Anda di halaman 1dari 10

Sabtu, 18 Mei 2013

pencegahan infeksi
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Sebagai petugas kesehatan sudah selayaknya kita memproteksi diri kita agar tidak
tertular infeksi. Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap
yang diberikan kepada klien. Tujuannya untuk melindungi petugas kesehatan itu
sendiri.
Di masa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan
adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah di
beberapa negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS) dan hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. Saat
ini, perhatian utama ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit, tidak
hanya terhadap pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan kesehatan dan
karyawan, termasuk pekarya, yaitu orang yang bertugas membersihkan dan merawat
ruang bedah.
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari
peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara
mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Dengan bekerja
berdasarkan tujuan ini, maka berarti pemberi asuhan kesehatan melindungi pasien,
lingkungan dan dirinya sendiri.
B.

Tujuan

1.

Untuk mengetahui definisi pencegahan infeksi.

2.

Untuk mengetahui kewaspadaan universal.

3.

Untuk mengetahui pencegahan infeksi maternal dan neonatal.

C.

Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi pencegahan infeksi.


2. Mahasiswa dapat mengetahui kewaspadaan universal.

3. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan infeksi maternal dan neonatal.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Introduksi Pencegahan Infeksi


1.

Definisi

Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menyebabkan cedera yang serius
terhadap sel atau jaringan, infeksi ini disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika
patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit
infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini
merupakan penyakit menular atau contagius (Perry, 2005: 933).
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen- komponen lain
dalam asuhan selama persalinan persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi
karenabakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko penularan
penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan dengan cara
pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS (APN, 2007).
2.

Siklus penyebaran penyakit

Bibit penyakit (mikroba pthatogen) dapat menular (berpindah) dari penderita, hewan
sakit atau reservoir bibit penyakit lainnya, ke manusia sehat dengan beberapa:
a.

Melalui kontak jasmaniah (personal contact)

1)

Kontak langsung (direct contact)

Bibit penyakit menular karena kontak badan dengan badan antara penderita dengan
orang yang ditulari.

Misalnya cara penularan:


a)

Penyakit kelamin seperti: syphilis, gonorrhoea, AIDS.

b)

Penyakit kulit : tinea versicolor (panu), scabies (kudis).

2)

Kontak tidak langsung (indirect contact)

Bibit penyakit menular dengan perantaraan benda-benda yang terkontaminasi karena


telah berhubungan dengan penderita ataupun bahan-bahan yang berasal dari penderita
yang mengandung bibit penyakitnya,seperti feces, urina, darah, muntahan dan
sebagainya.
b.

Melalui makanan dan minuman(food borne infections)

Bibit penyakit menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi.penyakit-penyakit yang menular dengan cara ini,antara lain: cholera,
thypus abdominalis, poliomyelitis, hepatitis infectiosa, dysenteri, penyakit-penyakit
karena cacing, misalnya karena ascaries lumbricoides.
c.

Melalui serangga(arthropod borne infections)

Bibit penyakit menular melalu serangga (arthropoda).dalam hal ini serangganya pun
dapat merupakan host (tuan rumah) dari bibit penyakitnya atau pun hanya sebagai
pemindah (transmiter)saja.misalnya:
1)

Malaria disebabkan oleh plasmadium sp, (protozoa) ditularkan

oleh nyamuk anopheles sp.


2)

Deman berdarah (dengue haemorrhagic fever) disebabkan oleh

virus dengue ,ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.


d.

Melalui udara (air borne infections)

Penyakit yang menular melalui udara ,terutama penyakit saluran pernapasan,


seperti:
1)

Melalui debu diudara yang mengandung bibit penyakit

misalkan penularan penyakit tuberculosa paru-paru yang disebabkan oleh bakteri


mycobacterrium tuberculosis.
2)
3.

Melalui tetes ludah halus (droplet infections)


Pencegahan penyebaran infeksi

Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:

a.

Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.

Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan
jumlah mikroorganisme ,baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar
alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan. Contoh : Pencucian alat dengan
menggunakan sabun.
b.

Antiseptik,yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.


Contoh :
1)

Mencuci alat dengan cara biasa, lalu setelah kering dilanjutkan dengan

mencuci menggunakan alkohol.


2)
c.

Menuangkan alat dengan alkohol, lalu dibakar


Dekontaminasi,tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani

oleh petugas kesehatan secara aman,terutama petugas pembersihan medis sebelum


pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan,alat-alat kesehatan,dan
sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur
dedah/tindakan dilakukan
B.
1.

Kewaspadaan Baku
Pengertian

Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions


(UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik
dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya.
Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara
penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua
pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena ia
merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk
melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat
terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh

tertentu.
Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan
patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang
tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi
yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan (FPK).
2.

Komponen utama dan penggunaanya

a.

Kebersihan tangan (cuci tangan)

b.

Alat Pelindung Diri (APD), yang terdiri dari:

1)

Penggunaan sarung tangan

2)

Pelindung wajah (masker, kacamata,)

Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah
atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker menghindarkan perawat menghirup
mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan mencegah penularan kuman
patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien.
Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di atas mulut dan hidung
sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari
sela-selanya.
Langkah-langkah penggunaan masker :
a)

Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada stip

motal yang tipis).


b)

Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang kepala dengan

tali melewati atas telinga.


c)
d)
3)

Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.


Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.
Gaun pelindung

Gaun / baju pelindung atau jubah atau celemek, merupakan salah satu jenis pakaian
kerja. Seperti diketahui bahwa pakaian kerja dapat berupa seragam kerja, gaun bedah,
jas laboratorium dan celemek. Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk
melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan

tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.


4)

Penutup kepala

5)

Sepatu pelindung

c.

Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya

Dalam mencegah luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya, maka seorang perawat
harus berhati-hati dalam melakukan
1)

Memegang jarum, pisau, dan alat-alat tajam lainnya.

2)

Bersihkan alat-alat yang telah digunakan.

3)

Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan

d.

Kebersihan pernapasan dan etika batuk

Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah


pengendalian sumber dengan cara tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan
tisu dan masker, serta membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran
napas.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus:
1)

Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1

meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika memungkinkan.
2)

Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika

batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan kesehatan. Pertimbangkan untuk


meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area
evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan
e.

Kebersihan lingkungan

Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi


permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh.
f.

Linen

Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara:
1)

Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian.

2)

Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan.

g.
1)

Pembuangan limbah
Pastikan pengelolaan limbah yang aman.

2)

Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi

sebagai limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat.


3)

Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan

dengan pemrosesan spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius.


4)
h.
1)

Buang alat sekali pakai dengan benar


Peralatan perawatan pasien
Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus

diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan membran mukosa,
kontaminasi pakaian, dan penyebaran patogen ke pasien lain atau lingkungan dapat
dicegah.
2)

Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang

dengan benar sebelum digunakan pada pasien lain.


C.
1.

Penerapan Pencegahan Infeksi Maternal dan Neonatal


Tujuan pencehahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain


dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan
dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong
persalinan dan penolong kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena
bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularanpenularan penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya,
seperti missal hepatitis dan HIV/AIDS. Tujuan tindakan-tindakan PI dalam
pelayanan asuhan kesehatan :
a.
b.

Meminimalkan infeksi yang diebabkan oleh mikroorganisme


Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti

hepatitis dan HIV/AIDS


Tindakantindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut :
a.

Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencegan penyebaran

infeki yng menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Cuci tangan
harus di lakukan pada saat :

1)

Segera setelah ditempat kerja.

2)

Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru

lahir.
3)

Sebelum memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.

4)

Setelah melepas sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan sarung

tangan).
5)

Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan

tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (missal : hidung, mulut, mata,
vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan.
6)

Setelah kekamar mandi atau menggunakan sarung tangan.

7)

Sebelum pulang kerja.

Untuk mencuci tangan :


1)

Lepaskan perhiasan ditangan dan pergelangan.

2)

Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.

3)

Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau yang

mengandung anti septik selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari digosok
menyekuruh). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.
4)

Bilas tangan dengan air bersih dan mengalir.

5)

Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkankan atau dikeringkan

dengan kertas tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
b.

Memakai sarung tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah, peralatan, sarung
tangan atau sampah yang terkontaminasi. Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung
tangan utuk setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau
gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
1)

Gunakan sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur

apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan dibawah kulit seperti
persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.
2)

Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah atau

cairan tubuh.

3)

Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan,

menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh.


c.

Menggunakan teknik aseptic

Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan
penolong persalinan. Teknik aseptic meliputi :
1)

Penggunaan pelindung pribadi

Perlengkapan perlindungan pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme


penyebab infeksi dengan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung,
masker wajah, sapatu boot, celemek) petugas dari cairan tubuh, darah atau cidera
selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik sederhana
dapat dibuat sesuai kebutuhan dan sumber daya yang tersedia di masing-masing
daerah jika alat atau perlengkapan sesekali pakai tidak tersedia.
2)

Antisepsis

Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara
membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena
kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptic akan
sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasikan luka
terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur di atas kontak dengan
setiap ibu dan bayi baru lahir, juga membantu untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada kulit.
3)
2.

Menjaga tingkat sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi.


Pencegahan Infeksi Maternal
a.
b.
c.
d.
e.

Asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil
guna deteksi dini faktor risiko kehamilan den kelahiran.
Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan
kesehatan.
Peningkatan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan.
Peningkatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah
kesehatan wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya.
Menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program keluarga
berencana.

3.

Pencegahan Infeksi Neonatal

Adapun upaya pencegahan yang dilakukan dalam usaha untuk mengurangi


menurunkan kejadian kematian neonatal antara lain :
a.

Pemberian kekebalan pada bayi baru lahir terhadap tetanus melalui imunisasi.

b.

Perawatan sederhana seperti pemberian air susu ibu ASI eksklusif pada bayi

yang baru dilahirkan hingga enam bulan ke depan sangat mencegah kematian bayi
karena kekurangan zat-zat anti infeksi yang dibutuhkan
c.

Menganjurkan menikah pada usia matang (tidak terlalu muda).

Diposkan oleh RR Wiwid di 06.40

Anda mungkin juga menyukai