Makalah Fisika
Makalah Fisika
FISIKA DASAR I
NAMA
: RETNO WARIANTI
NIM
: 06091010029
JURUSAN / PRODI
: P.MIPA / KIMIA
MAKALAH
FISIKA DASAR I
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
pengukuran-pengukuran.
digunakan
angka-angka.
Biasanya
Setiap
untuk
angka
menggambarkan
yang
digunakan
hasil
untuk
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
I.Pengukuran Dasar
I.I Pengukuran
Fisika maupun disiplin ilmu lain pengukuran kuantitas merupakan dasar utama.
Dalam pengukuran ini akan dicari korelasi atau interprestasi dan sering pula diadakan
perbandingan prediksi teoritis. Hal-hal yang meliputi pengukuran kuantitas ini adalah
sistem satuan Internasional atau disingkat dengan sitem SI ( System International Unit )
atau satuan metric.
Dalam melakukan pengukuran selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh
karena itu, kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita dapat memberi
penilaian wajar dari hasil pengukuran. Jelas hasil pengukuran yang kita lakukan tidak
dapat diharapkan tepat sama dengan hasil teori, namun ada pada suatu jangkauan nilai:
X x < x < x + x
dengan x merupakan nilai terbaik sebagai nilai yang benar, x merupakan kesalahan
hasil pengukuran, yang disebabkan keterbatasan alat, ketidakcermatan, perbedaan waktu
pengukuran, dan lain sebagainya. Dengan menyertakan kesalahan atau batas toleransi
terhadap suatu nilai yang kita anggap benar, kita dapat mempertanggungjawabkan hasil
pengukuran.
I.2 Kesalahan Pengukuran
Besaran fisika tidak dapat diukur secara pasti dengan setiap alat ukur. Hasil
pengukuran selalu mempunyai derajat ketidakpastian. Kesalahan pengukuran dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan sitematis dan kesalahan acak. Kesalahan
sistematis akan menghasilkan setiap bacaan yang diambil menjadi salah dalam satu
arah. Kesalahan sitematik adalah kesalahan yang sebab-sebabnya dapat diidentifikasi
dan secara prisip dapat dieliminasi. Nilai yang terukur secara konsisten terlalu tinggi
atau terlalu rendah.
2
b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat pengukur panjang suatu benda yang ukurannya
cukup kecil, dan jari-jari dalam dan luar, serta kedalaman suatu tabung. Jangka sorong
terdiri dari dua pasang rahang, sepasang untuk pengukur luar dan sepasang untuk
pengukur dalam. Dari pasangan itu ada rahang yang tetap ada dan ada rahang yang di
geser-geser. Pada rahang tetap terdapat batang skala yang diberi skala dalam cm dan
mm sebagai skala utama. Pada rahang geser terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm
sebagai skala nonius. Oleh Karena itu, 1 skala nonius sama dengan 0,9 mm. jadi, skala
nonius berselisih 0,1 mm dengan skala mm pada skala utama. Angka 0,1 mm
menyatakan ketelitian jangka sorong.
4
Skala utama menunjukkan angka 6,6 cm dan skala nonius yang berimpit dengan skala
utama adalah 5 skala (0,5 mm = 0,005 cm ). Jadi, hasil pengukuran panjang = 6,6 cm +
0,05 = 6,65 cm
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup mempunyai bagian-bagian utama, antara lain: poros tetap,
poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa pemutar. Biasanya alat ini
digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan, diameter bola, dan diameter kawat ang
sangat kecil. Skala utama mempunyai skala mm dan 0,5 mm. Skala nonius mempunyai
50 skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran. Oleh karena itu 1 skala nonius sama dengan
0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat ketelitian mikrometer sekrup. Misalkan
kedudukan skala nonius dan skala utama seperti pada gambar di bawah ini.
Skala utama menunjukkan angka 1,5 mm dan skala nonius yang segaris dengan
skala utama adalah skala ke-15 (15 x 0,01 mm = 0,15mm). Hasil pengukuran = 1,5 mm
+ 0,15 mm = 1,65 mm.
II. Vektor
Dalam fisika dan teknik, acapkali bilangan tunggal dan satuannya tidak
memadai untuk memberikan deskripsi yang lengkap terhadap besaran fisika. Misalnya,
jika Anda berjalan 3 km ke timur, posisi anda jauh berbeda dengan jika Anda berjalan 3
km ke barat. Perubahan posisi suatu benda disebut perpindahan. Perpindahan adalah
5
contoh dari besaran vektor, yang secara singkat disebut vektor. Vektor adalah besaran
yang memiliki baik besar maupun arah untuk suatu deskripsi yang lengkap. Berbagai
besaran dalam fisika termasuk kecepatan, perceptan, gaya, dan momentum adalah
vektor.
Pada diagram, setiap vektor dinyatakan dengan tanda panah. Tanda panah
tersebut selalu digambarkan sedemikian rupa sehingga menunjuk ke arah yang
merupakan arah vektor tersebut. Panjang tanda panah digambarkan sebanding dengan
besar vektor.
