Anda di halaman 1dari 14

I.

DEFINISI KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah segolongan obat yang dapat menghambat pertumbuhan

kanker atau bahkan membunuh sel kanker.1


Obat-obat antikanker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active
single agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang
resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitif terhadap obat lainnya. Dosis
obat sitostatika dapat dikurangi sehingga efek samping menurun.1
II.

TUJUAN KEMOTERAPI
Tujuan kemoterapi adalah untuk menyembuhkan pasien dari penyakit

tumor ganasnya. Kemoterapi bisa digunakan untuk mengatasi tumor secara lokal
dan juga untuk mengatasi sel tumor apabila ada metastasis jauh. Secara lokal
dimana vaskularisasi jaringan tumor yang masih baik, akan lebih sensitif
menerima kemoterapi sebagai anti neoplastik.2
III.KARSINOMA NASOFARING
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan kepala leher
terbanyak ditemukan di Indonesia. Tumor ini sifatnya menyebar secara cepat ke
kelenjar limfe leher dan organ jauh, seperti paru, hati, dan tulang. 1 Insiden
tertinggi penyakit ini didapatkan di Negara Cina bagian selatan terutama di
propinsi Guangdong, Guangxi dan di daerah yang banyak dihuni oleh imigran
Cina di Asia Tenggara (Hongkong, Singapura), Taiwan dan USA (California).2
Diantara berbagai jenis kanker kepala leher, karsinoma nasofaring
merupakan salah satu jenis kanker yang memiliki prognosis buruk dikarenakan
posisi tumor yang berdekatan dengan dasar tengkorak dan berbagai struktur
penting lain. Ciri dari karsinoma nasofaring adalah pertumbuhan tumor yang
invasif. Kesulitan dalam mendeteksi tumor terjadi karena letaknya yang
tersembunyi dibelakang tabir langit-langit dan terletak di bawah dasar tengkorak,
sehingga sering terjadi keterlambatan diagnosis dini. Namun demikian karsinoma
nasofaring merupakan suatu jenis tumor yang radiosensitif dan kemosensitif.2
IV.

SIKLUS SEL

Gen merupakan unit fungsional terkecil makhluk hidup yang terdapat


didalam kromosom atau DNA, mengandung kode genetik, spesifik untuk spesies
bersangkutan dan diturunkan ke generasi berikutnya sehingga sifat induk dan
keturunannya tetap sama. Bermacam macam gen yang mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi sel terdiri dari protoonkogen dan supresor gen atau anti onkogen yang
kerjanya berlawanan.4
Keseluruhan siklus sel terdiri dari 5 fase, yaitu : fase GI, fase S, fase G2,
fase M dan fase G0. Fase G1 merupakan fase antara fase M dan fase S, pada fase
ini terjadi aktifitas sitoplasma untuk mempersiapkan duplikasi. Fase ini
berlangsung selama 12 jam hingga beberapa hari. Fase S disebut juga fase
sintesis, disini terjadi proses sintesis DNA, biasanya berlangsung 2-4 jam. Fase
G2 merupakan fase antara fase S dan fase M, ini merupakan tahap premitosis,
disini sel berada dalam keadaan tetraploid. Fase ini berlangsung selama 2-4 jam.
Fase M atau fase mitosis merupakan fase dimana terjadi pembelahan sel dari 1
menjadi 2, fase ini berlangsung 1-2 jam. Fase G0 disebut juga fase istirahat. Pada
fase G0 lamanya bervariasi mulai dari beberapa hari hingga beberapa bulan untuk
maturasi dan differensiasi sel.2,4

Gambar 1. Siklus sel 5


Proliferasi sel menghasilkan dua sel yang berasal dari satu sel. Keadaan ini
membutuhkan pertumbuhan sel yang kemudian diikuti oleh pembelahan sel.

Pertumbuhan yang tidak terkendali merupakan ciri khas dari sel kanker.
Pembentukan tumor ganas terjadi ketika salah satu dari ketiga faktor dibawah ini
terjadi secara bersamaan atau sendiri-sendiri, yaitu : 2
- Fraksi pertumbuhan, diartikan sebagai jumlah sel-sel tumor di dalam siklus
mitosis pada waktu tertentu dapat menjadi besar
- Waktu siklus sel dapat menjadi lebih singkat. Rata-rata waktu siklus sel tumor
2 hari, tidak lebih cepat dari sel normal.
- Penggantian sel normal disertai oleh kehilangan sel. Jika kehilangan sel ini
berkurang, dapat terjadi pembentukan tumor. Ini merupakan faktor utama
dalam pembentukan sebagian besar tumor.
V.

KEMOTERAPI PADA KARSINOMA NASOFARING


Kemoterapi adalah terapi menggunakan obat sitostatik secara oral maupun

intravena untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat menyebar keseluruh


tubuh sehingga memiliki kemampuan membunuh sel kanker yang jauh dari tumor
primernya.2
Dahulu kemoterapi diberikan hanya sesudah kegagalan terapi radiasi dan
atau pembedahan dalam mengatasi tumor kepala leher. Berbagai penelitian telah
dilakukan mengenai bermacam variasi kombinasi obat-obatan yang digunakan,
tidak hanya pada kekambuhan dan stadium lanjut, tetapi juga sebagai terapi awal
untuk tumor-tumor kepala leher. Kemoterapi telah muncul sebagai terapi
tambahan setelah pembedahan dan atau terapi radiasi.2
World Health Organization (WHO) tahun 1991 mengelompokkan KNF
kedalam 3 tipe yakni :2,6
-

WHO tipe 1 (Keratinizing squamous cell carcinoma)


WHO tipe II (Non-keratinizing carcinoma)
WHO tipe III (undifferentiated carcinoma)
Kemoterapi memang lebih sensitif untuk karsinoma nasofaring WHO I

dan sebagian WHO II yang dianggap radioresisten. Secara umum karsinoma


nasofaring WHO III memiliki prognosis paling baik sebaliknya karsinoma
nasofaring WHO I yang memiliki prognosis paling buruk.2,6

Adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan (growth) dan pembelahan


(division) antara sel kanker dan sel normal yang disebut siklus sel (cell cycle)
merupakan titik tolak dari cara kerja sitostatika. Hampir semua sitostatika
mempengaruhi proses yang berhubungan dengan sel aktif seperti mitosis dan
duplikasi DNA. Sel yang sedang dalam keadaan membelah pada umumnya lebih
sensitif dari pada sel dalam keadaan istirahat.Berdasarkan siklus sel kemoterapi
ada yang bekerja pada semua siklus ( Cell Cycle non Spesific ) artinya bisa pada
sel yang dalam siklus pertumbuhan sel bahkan dalam keadaan istirahat. Ada juga
kemoterapi yang hanya bisa bekerja pada siklus pertumbuhan tertentu ( Cell Cycle
phase spesific ).8
Obat yang dapat menghambat replikasi sel pada fase tertentu pada siklus sel
disebut cell cycle specific. Sedangkan obat yang dapat menghambat pembelahan
sel pada semua fase termasuk fase G0 disebut cell cycle nonspecific. Obat-obat
yang tergolong cell cycle specific antara lain Metotrexate dan 5-FU, obat-obat ini
merupakan anti metabolit yang bekerja dengan cara menghambat sintesa DNA
pada fase S. Obat antikanker yang tergolong cell cycle nonspecific antara lain
Cisplatin (obat ini memiliki mekanisme cross-linking terhadap DNA sehingga
mencegah replikasi, bekerja pada fase G1 dan G2), Doxorubicin (fase S1, G2, M),
Bleomycin (fase G2, M), Vincristine (fase S, M).2,7,8
VI.

OBAT-OBAT KEMOTERAPI
Beberapa regimen kemoterapi antara lain cisplatin, paclitaxel dan

docetaxel, 5-Fluorouracil, dan methotrexate.8


1. Cisplatin
Cisplatin merupakan obat utama dan paling sering dipakai pada terapi
kanker kepala dan leher. Cisplatin biasanya diberikan dalam waktu 2-6 jam
dengan dosis 80-100 mg/m2 yang diberikan setiap 3-4 minggu dengan respon
parsial lebih kurang 15-30 %. Cisplatin tersedia dalam bentuk cairal injeksi dalam
vial dengan sediaan 10 mg/ 10 ml dan 50 mg/50ml. mekanisme kerja cisplatin
yaitu dengan cara berikatan dengan DNA sehingga menyebabkan hambatan
replikasi dan transkripsi sel. Cisplatin merupakan jenis obat antikanker yang

