Anda di halaman 1dari 5

Pengauditan Internal

Fraud Detection and Prevention

Oleh :
Imanuella Bilanglabi
A31111305

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Makassar
2014

Fraud Detection and Prevention

Kecurangan adalah salah satu hal yang banyak orang sering gunakan meskipun mereka tidak
sepenuhnya memahami apa yang mereka bicarakan. Langkah penting pertama oleh auditor
internal disini harus memahami kamus atau definisi hukum apa yang kita sebut
kecurangan. Definisi hukum yang umum ini adalah dalam memperoleh uang atau harta dengan
cara token palsu, simbol, atau perangkatnya.Dengan kata lain, seseorang mengotorisasi beberapa
dokumen dengan tidak benar yang menyebabkan transfer uang yang tidak tepat. Kecurangan
dapat menjadi sesuatu yang mahal untuk setiap perusahaan yang menjadi korban, dan kontrol
internal yang efektif adalah perusahaan yang berada di garis pertama dalam pertahanan terhadap
kecurangan.
Auditor hari ini, baik internal maupun eksternal, yang mengambil peran yang lebih penting
dalam deteksi dan pencegahan kecurangan. Bab ini membahas kontrol untuk mencegah dan
mendeteksi kecurangan dan memperkenalkan standar auditAmerican Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) pada kecurangan,Statement on Auditing Standards (SAS) No.
99, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. Sementara seri standar audit SAS
pada dasarnya telah bersama dengan Penetapan SOx dan Public Corporation Auditing Oversight
Board(PCAOB), SAS Nomor 99 adalah standar audit terakhir tapi sangat penting sebelum SOx.
Bab ini juga membahas inisiatif IIA untuk meninjau kecurangan dalam audit internal serta
prosedur untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan sistem komputer. Kecurangan telah ada
sejak jaman dahulu, tetapi pada jaman dahulu banyak auditor mengklaim bahwa mendeteksi
kecurangan adalah diluar tanggung jawab mereka. Hari ini, mereka menemukan diri mereka
dengan suatu peningkatantanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan dalam kajian kegiatan
mereka

sertamerekomendasikan

kontrol

yang

tepat

untuk

menghindari

terjadinya

penyimpangan.Buku ini ditulis sebagai, panduan materi bersama tentang dampak kecurangan
dalam audit yang telah dirilis oleh satuan tugas dari AICPA, IIA, dan ACFE tersebut.Sementara
masih dalam bentuk konsep, seperti bimbingan yang menyoroti pentingnya pertimbangan
kecurangan untuk auditor internal dan pihak lain.

Kategori fraud
1.

Fraud yang dilakukan demi keuntungan suatu organisasi, misalnya :

Penjualan asset fiktif.

Pembayaran yang tidak syah, seperti penyuapan, pemberian komisi, donasi politis,
pembayaran kepada pejabat, pelanggan atau pemasok.

Dengan sengaja melakukan penilaian yang salah atas transaksi, asset, pendapatan atau
kewajiban.

Dengan sengaja melakukan transaksi hubungan istimewa.

Dengan sengaja tidak mencatat (unrecorded) atau tidak menjelaskan informasi yang
signifikan sehingga gambaran keuangan dari suatu organisasi tidak menggambarkan apa
yang senyatanya.

Melakukan aktivitas bisnis yang bertentangan dengan peraturan perundangan Pemerintah.

Kecurangan dibidang perpajakan (Tax Fraud).

2. Fraud yang dilakukan dengn jalan merugikan suatu organisasi, misalnya :

Menerima uang suap atau komisi.

Pengalihan keuntungan yang akan diterima oleh organisasi (perusahaan) kepada


seseorang di dalam ataupun diluar perusahaan.

Dengan sengaja menyalahgunakan harta kekayaan organisasi (perusahaan) dan


memalsukan catatan-catatan keuangan.

Dengan sengaja menyembunyikan atau salah (falsifikasi) menyajikan data atau kejadian.

Tuntutan atas imbalan jasa atau barang yang tidak diberikan kepada organisasi
(perusahaan) tersebut.

Tanggung Jawab Auditor Internal


Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan, pendeteksian dan
penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi (perusahaan). Sesuai Interpretasi Standar
Profesional Audit Internal (SPAI) standar 120.2 tahun 2004, tentang pengetahuan mengenai
kecurangan, dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk
dapat mengenali, meneliti dan menguji adanya indikasi kecurangan. Selain itu, Statement on
Internal Auditing Standards (SIAS) No. 3, tentang Deterrence, Detection, Investigation, and
Reporting of Fraud (1985), memberikan pedoman bagi auditor internal tentang bagaimana
auditor internal melakukan pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian terhadap fraud.
SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan tanggung jawab auditor internal untuk membuat laporan
audit tentang fraud.
Pencegahan Fraud
Menurut Amrizal (2004), beberapa cara untuk pencegahan kecurangan antara lain :

Membangun struktur pengendalian intern yang baik.

Mengefektifkan aktivitas pengendalian.

Meningkatkan kultur organisasi.

Mengefektifkan fungsi internal audit.

Pendeteksian fraud
Deteksi fraud mencakup identifikasi indikator-indikator kecurangan (fraud indicators) yang
memerlukan tindaklanjut auditor internal untuk melakukan investigasi. Beberapa hal yang harus
dimiliki oleh auditor internal agar pendeteksian fraud lebih lancar antara lain :

Memiliki keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang memadai dalam


mengidentifikasi indikator terjadinya fraud. Dalam hal ini auditor internal harus
mengetahui

secara

mendalam

mengapa

seseorang

melakukan fraud termasuk

penyebab fraud,

jenis-jenis fraud,

karakterisitik fraud,

modus

operandi

(teknik-

teknik) fraud yang biasa terjadi.

Memiliki sikap kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan kelemahan pengendalian


intern dengan melakukan serangkaian pengujian (test) untuk menemukan indikator
terjadinya fraud. Apabila diperlukan dapat menggunakan alat bantu (tool) berupa ilmu
akuntansi forensik (forensic accounting) untuk memperoleh bukti audit (audit evidence)
yang kuat dan valid.

Forensic accounting merupakan suatu integrasi dari akuntansi

(accounting), teknologi informasi (information technology) dan keahlian investigasi


( investigation skill).

Memiliki keakuratan & kecermatan (accuracy) dalam mengevaluasi indikator-indikator


fraud tersebut.

Ketiga hal tersebut, dapat dimiliki oleh auditor internal setelah pengalaman bertahun-tahun
melakukan audit berbagai fungsi / unit kerja di suatu organisasi (perusahaan).
Penginvestigasian Fraud
Investigasi merupakan pelaksanaan prosedur lebih lanjut bagi auditor internal untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah fraud yang telah dapat
diidentifikasi tersebut memang benar-benar terjadi. Menurut Standar Profesi Audit Internal
(2004 : 66-67) , dalam melakukan investigasi, auditor internal diwajibkan :
1. Melakukan asesmen / penelitian yang seksama atas kemungkinan terjadinya fraud.
2. Meyakini bahwa pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk
menangani investigasi ini secara kelompok memang dimiliki oleh auditor internal.
3. Membuat suatu alur prosedur untuk mengidentifikasi : siapa yang terlibat (pelaku fraud),
sejauhmana luasnya fraud, kapan dan dimana dilakukan serta bagaimana teknik fraud
yang dipakai dan tentunya juga berapa potensi kerugian yang diderita akibat perbuatan
fraud tadi.
4. Dalam melakukan investigasi diharapkan auditor internal selalu berkoordinasi dengan
pihak-pihak terkait, misalnya bagian Personalia, Hukum, Securitydan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai