Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah
mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam
perawatan kulit klien akan menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan. Kerusakan integriritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan
pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya kulit dalm waktu yang lama
yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Kozier,
1993). Dekubitus merupakan problem yang serius karena dapat mengakibatkan
meningkatnya biaya, lama perawatan dirumah sakit karena memperlambat program
rehabilitasi bagi penderita (Potter, Perry, 1993). Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan
nyeri yang berkepanjangan, rasa tidak nyaman, tergangu dan frustasi yang menghinggapi
para pasien dan meningkatkan biaya dalam penaganan. Perawat sebagai kesehatan yang
memiliki tanggung jawab utama dalam mencegah kejadian dekubitus perlu mnerapkan
pengetahuan terbaik yang dimilikinya dalam mencegah berkembangnya kejadina dekubitus
(Moore, et al, 2004).
1.2 Tujuan
BAB II
TEORI PUSTAKA
2. 1.
DEFENISI
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat (Rendy,
2012).Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir, yang
disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol
dan adanya tekanan dari luar dalam waktu yang lama. Kompresi jaringan menyebabkan
gangguan suplai darah pada daerah yang tertekan yang menyebabkan insufisiensi aliran
darah, anoksia atau iskemi jaringan.
Dekubitus atau luka tekan merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien
yang sering mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang
belakang atau penyakit degeneratif. Luka tekan tidak hanya berkembang pada pasien
yang berbaring, tetapi dapat juga terjadi pada pasien yang menggunakan kursi roda
atau protese.
2.2.
ETIOLOGI
Luka Dekubitus disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik
pada pasien.
a. Faktor Ekstrinsik
1.
Tekanan
Kulit dan jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan permukaan keras
lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam waktu yang
lama sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi
gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi dan nekrosis,
tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per
unit area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka
lebih besar dari pada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan
2
mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan
nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg.
2.
3.
Kelembaban
Akan menyebabkan maserasi, biasanya akibat inkontinensia, drain dan keringat.
Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu
kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan dan perobekan
jaringan. Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan
daripada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat
merusak permukaan kulit.
4.
Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan
medik yang menyebabkan klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga
memudahkan terjadinya dekubitus.
b. Fase Intrinsik
1.
Usia
Pada usia lanjut akan terjadi penurunan elastisitas dan vaskularisasi. Pasien yang sudah tua
memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit dan jaringan akan berubah
seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum
albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi
antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan
membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang
merobek. Selain itu, akibat dari penuaan adalah berkurangnya jaringan lemak subkutan,
berkurangnya jaringan kolagen dan elastin, menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit
sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
2.
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk merasakan sensari
nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien
akan mudah terkena luka tekan, karena nyeri merupakan suatu tanda yang secara normal
mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes)
dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk merasakan nye
3. Penurunan kesadaran : gangguan neurologis, trauma, analgetik narkotik.
4. Malnutrisi :
Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak sebagai
pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi
yang penting.
Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus. Selain itu,
malnutrisi dapat gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan dengan hipoalbumin.
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor
predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan
empat dari luka tekan pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya
kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
5.
6.
Merokok :
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan memiliki efek toksik
terhadap endotelium pembuluh darah.
7.
Temperatur kulit :
Peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan.
8.
9.
Anemia
10.
11.
2.3.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik sesuai dengan stadiumnya:
1. Stadium Satu
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan
dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut :
perubahan temperatur kulit ( lebih dingin atau lebih hangat ), perubahan
konsistensi jaringan ( lebih keras atau lunak ), perubahan sensasi (gatal atau
nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai
kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan
kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.
2. Stadium Dua
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya.
Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang
yang dangkal.
3. Stadium Tiga
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari
jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat
seperti lubang yang dalam.
4. Stadium Empat
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis
jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam
serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.
2.4.
ANATOMI FISIOLOGI
Kulit terdiri dari 3 lapisan :
Hampir seluruh lapisan epidermis terdiri dari sel lapisan epidermis dari bagian yang terluar ke
dalam, susunannya sebagai berikut :
1. Stratum Korneum
Lapisan ini merupakan hasil akhir dari proses keratinisasi dan merupakan
sel yang mati, tidak mempunyai inti sel dan mengandung zat keratin.
2. Stratum Lucidum
Selnya tidak berinti, protoplasma bening dan mengandung hyaline (eleidin).
3. Stratum Granulosum
Terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan dan mengandung butiran-butiran
keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena
banyaknya butir-butir stratum granulosum.