Sebagai contoh, pada gambar di bawah dilukiskan suatu vektor gaya (F) yang
besarnya 40 N (N = Newton, satuan gaya) dan berarah 30o utara dari timur atau 30o
terhadap sumbu x positif. Besar vektor F = 40 N dilukiskan dengan panjang anak panah
4 cm. Ini berarti skala yang dipilih adalah 1 cm = 10 N atau 4 cm = 40 N.
Untuk buku cetak, lambang vektor ditulis dengan huruf besar yang dicetak tebal,
misalnya F. Untuk besar vektor, apabila kita menggunakan tulisan tangan maka besar
suatu vektor ditulis dengan tanda harga mutlak, misalnya :
Untuk buku cetak, besar vektor ditulis dengan huruf miring, misalnya F
II.2 Penjumlahan Vektor
a. Menggambar Penjumlahan lebih dari 2 Vektor dengan metode Segitiga
Misalkan dua orang anak mendorong sebuah benda dengan vektor gaya masingmasing sebesar F1 dan F2, seperti ditunjukkan diagram di bawah. Ke arah mana benda
itu akan pindah ? tentu saja benda tersebut tidak berpindah searah F1 atau F2. dalam
kasus seperti itu, maka benda tersebut berpindah searah dengan F1 + F2. Operasi ini
disebut jumlah vektor.
Cara menggambar jumlah dua buah vektor adalah dengan metode segitiga.
Pertama, gambar vektor F1 berupa tanda panah. kedua, gambar vektor kedua, F2,
dengan pangkalnya berhimpitan dengan ujung vektor pertama, F1. ketiga, jumlahkan
kedua vektor, dengan menggambar vektor resultan (F1 + F2), dari pangkal vektor F1
menuju ujung vektor F2. selesai. Proses ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
untuk menggambar penjumlahan dua vektor, lakukan sesuai langkah2 di bawah ini.
Pertama, gambar vektor F1 menggunakan tandah panah (lihat gambar di bawah).
Kedua, gambar vektor F2, di mana pangkal/buntut berimpit/nempel dengan
pangkal/buntut vektor F1. ketiga, gambar vektor resultan, F3 (F1 + F2), di mana
pangkal vektor F3 nempel dengan pangkal vektor F1 dan F2, sedangkan ujung vektor
F3 nempel dengan titik temu garis putus-putus dari kedua ujung vektor F1 dan vektor
F2 .
10
Untuk vektor satuan terdapat hubungan-hubungan yang khusus dalam operasi perkalian
titik, yang merupakan sifat-sifat yang digunakan dalam perkalian titik, yaitu
dan
11
, yaitu
b. Perkalian silang
Hasil suatu perkalian silang dua buah vektor adalah juga sebuah vektor. Perkalian silang
bersifat tidak komutatif.
Untuk vektor-vektor satuan terdapat pula hubungan yang mendasari operasi perkalian
silang, yaitu
c. Perkalian Langsung
Hasil perkalian langsung dua buah vektor adalah sebuah tensor atau matriks. Perkalian
ini tidak bersifat komutatif.
12
Perkalian langsung dua buah vektor satuan tidak memiliki hubungan yang khusus.
III.Hukum II Newton
Apa yang terjadi jika gaya total yang bekerja pada benda tidak sama dengan
nol ? Newton mengatakan bahwa jika pada sebuah benda diberikan gaya total atau
dengan kata lain, terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda yang
diam akan bergerak, demikian juga benda yang sedang bergerak bertambah
kelajuannya. Apabila arah gaya total berlawanan dengan arah gerak benda, maka gaya
tersebut akan mengurangi laju gerak benda. Apabila arah gaya total berbeda dengan
arah gerak benda maka arah kecepatan benda tersebut berubah dan mungkin besarnya
juga berubah. Karena perubahan kecepatan merupakan percepatan maka kita dapat
menyimpulkan bahwa gaya total yang bekerja pada benda menyebabkan benda tersebut
mengalami percepatan. Arah percepatan tersebut sama dengan arah gaya total. Jika
besar gaya total tetap atau tidak berubah, maka besar percepatan yang dialami benda
juga tetap alias tidak berubah.
Bayangkanlah Anda mendorong sebuah gerobak sampah yang bau-nya
menyengat. Usahakan sampai gerobak tersebut bergerak. Nah, ketika gerobak bergerak,
kita dapat mengatakan bahwa terdapat gaya total yang bekerja pada gerobak itu.
Silahkan dorong gerobak sampah itu dengan gaya tetap selama 30 detik. Ketika Anda
mendorong gerobak tersebut dengan gaya tetap selama 30 menit, tampak bahwa
gerobak yang tadinya diam, sekarang bergerak dengan laju tertentu, anggap saja 4
km/jam. Sekarang, doronglah gerobak tersebut dengan gaya dua kali lebih besar
13
(gerobaknya didiamin dulu). Jika anda mendorong gerobak sampah dengan gaya dua
kali lipat, maka gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat
dibandingkan sebelumnya. Percepatan gerak gerobak dua kali lebih besar. Apabila Anda
mendorong gerobak dengan gaya lima kali lebih besar, maka percepatan gerobak juga
bertambah lima kali lipat. Demikian seterusnya. Kita bisa menyimpulkan bahwa
percepatan berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja pada benda.
