiter dititrasi kembali larutan standar SCN- TAT

: terbentuk kompleks [ FeSCN ] 2+ yang berwarna coklat kemerahan.

- Reaksi-reaksi yang terjadi :

X- + Ag+ (berlebih) AgX (s)


Ag+ (sisa) + SCN- (indik)

AgSCN (s)

SCN- (lebih) + Fe3+ [ FeSCN] 2+ merah-coklat ................................. ( TAT )

Perbandingan Penggunan cara Volhard untuk Penentuan Kadar Cl- dan Bra) Penentuan ClPada TAT terjadi kesetimbangan berikut.
(1)

Cl- + Ag+ ( berlebih ) AgCl ............... Ksp = [Ag+][Cl-]

(2).

Ag+(sisa) + SCN- AgSCN ................. Ksp = [Ag+][SCN-]

Maka : = 169
Atau : [Cl-] yang masih ada dalam larutan jenuhnya = 169 x [SCN-]

b) Penentuan BrPada TAT terjadi kesetimbangan seperti pada Cl- , sehingga :


atau : [Br-] yang masih ada dlam larutan jenuhnya = 0,5 x [ SCN -]
Dari perhitungan di atas, [Br-] sisa < [Cl-] , berarti pada cara Volhard penentuan kadar Br- akan
memberikan kesalahan yang lebih kecil dibandingkan untuk menentukan kadar ClCONTOH SOAL 2
Seberat 0,10 g senyawa garam magnesium bromida berair kristal murni ( MgBr2 . n H2O )

dilarutkan dalam air sampai 10,0 mL. Seluruh larutan tersebut dititrasi secara Argentometri
dengan cara Volhard. Setelah ditambah 11,0 mL Ag+ 0,1020 N lalu dititrasi dengan larutan
standar KSCN , 0.0150 N ; ternyata dibutuhkan 1,50 ml . Hitung n Ar: Mg = 24 , Br = 73 H = 1
dan O = 16 ) ( Bantuan : dalam air : MgBr2. n H2O Mg2+ + 2 Br - + n H2O )
JAWAB :
Mr. MgBr2 . n H2O = 170 + 18 n
[ SCN - ] yang bereaksi dengan kelebihan Ag + = 0,1050 N x 1,50 mL = 0,1575 molek
Ag+ total untuk mentiter Br - dan SCN- = 0,1020 N x 11 mL = 1,1220 mmolek
Sehingga Ag+ untuk mentiter Br - = 1,1220 0,1575 = 0,9645 mmolek
Dari proses titrasi : mmolek Br - = mmolek Ag+ = 0,9645
Jadi [ Br -] dalam sampel = 0,9645 mmolek = 0,9645 mmol
Dari proses perurain zat dalam air : [ MgBr2 ] = x [ Br -] = x 0,9645 = 0,4823 mmol
Jadi berat zat = 0,4823 mmol x ( 170 + 18 n ) mg = ( 82 + 8,68 n ) mg
Berat sampel = 0,10 gram = 100 mg
Sehingga : 100 = ( 82 + 8,68 n ) ;

maka n =

= 2

3 CARA FAJANS
-

Argentometri cara Fajans menggunakan indikator absorpsi.

Pada TAT terjadi adsorpsi indikator oleh endapan yang terjadi.

Warna indikator berbeda antara sebelum dan sesudah diadsorpsi

Indikator berupa a) garam Na dari fluorescein atau eosin


b) garam klorida daro rhodamin

- Perubahan warna indikator :