4. Stratum Spinosum
Bentuk selnya polygonal, protoplasmanya jernih, nukleus terletak di tengah,
dalam keadaan normal selnya selalu mengalami mitosis, sehingga bentuknya
berbeda-beda setiap lapisan.
5. Stratum Basal
Bentuknya silinder (tabung) dengan inti yang lonjong.Didalamnya terdapat butirbutir yang halus disebut butir melanin warna.Dermis merupakan lapisan kedua
dari kulit.Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah
bawah berbatasan dengan subkutis.Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari
serat-serat kolagen dan elastin.Dilapisan dermis ini terdapat pembuluh darah,
pembuluh limfe, jaringan saraf, kelenjar, folikel rambut.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
1. Pars papilaris, lapisan ini tipis. Di dalam papilla dermis terdapat kapiler pembuluh
serta serabut saraf sensorik.
2. Pars retikularis, lebih tebal dan lebih banyak mengandung jaringan ikat.
Komponen yang terdapat pada dermis :
a. Serabut/jaringan ikat
6
darah
1. Kologen : Merupakan serabut yang terbanyak yaitu kurang dari 90 % terdiri dari
skleroprotein, warnanya putih dan tidak bercabang pada pars papilaris serabut ini
tersusun vertikal, sedangkan pada pars retikularis tersusun horisontal.
2. Elastin : Tersusun paralel atau menyilang terhadap serabut kolagen. Warnany halus dan
bercabang.
3. Retikulin : Halus dan bercabang-cabang.
b. Bahan dasar ( matriks = ground substance )
c. Sel
Merupakan jaringan ikat yang longgar yang terdiri dari sel-sel lemak atau
limposit.Sitoplasma mengandung banyak lemak sehingga inti sel terdesak ketepi.Selnya
membentuk kelompok.Fungsinya sebagai pelindung terhadap trauma, penahan panas dan
cadangan makanan.
2.5
PATOFISIOLOGI
Immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring (lebih dari 2 jam), tekanan
daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg (normal:
tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg), Iskemik, nekrosis jaringan
kulit. Selain faktor tegangan, ada faktor lain yaitu: faktor teregangnya kulit misalnya gerakan
meluncur ke bawah pada penderita dengan posisi dengan setengah berbaring. Faktor terlipatnya
kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan alas tempat tidur, sehingga seakan-akan
kulit tertinggal dari area tubuh lainnya.
Perubahan patologis di tempat ulkus decubitus disebabkan karena terlipatnya pembuluh darah,
terutama pembuluh darah arteri dan kapiler di daerah yang terkena ulkus decubitus.Jika aliran
darah terhambat, maka sel- sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil
metabolisme tertumpuk sehingga sulit diangkut.Akhirnya sel mati, kulit pecah dan terjadilah
lubang yang dangkal dan luka. Jika tekanan berkurang, maka iskemik segera diikuti oleh
hyperemia, yaitu mengalirnya darah dalam jumlah banyak di daerah tersebut, kemudian daerah
itu akan kelihatan merah dan terasa hangat karena terjadi hyperemia yang merupakan mekanisme
untuk mengimbangi, dimana darah menyuplai daerah itu untuk memberi zat makanan dan
menyingkirkan sampah hasil metabolisme.
7
2.6.
dan hidroterapi)
4. Menurunkan dan mengatasi infeksi.
Perlu pemeriksaan kultur dan test resistensi. Antibiotika sistemik dapat
diberikan bila penderita mengalami sepsis, selulitis. Ulkus yang terinfeksi
harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan
H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama
UVB) mempunyai efek bakterisidal.
5. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
Hal ini dapat dicapai dengan pemberian antara lain :
a. Bahan-bahan topikal misalnya : salep asam salisilat 2%, preparat seng (Zn
0, Zn SO
b. Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah
bakteri, juga mempunyai efek proliferati epitel, menambah jaringan
granulasi dan memperbaiki keadaan vaskular.
c. Radiasi infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan dapat membantu
penyembuhan ulkus karena adanya efek peningkatan vaskularisasi.
d. Terapi ultrasonik; sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap
terapi ulkus dekubitus.
6. Tindakan bedah selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IV dan
karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun myocutaneous flap.
2.7.
1.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
Peningkatan tertentu awal menunjukkan hemo konsentrasi, sehubungan dengan perpindahan atau
kehilangan cairan dan untuk mengetahui adanya defisiensi nutrisi pada klien. Jika terjadi
leukositosis karena adanya kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap
edema.Glukosa serum yang terjadi peningkatan karena respon stres.
2.8.
KOMPLIKASI
1.Infeksi
2.keterlibatan jaringan tulang dan sendi
3.Septikemia
4.Anemia
5.Hiperbilirubin
6.Kematian
2.9.