Seandainya percobaan mendorong gerobak sampah diulangi. Percobaan
pertama, kita menggunakan gerobak yang terbuat dari kayu, sedangkan percobaan
kedua kita menggunakan gerobak yang terbuat dari besi dan lebih berat. Jika Anda
mendorong gerobak besi dengan gaya dua kali lipat, apakah gerobak tersebut bergerak
dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat dibandingkan gerobak sebelumnya yang
terbuat dari kayu ? Tentu saja tidak karena percepatan juga bergantung pada massa
benda. Anda dapat membuktikannya sendiri dengan melakukan percobaan di atas. Jika
Anda mendorong gerobak sampah yang terbuat dari sampah dengan gaya yang sama
ketika Anda mendorong gerobak yang terbuat dari kayu, maka akan terlihat bahwa
percepatan gerobak besi lebih kecil. Apabila gaya total yang bekerja pada benda
tersebut sama, maka makin besar massa benda, makin kecil percepatannya, sebaliknya
makin kecil massa benda makin besar percepatannya.
Hubungan ini dikemas oleh eyang Newton dalam Hukum-nya yang laris manis di
sekolah, yakni Hukum II Newton tentang Gerak :
Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami percepatan, di
mana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Vektor
gaya total sama dengan massa benda dikalikan dengan percepatan benda.
Secara matematis , Hukum II Newton dinyatakan sebagai berikut:
F = ma
a adalah percepatan, m adalah massa, dan F adalah gaya total. Jika persamaan di atas
ditulis dalam bentuk a = F/m, tampak bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus
dengan resultan gaya yang bekerja padanya dan arahnya sejajar dengan gaya tersebut.
14
17
BAB III
PENUTUP
I.Kesimpulan
a. Dalam pengukuran, hasil yang didapatkan dari pengukuran belum dapat di
katakan tepat karena dalam pengukuran selalu terjadi derajat ketidakpastian.
b. Vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah. Penulisan lambang
vektor dapat ditulis dengan F. Dalam pengoperasian vektor dapat dilakukan
dengan penjumlahan dan perkalian vektor.
c. Hukum II Newton berbunyi Percepatan suatu benda yang disebabkan oleh
suatu gaya sebanding dan searah dengan gaya itu dan berbading terbalik dengan
massa benda yang di kenai oleh gaya tersebut, yang secara matematis dapat
dirumuskan F = ma.
d. Gerak harmonik sederhana adalah gerak periodik yang memiliki persamaan
gerak sebagai fungsi waktu berbentuk sinusoidal. Gerak harmonik sederhana
didefinisikan sebagai gerak harmonik yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya
selalu menuju titik seimbang dan besarnya sebanding dengan simpangannya,
yang secara umum persamaan yang menyatakan bahwa periode dan frekuensi
gerak harmonik sederhana pada sistem pegas yaitu: T = 2 m/k dan F =
1/2k/m.
18
DAFTAR PUSTAKA
Gabriel, J.F.1988.Fisika Kedokteran.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supiyanto.2004.Fisika SMA untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga.
Supiyanto.2006.Fisika Untuk SMA Kelas XI.Jakarta:PHiETA.
KATA PENGANTAR
Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi tulang punggung bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Konstribusi fisika pada disiplin ilmu
lain mendorong laju perkembangan cabang-cabang ilmu baru, bahkan sampai
menyentuh sendi-sendi ilmu ekonomi yang ditandai dengan munculnya cabang ilmu
baru, yaitu ekonofisika.
Tentu siapapun tahu, simbol sains adalah rumus fisika Einstein E = mc2, simbol
si genius adalah ilmuwan fisika Einstein, bahkan tokoh fisika ini telah dinobatkan
sebagai manusia terhebat abad 20, mengalahkan semua tokoh dari bidang apapun.
Makalah ini disusun dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Perlu
disadari bahwa tulisan yang baik bukanlah selalu tulisan yang memuat segalanya,
melainkan tulisan yang memiliki tujuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banhyak lubang
yang terliang dan masih banyak rongga yang terangah. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Kiranya makalah ini
dapat mengisi kesenjangan yang ada.
DAFTAR ISI
Halaman Judul Luar.i
Halaman Judul Dalam...ii
Kata Pengantar...iii
BAB I Pendahuluan.1
I.
Latar Belakang...........................................1
II.
Rumusan Masalah..................1
III.
Tujuan..........................1
BAB II Pembahasan..2
I.
Pengukuran Dasar2
I.1
Pengukuran........2
I.2
Kesalahan Pengukuran..................2
I.3
I.4
Pengkuran Panjang........................4
II.
Vektor.......................5
II.1
II.2
II.3
Perkalian Vektor................................11
III.
Hukum II Newton..13
IV.