tergolong cell cycle nonspecific Cisplatin dapat menyebabkan efek toksik pada
renal berupa terjadinya azotemia moderat dan kebocoran elektrolit khususnya
magnesium dan potassium. Efek toksik lainnya adalah mual dan muntah,
neurotoksik perifer, ototoksik, dan mielosupresi yang terjadi setelah diberikan
beberapa kali kemoterapi. Karena efek toksik cisplatin, khususnya efek
nefrotoksik dan neurotoksik, telah dikembangkan analog obat ini dengan tujuan
mempertahankan efek anti tumornya dan mengurangi efek toksiknya. Contohnya
adalah carboplatin yang mempunyai efek neorotoksik dan nefrotoksik yang lebih
kecil. Keuntungan lainnya adalah cara pemberian yang lebih mudah. Carboplatin
memiliki efek samping mual dan muntah yang lebih kecil. Carboplatin dapat
diberikan tanpa perawatan dan hidrasi yang ketat. Aktifitas anti tumornya sedikit
lebih kecil dibandingkan cisplatin. Carboplatin saat ini banyak dipakai, khususnya
untuk tujuan paliatif, dimana efek samping yang minimal dan waktu rawatan yang
singkat diperlukan. Contoh obat turunan lainnya adalah oxaliplatin yang saat ini
dalam uji klinis untuk terapi kanker kepala dan leher.2,8
2. Paclitaxel
Paclitaxel merupakan obat yang paling efektif melawan kanker kepala dan
leher. Paclitaxel pada awalnya didapat dari kulit pohon yew Pacific, tetapi saat ini
sudah dibuat sintetis. Paclitaxel merupakan obat kemoterapi golongan taxanes
yang memiliki mekanisme kerja dengan cara menghambat depolimerisasi
mikrotubulus pada siklus sel. Sediaan paclitaxel berbentuk cairan injeksi dalam
vial. Adapun sediaan paclitaxel yaitu paclitaxel 30 mg/5ml dan 100 mg/16,7 ml.
dosis paclitaxel adalah 175 mg/m2 Golongan taxane ini menstabilkan polimerisasi
tubulin dan menghambat pemisahan sel. Contoh lain dari golongan taxanes adalah
docetaxel mempunyai aktivitas yang hampir sama dengan Paclitaxel. Sediaan
docetaxel adalah 20 mg/0,5 ml dan 80 mg/2 ml. Kedua obat ini dianggap sebagai
lini pertama pengobatan kanker kepala dan leher tingkat lanjut.2,8
3. 5-Fluorouracil
5-Fluorouracil merupakan jenis obat kemoterapi antimetabolit cell cycle
specific pada pase S. Obat ini bekerja dengan mengganggu sintesa DNA dengan

cara menduduki tempat metabolit yang penting untuk fisiologi sel seperti asam
folat, purin, dan pirimidin. Selain itu mekanisme kerja obat ini adalah
menghambat enzim thymidylate sinthase dan konversi uridine menjadi thymidine.
Sel akan kekurangan thymidine dan tidak dapat mensintesa DNA. Banyak obatobatan lain yang dapat berinteraksi dengan 5-fluorouracil dan menimbulkan efek
yang lebih baik. Efek sampingnya antara lain mielosupresi, mucositis, diare,
dermatitis, dan kardiak toksik. Penggunaan intravena secara tunggal mempunyai
efek yang terbatas.2,8
4. Methotrexate
Methotrexate adalah antimetabolit yang mempengaruhi metabolisme asam
folat intraseluler dengan cara berikatan dengan dengan enzim dyhidrofolate
reduktase. Ini akan menghambat konversi asam folat menjadi tetrahydrolate.
Hasilnya adalah pengurangan jumlah folat dalam sel dan penghambatan sintesis
DNA. Obat ini aktif hanya selama siklus sel fase S. Efek samping methotrexate
dapat diminimalisir dengan pemberian folat dalam bentuk leucovirin dalam waktu
36 jam setelah pemberian obat. Untuk pemberian tunggal methotrexate biasanya
diberikan dalam dosis mingguan 40-50 mg/m 2. Sediaan methotrexate adalah
dalam bentuk cairan injeksi dalam vial 50 mg/2 ml. Reaksi toksik dapat berupa
mielosupresi, mucositis, mual, muntah, diare dan fibrosis hepar. Lesi pada renal
terjadi pada pemberian dosis tinggi. Methotrexate menghasilkan tingkat respon
parsial lebih kurang 10% dengan durasi respon 1-6 bulan.2,8
Berikut merupakan gambar ringkasan berbagai mekanisme kerja dari
berbagai agen kemoterapi:

Gambar 2. Mekanisme kerja berbagai agen kemoterapi 5

VII.

