Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
II.1.
Tinjauan pustaka
II.1.1
Cacing tanah
Cacing tanah adalah hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
II.1.1.1.
Taksonomi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Annelida
Kelas
: Oligochaeta
Ordo
: Haplotaxida
Famili
: Lumbricidae
Genus
: Lumbricus
Spesies
: Lumbricus rubellus
II.1.1.1.
II.1.1.2.
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem
pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat
menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian
yang telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah
memiliki kekebalan humoral dan mekanisme seluler (Ariani, 2010).
Protein yang dimiliki oleh cacing tanah memiliki mekanisme antibakteri
yang berbeda dengan mekanisme antibiotik. Antibiotik membunuh mikroganisme
biasanya dengan dua cara, yaitu dengan menghentikan jalur metabolik yang dapat
menghasilkan nutrient yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau menghambat
enzim spesifik yang dibutuhkan untuk membantu menyusun dinding sel bakteri.
Sedangkan, mekanisme yang dilakukan oleh protein yang dimiliki oleh cacing
tanah adalah dengan membuat pori atau lubang di dinding sel bakteri sehingga hal
ini akan menyebakan sitoplasma sel bakteri menjadi terpapar dengan lingkungan
luar yang dapat mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan
kematian bakteri. Dengan cara ini, bakteri menjadi lebih susah untuk menjadi
resisten karena yang dirusak adalah struktur sel milik bakteri itu sendiri. Senyawa
antibakteri yang dimiliki oleh L.rubellus dikenal dengan nama Lumbricin-I yang
memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram
negatif (Arslan, 2008 ; Cho et al, 1998).
II.1.1.3.
Kandungan asam amino yang terdapat dalam tubuh cacing dapat dilihat
pada tabel 1.
Asam Amino
Komposisi (%)
2,29
- Glisisn
2,92
- Serin
2,88
- Tirosin
1,36
4,13
- Histidin
1,56
- Isoleusin
2,58
- Leusin
4,48
- Lisin
4,33
- Metionin
2,18
- Fenilalanin
2,25
- Treonin
2,95
- Valin
3,01
II.1.1.4.
Menurut Palungkun (2008) dibawah ini adalah manfaat dari cacing tanah
yang berguna bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah :
1.) Pada pertanian
Khasiat dan keuntungan yang diberikan oleh cacing tanah terhadap tanah
diantaranya memberikan aerasi tanah dan menyediakan nutrisi makro bagi
tanah. Ketika cacing tanah mengekskresikan feses dalam bentuk padatan,
mineral dan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman telah diseleksi oleh cacing
tersebut untuk diabsorpsi oleh akar tanaman. Feses cacing tanah mengandung
nitrogen lima kali lebih banyak dari tanah biasa, fosfat tujuh kali lebih
banyak, dan kalium sebelas kali lebih banyak. Seekor cacing dapat
memproduksi lebih dari 4,5 kg feses dalam setahun. Kegiatan cacing yang
terus menggali ke dalam tanah memberikan porositas bagi tanah dan aerasi
yang cukup serta meningkatkan kemampuan drainase tanah (Ariani, 2010 ;
Palungkun, 2008).
2.) Bahan Pakan Ternak
Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yamg tinggi, cacing tanah
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan
10
kodok. Hasil dari berbagai penelitian diperoleh bahwa tepung ikan yang biasa
dipakai untuk pakan ternak dapat digantikan dengan tepung cacing tanah,
dikarenakan kandungan protein dari tepung cacing tanah masih lebih baik
dibandingkan dengan tepung ikan (Ariani, 2010 ; Palungkun, 2008).
3.) Bahan baku obat dan kosmetik
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa cacing tanah mampu menghambat
pertumbuhan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit tifus dan diare.
Kandungan enzim dan asam amino yang terkandung pada cacing tanah juga
bermanfaat dalam proses pergantian sel tubuh yang rusak, terutama dalam
menghaluskan dan melembabkan kulit (Ariani, 2010 ; Palungkun, 2008).
II.1.2.
Taksonomi
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Classis
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Familia
: Enterobacteriaceae
11
Genus
: Shigella
Species
: Shigella dysentriae
II.1.2.2.
Bentuk
: Cocobasil
Susunan
: Tunggal
Warna
: Merah
Sifat
: Gram negatif
Bakteri S.dysenteriae adalah bakteri yang memiliki morfologi batang
II.1.2.3.
Shigellosis disebut juga Disentri basiler, disentri sendiri artinya salah satu
dari berbagai gangguan yang ditandai dengan peradangan usus, terutama kolon
dan disertai nyeri perut , tenesmus dan buang air besar yang sering mengandung
darah dan mukus. Habitat alamiah bakteri disentri adalah usus besar manusia,
tempat bakteri tersebut dapat menyebabkan disentri basiler. Infeksi S.dysenteriae
praktis selalu terbatas pada saluran pencernaan, dan invasi bakteri ke dalam darah
sangat jarang. S.dysenteriae menimbulkan penyakit yang sangat menular dengan
12
dosis infektif dari bakteri S.dysenteriae adalah kurang dari 10 organisme dan
merupakan golongan Shigella sp yang cenderung resisten terhadap antibiotik
(Jawetz et al., 2005).
Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir,
mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung
mengakibatkan nekrosis selaput
lendir,
ulserasi
superfisial, perdarahan,
pembentukan pseudomembran pada daerah ulkus. Ini terdiri dari fibrin, lekosit,
sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan bakteri. Waktu proses patologik
berkurang, jaringan granulasi akan mengisi ulkus sehingga terbentuk jaringan
parut (Jawetz et al., 2005). S. dysenteriae dapat menyebabkan 3 bentuk diare:
Disentri klasik dengan tinja yang konsisten lembek disertai darah, mukus dan
pus
Watery diarrhea
Kombinasi antara disentri klasik dengan tinja yang konsisten lembek disertai
darah, mukus, pus dengan watery diarrhea.
Penatalaksaan
Shigellosis
dengan
pemberian
antibakteri
seperti
13
II.1.2.4.
Toksin
dan
II.1.3.
14
Media setengah padat: media ini dibuat dengan bahan sama dengan media
padat, akan tetapi yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini
digunakan untuk melihat gerak bakteri secara mikroskopik (Waluyo,
2004)
Media cair: ini merupakan media sintetik yang mempunyai kandungan dan
isi bahan yang telah diketahui secara terperinci. Media sintetik sering
digunakan untuk mempelajari sifat genetik dan faal mikroorganisme.
Senyawa anorganik dan senyawa organic yang ditambahkan dalam media
sintetik harus murni. Contoh media sintetik adalah cairan Hanks, Locke,
dan Eagle (Waluyo, 2004).
II.1.4.
dilakukan dengan salah satu metode dari dua metode pokok yaitu dilusi atau
difusi. Penting sekali untuk menggunakan metode standar untuk mengendalikan
semua faktor yang mempengaruhi efektivitas antibakteri (Jawetz et al., 2005).
a. Metode Dilusi, metode ini menggunakan antibakteri dengan kadar yang
menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Media
kemudian diinokulasi bakteri uji dan diinkubasi. Tahap akhir antibakteri
dilarutkan dengan kadar yang menghambat atau mematikan (Jawetz et
al.,2005).
b. Metode Difusi, metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi
agar. Kertas cakram berisi sejumlah tertentu dari suatu obat ditempatkan pada
medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada
permukaannya. Setelah diinkubasi, diameter zona hambat sekitar cakram
dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan terhadap organism uji.
Metode ini dipengaruhi beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara
obat dan organisme (Jawetz et al.,2005)
15
II.1.5.
1) Bakteriostatik
Bahan antibakteri memiliki kemampuan untuk menghambat perkembangan
biakan bakteri. Jika bahan antibakteri dihilangkan, perkembangbiakan bakteri
berjalan kembali (Jawetz et al., 2005 ; Setiabudi, 2007).
2) Bakterisidal
Bahan antibakteri memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri. Jika bahan
antibakteri dihilangkan, perkembangbiakan tidak berjalan kembali (Jawetz et
al., 2005 ; Setiabudi, 2007).
II.2.
Kerangka teori
Bagan 1. Kerangka teori
Cacing tanah Lumbricus rubellus
Lumbricin-I
Membuat pori di dinding sel bakteri
16
II.3.
Kerangka konsep
Bagan 2. Kerangka konsep
variable bebas
variable terikat
Pertumbuhan Shigella dysenteriae
: dinilai dari lebar diameter
pertumbuhan bakteri yang
dihambat.
variable pengganggu
Faktor eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan
Shigella dysenteriae: suhu, ph, dan
waktu inkubasi
*tidak diteliti
I.4.
Hipotesis Penelitian
Ada efek dari suspensi tepung cacing tanah dalam menghambat