No
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
1.Kerusakan integritas kulit b.d
Tujuan
Intervensi
Aktifitas
setelah dilakukan
Pressure
ulcer
menggunakan
prevention
pakaian
wound care
longgar
Ds :
2.
1. Integritas kulit
dipertahankan
mmHg , N : 84x/menit , RR :
1.
luka/lesi pada
kulit
pasien
yang
3.
jaga
kulit
2. Tidak ada
anjurkan
kebersihan
agar
tetap
mobilisasi
pasien
3. Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan
luka
sekali
5.
observasi
lokasi
luka
,dimensi
kedalaman
luka
,karakteristik ,warna
cairan ,granulasi ,
jaringan
10
nekrotik
,tanda
tanda
infeksi
local
,formasi taktus
6.
ajarkan
pada
keluarga
tentang
diae
TKTP ,vitamin
8.
cegah
kontaminasi
lakukan
tekhnik
perawatan
luka
dengan steril
10. berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
2.Resiko infeksi b.d adanya luka
Setelah dilakukan
Infection
control
dengan :
Ds :
hasil :
1.
Pertahankan tekhnik
aseptif
2. Batasi
pengunjung
bila perlu
3. Cuci tangan sebelum
infeksi
gejala
2. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya infeksi
11
infeksi
terapi
1. Anjurkan
keluarga
tindakan
membantu
klien
keperawatan 3 x
24 jam diharapkan
pasienb
ds : aktifitas dilakukan di
menunjukan
3. Perhatikan sirkulasi,
tempat tidur
peningkatan
mobilitas
tampak kotor
optimal mungkin
mobilisasi
2. Atur posisi klien tiap
dapat
2 jam
se
secara sering
4. Banti
klien
untuk
NOC :
Mobility Level
secara
konsisten
Kriteria Hasil :
yang
diawalai
1. Keseimbangan
dengan
penampilan
kemudian aktif
2. Mengerti
tujuan
5. Dorong
dan
pasif
partisipasi
meningkatkan
aktivitas
mobilitas
kemampuannya
3.Memposisikan
sesuai
tubuh
secara teratur
4.
Gerakan otot
5.
Gerakan
sendi
6.
Ambulansi
jalan
7. Ambulansi
kursi roda
Setelah dilakukan
12
Learning
1. Kaji
tingkat
dengan :
menunjukkan
pengetahuan tentang
patofisiologi
dari
penyakit
dan
criteria hasil :
bagaimana
facilitation
pengeahuan
pasien
dan keluarga
2. Jelaskan
1. Pasien
dan
hal
ini
berhubungan dengan
keluarga
menyampaikan
pemahaman
tentang
3. Gambarkan
penyakit
,kondisi prognosis
muncul
penyakit
dan
pogram
pengobatan
pada
,dengan
2. Pasien
dan
keluarga
tanda
mampu
4. Identifikasi
kemumgkinan
melaksanakan
penyebab
prosedur
secara
benar
5. Sediakan
3. Pasien
dan
keluarga
mampu
menjelaskan
jelaskan
perawat
kesehatan
lainnnya
13
tim
informasi
kondisi
tentang
,dengan
BAB III
PEMBAHASAN
Keluhan utama :
Riwayat penyakit dahulu : klien menderita hipertensi (+) sudah 8 tahun yang
lalu
14
Data objective : klien menderita stoke non hemoragik , keadaan umum klien
tampak lemah ,aktifitas dikerjakan di tempat tidur terdapat luka tekan grade 2 pada
area butlock ,elbow , shoulder (+) ,kesadaran : compos mentis , TD : 160/100
mmHg , n : 84 x /menit , rr 22x/menit s : 37 C ,klien tampak kotor ,mulut rero
kesebelah kiri hemiperase sinistra (+) terpasang DC (+)
Data subjective :klien jarang melakukan mobilisasi , keluarga klien tidak
mengerti dengan kondisi tn. J sehingga timbul luka tekan
Pressure sore adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya
kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya
tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan
gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini
dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat
mengakibatkan kematian sel
Mekanisme terjadi nya pressure sore pada saat berbaring
Terjadi nya dekubitus di daerah buttock , elbow ,toes, shoulder (+) pada pasien kasus diatas
karena pasien mengalami imobilisasi dan kelurga nya tidak tau bagaimana cara merawat pasien
dengan benar ,sedangkan imobilisasi itu factor utama pencetus pressure sore . Karena ketika
seseorang mengalami imobilisasi maka pasien memerlukan bantuan untuk melakukan aktifitas
,saat seseorang terlalu lama berbaring karena imobilisasi tanpa merubah posisi ,maka akan
menyebabkan sirkulasi darah terganggu , sedangkankulit kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut oksigen ke seluruh lapisannya.Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka
kulit akan mati, yang dimulai pada lapisan kulit paling atas (epidermis).Penyebab dari
berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan menyebabkan terputusnya aliran
darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan
meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus). Gerakan yang normal akan mengurangi tekanan
sehingga darah akan terus mengalir. Kulit juga memiliki lapisan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan pelindung terhadap tekanan dari luar.