PEMBERIAN KEMOTERAPI KARSINOMA NASOFARING

Peran kemoterapi pada Karsinoma nasofaring terbagi dalam 3 kategori :2,7


a. Kemoterapi adjuvan
Pemberian kemoterapi diberikan setelah pasien dilakukan radioterapi.
Kemoterapi adjuvan dapat diartikan sebagai pemberian obat sebagai tambahan
setelah pembedahan dan atau terapi radiasi. Tujuannya untuk mengatasi
kemungkinan metastasis jauh dan meningkatkan kontrol lokal. Terapi adjuvan
tidak dapat diberikan begitu saja tetapi memiliki indikasi yaitu bila setelah
mendapat terapi utamanya yang maksimal ternyata:
- Kanker masih ada, dimana biopsi masih positif.
- Kemungkinan besar kanker masih ada, meskipun tidak ada bukti secara
makroskopis.
- Pada tumor dengan derajat keganasan tinggi, oleh karena tingginya resiko
kekambuhan dan metastasis jauh.2,7
b. Kemoterapi neoadjuvan

Pemberian kemoterapi adjuvant yang dimaksud adalah pemberian


sitostatika lebih awal yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian radiasi.
Maksud dan tujuan pemberian kemoterapi neoadjuvan adalah untuk
mengecilkan tumor yang sensitif sehingga setelah tumor mengecil akan lebih
mudah ditangani dengan radiasi.
Kemoterapi neoadjuvan telah banyak dipakai dalam penatalaksanaan
kanker kepala dan leher. Alasan utama penggunaan kemoterapi neoadjuvan
pada awal perjalanan penyakit adalah untuk menurunkan beban sel tumor
sistemik pada saat terdapat sel tumor yang resisten. Vaskularisasi intak
sehingga perjalanan ke daerah tumor lebih baik. Terapi bedah dan radioterapi
sepertinya akan memberi hasil yang lebih baik jika diberikan pada tumor
berukuran lebih kecil.
Regimen kemoterapi yang dapat diberikan cisplatin 100 mg/m2 dengan
kecepatan infus 15-20 menit perhari yang diberikan dalam 1 hari dan 5-FU 1000
mg/m2/hari secara intra vena, diulang setiap 21 hari. Sebelum pemberian
Cisplatin diawali dengan hidrasi berupa 1.000 mL saline 0,9% natrium. Manitol
40 g diberikan bersamaan dengan cisplatin infus. Setelah pemberian cisplatin,
dilakukan pemberian 2.000 mL 0,9% natrium garam mengandung 40 mEq
kalium klorida. Pasien diberikan antimuntah sebagai profilaksis yang terdiri dari
5-hydroxytryptamine-3 reseptor antagonis ditambah 20 mg deksametason.
Berdasarkan penelitian pemberian neoadjuvan kemoterapi diberikan dalam 2-3
siklus yang diberikan setiap 3 minggu dengan syarat bila adanya respon
terhadap kemoterapi.2,7
c. Kemoterapi concurrent
Pada kemoterapi konkuran ini pemberian kemoterapi bertujuan sebagai
radiosensitizer. Kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi. Umumnya
dosis kemoterapi yang diberikan lebih rendah. Kemoterapi sebagai terapi
tambahan pada karsinoma nasofaring ternyata dapat meningkatkan hasil terapi
terutama pada stadium lanjut atau pada keadaan relaps.2,7
Hasil penelitian menggunakan kombinasi cisplatin radioterapi pada kanker
kepala dan leher termasuk karsinoma nasofaring, menunjukkan hasil yang
8

memuaskan. Cisplatin dapat bertindak sebagai agen sitotoksik dan radiation


sensitizer. Agen kemoterapi telah digunakan pada pasien dengan rekuren lokal
dan metastatik jauh, seperti metothrexat, bleomycin, 5 FU, cisplatin dan
carboplatin yang merupakan agen yang paling efektif dengan respon berkisar
15-31%. Agen aktif yang lebih baru contohnya paklitaxel dan gemcitibine.2,7

VIII. PERSYARATAN PASIEN UNTUK KEMOTERAPI


Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum
memberikan kemoterapi perlu pertimbangan hal-hal sebagai berikut :10
No
1

Kriteria
Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG)

yaitu status penampilan 2


Jumlah lekosit 3000/ml

Jumlah trombosit 120.0000/ul

Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10

Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam)

Bilirubin < 2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal

Elektrolit dalam batas normal.

Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan


pada usia diatas 70 tahun.

IX. STATUS PENAMPILAN PASIEN CA NASOFARING


Status penampilan ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana
penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien.
Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang menentukan pilihan
terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya.
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology
Group) adalah sebagai berikut :11
Grade 0 : Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan
tugas kerja dan pekerjaan sehari-hari.

Grade 1 : Hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu bekerja


kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
Grade 2 : Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak
dapat melakukan pekerjaan lain.
Grade 3 : Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50%
waktunya hanya untuk tiduran.
Grade 4 : Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul
hanya di kursi atau tiduran terus.