kehijauan)
( merah muda)
Contoh pada penentuan Cl1.Selama titrasi sebelum TAT

ion fluorescein (-) Kompl. Ag-fluorescei ( kuning

Terbentuk endapan AgCl yang berupa koloid dikelilingi oleh Cl- ( sisa ) ; karena kloid cenderung
untuk menyerap ion sejenis ( lapisan I ) , sedangkan lapisan II adalah ion-ion yang bermuatan
berlawanan dari lapisan I ( gbr. 1 )
1.Pada saat TAT
- Kelebihan pentiter AgNO3 sehingga ion Ag+ menjadi lapisan I dan NO3- menjadi lapisan II
- .Ion fluorescein ( - ) lebih kuat diserap dari pada NO3- , shingga terbentuk kompleks
berwarna merah muda dari Ag-fluorescein
Ketentuan Argentometri Cara Fajans
1.. Harus diupayakan sesedikit mungkin terjadinya bentuk koloid; yaitu larutan sampel jangan
terlalu encer , agar TAT jelas.
2.Ion indiktor harus bermuatan berlaweanan dengan ion pengendap; atau dengan kata lain
bermuatan sama dengan ion yang diendapkan.
3.Indikator idak diserap sebelum sampel mengendap dengan sempurna , tetapi secara kuat
diserap dengan cepat setelah TAT
4.Dengan adanya lapisan indikator pada endapan AgX menjadi sensitif sinar matahari , titrasi
dilakukan terhindar dari matahari
Pemilihan Indikator Adsorpsi
1.

Fluorescein;:

- merupakan asam sangat lemah ( Ka = 1 x 10 -8 )


- pH optimum 7 10
- Untuk penentuan Cl2. Diklorofluorescein
- merupakan asam yang lebih kuat dari fluorescein
- dapat utuk menentukan zat dengan kadar yang encer
- untuk penentuan zat yang agak asam ( pH > 4,4 )

1. 3.

Eosin

- Merupakan senyawa asam yang lebih kuat daripada diklorofluoescein


- Dapat digunakan pada larutan yang sangat asam ( pH 1 - 2 )
- Diserap dengan kuat leh endapan AgX ; sehingga tidak dapat untuk penentuan Cl- , karena
Eosin diserap lebih awal dari pada Cl- , sehingga TAT lebih awal dari TE
- Untuk penentuan Br - , I- atau SCN- atau zat-zat yang Ksp-nya < Ksp. AgCl , dan
tidakterjadi
kompetisis dengan eosin ( - )
1. Kurva titrasi
Kurva titrasi argentometri dibuat dengan mengeplotkan antara perubahan konsentrasi analit pada
sumbu ordinat dan volume titran pada sumbu aksis. Pada umumnya konsentrasi analit dinyatakan
dalam fungsi (p) yaitu pX = -log[X] sedangkan volume titran dalam satuan milliliter. Kurva
titrasi dapat dibagi menjadi 3 bagian wilayah yaitu sebelum titik ekuivalen, pada saat titik
ekuivalen dan setelah titik ekuivalen
50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO3 0,10 M. Hitung konsentrasi ion
klorida selama titrasi dan buat kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp AgCl = 1 x 10-10.
Awal sebelum titrasi : [Cl-] = 0,10 M, maka pCl = 1,00
Setelah penambahan 10 ml AgNO3 :
Ag+
awal

1,00 mmol

perubahan -1,0 mmol


kesetimbangan

Cl-

5,00 mmol
-1,0 mmol
4,0 mmol

[Cl-] = 4,00 mmol / 60,0 ml = 0,067 M


pCl = 1,17
Setelah penambahan 49,9 ml AgNO3 :

AgCl (p)

Ag+
awal

4,99 mmol

AgCl (p)

5,00 mmol

perubahan -4,99 mmol


kesetimbangan

Cl-

-4,99 mmol

0,01 mmol

[Cl-] = 0,01 mmol / 99,9 ml = 1,0 x 10-4 M


pCl = 4,00
Pada titik ekivalen (TE) :
Ag+
awal

5,00 mmol

perubahan -5,00 mmol


kesetimbangan

Cl-

AgCl (p)

5,00 mmol
-5,00 mmol

[Ag+] = [Cl-]

[Ag+][Cl-] = Ksp = 1,0 x 10-10

[Cl-] = 1,0 x 10-5

maka pCl = 5,00

Setelah penambahan 60,0 ml AgNO3 :


Ag+

Cl-

awal

6,00 mmol

5,00 mmol

perubahan

-5,00 mmol

-5,00 mmol

kesetimbangan 1,00 mmol

[Ag+] = 1,00 mmol / 110 ml = 9,1 x 10-3 M


pAg = 2,04 maka pCl = 10,00 2,04 = 7,96
Secara umum untuk halida :
Ag+ + X-

AgX (p)

Tetapan kesetimbangan : K = 1 / [Ag+][X-] = 1 / Ksp

AgCl (p)

Makin kecil Ksp makin besar K suatu titrasi.

Anda mungkin juga menyukai