15
3.3. Pathway
Factor primer
factor sekunder
iskemik setempat
hipotermi
kemerahan
16
kerusakan jaringan
gang.mobilitas fisik
resiko infeksi
kurang pengetahuan
ETIOLOGI
MASALAH
Kerusakan integritas kulit b.d
Ds :
iskemik setempat
tekanan
pelepasan subtansi H
,akumulasi metabolic
84x/menit , RR :
22x/menit , S : 37C,
aktifitas dilakukan di
tempat tidur ,
hipotermi
kemerahan
17
iskemik setempat
ds : aktifitas dilakukan di
tempat tidur
pelepasan subtansi H
,akumulasi metabolic
hipotermi
kemerahan
mobilitas fisik
iskemik setempat
Ds :
,elbow,toes,shoulder
pelepasan subtansi H
18
,akumulasi metabolic
,
kalium ,ADP , dan asam laktat
hipotermi
kemerahan
Resiko infeksi
FAKTOR
PRESEPSI SENSORI
DESKRIPSI
1. KETERBATASAN
PENUH
2. SANGAT
TERBATAS
SKOR
1
2
3
4
3. KETERBATASAN
RINGAN
4. TIDAK ADA
GANGGUAN
KELEMBABAN
1. SELALU LEMBAB
19
2. UMUMNYA
LEMBAB
3. KADANG-KADANG
LEMBAB
4. JARANG LEMBAB
AKTIFITAS
1. TOTAL DITEMPAT
TIDUR
2. DAPAT DUDUK
1
2
3
3. BERJALAN
KADANG-KADANG
MOBILISASI
1. TIDAK MAMPU
BERGERAK SAMA
SEKALI
2. SANGAT
TERBATAS
3. TIDAK ADA
MASALAH
4. TANPA
KETERBATASAN
NUTRISI
1. SANGAT BURUK
2. KURANG
MENCUKUPI
3. MENCUKUPI
SANGAT BAIK
PERGESEKAN DAN
1. BERMASALAH
PERGERAKAN
2. POTENSIAL
BERMASALAH
3. KETERBATASAN
20
RINGAN
STATUS
FISIK
MATERIAL
BAIK 4
WASPADA 4
AKTIFITAS
AKTIF JALAN
MOBILITAS
INKONTINENSIA
PENUH 4
TIDAK ADA 4
JALAN
SEDIKIT
KADANG KALA 3
DENGAN
TERBATAS 3
CUKUP BAIK
APATIS 3
BANTUAN 3
BURUK 2
KACAU 2
DENGAN
SANGAT
BIASANYA
KURSI RODA
TERBATAS 2
URINE 2
IMOBILISASI 1
KEDUANYA 1
SANGAT
BURUK 1
SOPOR 1
SELALU
DITEMPAT
TIDUR 1
21
Kesimpulan :
Penilaian skala norton sesuai dengan kasus dapat disimpulkan kondisi fisik ( Buruk
2 ), status mental ( waspada 4 ), aktifitas ( selalu ditempat tidur 1 ), Mobilitasnya (
imobilisasi 1 ), Inkontinensa ( biasanya ureine 2 )
Hasilnya adalah resiko tinggi.
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat (Rendy,
2012).Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir, yang
disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol
dan adanya tekanan dari luar dalam waktu yang lama. Kompresi jaringan menyebabkan
gangguan suplai darah pada daerah yang tertekan yang menyebabkan insufisiensi aliran
darah, anoksia atau iskemi jaringan.
Dekubitus atau luka tekan merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien
yang sering mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang
belakang atau penyakit degeneratif. Luka tekan tidak hanya berkembang pada pasien
yang berbaring, tetapi dapat juga terjadi pada pasien yang menggunakan kursi roda
atau protese.
23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2000). Hand book for Brunner and Suddarth: Text book of Medical-Surgical
Nursing (Yasmin Asih, Penerjemah Philadelphia : PA 19106-3780, USA (Sumber Asli
diterbitkan : 1996).
24
25