X. EFEK SAMPING KEMOTERAPI


Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal
yang membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan sel pada
traktus gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sumsum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi.2,7,8
Pada traktus gastrointestinal bisa terjadi mual, muntah anoreksia dan
ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut mengakibatkan kerontokan
rambut.Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sum-sum tulang,
folikel rambut, mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika.
Untungnya sel kanker menjalani siklus lebih lama dari sel normal, sehingga dapat
lebih lama dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada
sel kanker.8
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap
jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa
kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan
sebaiknya dievaluasi fungsi faal hepar dan faal ginjal. Kelainan neurologi juga
merupakan salah satu efek samping pemberian kemoterapi.8
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi
tambah sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas
permukaan tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan

10

(kg). Selain itu faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita.
Untuk menentukan keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan
umum (kurus sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik, koma, asites, sesak, dll),
status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status hematologis,
faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya.8
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif
tinggi, pada poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ
penting) maka dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek
samping terhadap organ tersebut lebih minimal.8
Tabel 1 Toksisitas obat kemoterapi terhadap organ
Table dibawah ini menunjukkan efek toksisitas dari jenis-jenis obat kemoterapi.7,8
Nama obat
Metotrexate

Toksisitas organ
Gastrointestinal

Tanda dan gejala


Mual, muntah, mukositis,
ulserasi GI

Sumsum tulang

Penurunan sel darah putih

Hepar

Peningkatan

kadar

transaminase,
5- Fluoroucil

Gastrointestinal

fibrosis

porta, sirosis
Mual, muntah, mukositis,
diare+darah

Cisplatin

Jantung
Gastrointestinal

Angina/ infark miokard


Mual, muntah berat

Sumsum tulang

Penurunal

jumlah

sel

darah putih
Ginjal

Kumulatif

efek

tubulus

pada
renal,

hipomagnesemia,
hipokalsemia
Jantung

Angina/ infark miokard


11

Cyclophosphamide

Gastrointestinal

Mual, muntah, mukositis,


diare

Sumsum tulang

Penurunan

jumlah

sel

darah putih, perdarahan


Hemorraghia
Saluran kemih

cystitis,

tubular injury water


Gagal jantung kongestif,

Vincristine

XI.

Jantung
Gastrointestinal

miokarditis/ pericarditis
Konstipasi, ileus

Jantung

Infark miokard

STADIUM KARSINOMA NASOFARING

Penentuan stadium yang terbaru berdasarkan atas kesepakatan UICC pada tahun
2002 adalah sebagai berikut:11
1. T = Tumor primer
T0 = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas di nasofaring
T2 = Tumor meluas ke jaringan lunak
T2a = Perluasan tumor ke orofaring dan atau rongga hidung tanpa perluasan ke
parafaring
T2b = Disertai perluasan ke parafaring
T3 = Tumor menginvasi struktur tulang dan atau sinus paranasal
T4 = Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau terdapat keterlibatan saraf
kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator.
2. N = Pembesaran KGB regional
Nx = Pembesaran KGB tidak dapat dinilai
No = Tidak ada pembesaran

12

N1 = Metastasis KGB unilateral dengan ukuran 6cm di atas fossa


supraklavikula
N2 = Metastasis KGB bilateral dengan ukuran 6cm di atas fossa
supraklavikula
N3 = Metastasis KGB bilateral dengan ukuran 6cm atau terletak didalam
fossa supraklavikula.
N3a = ukuran > 6 cm
N3b = di dalam fossa supraklavikula
3. M = Metastasis jauh
Mx = Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 = Tidak ada
M1 = Terdapat metastasis jauh
Stadium. I

: T1 N0 M0

Stadium. IIa : T2a N0 M0


Stadium. IIb : T1 N1 M0, T2a N1 M0, T2b N0,N1 M0
Stadium. III : T1 N2 M0, T2a-b N2 M0, T3 N2 M0
Stadium. IVa : T4 N0,N1,N2 M0
Stadium.IVb : semua T N3 M0
Stadium. IVc : semua T semua N M1
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari karsinoma nasofaring sesuai dengan stadium, yaitu :2
Stadium I

: Radioterapi

Stadium II-III

: Kemoradiasi

Stadium IVdengan N <6cm : Kemoradiasi


Stadium IV dengan N >6cm : Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

XII. RUMUS LUAS PERMUKAAN TUBUH


Untuk menentukan jumlah regimen kemoterapi yang diberikan pada
pasien dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh. Rumus yang biasa di gunakan

13

untuk menghitung luas permukaan tubuh yaitu dengan menggunakan rumus


Mosteller.12

Luas permukaan tubuh (m2) = ( tinggi badan (cm) x berat badan (kg)
3600

14

Anda mungkin juga menyukai