PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Menua merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh seluruh manusia
dan tak dapat dihindari. Setiap individu akan mengalami proses menua, ditandai
oleh terjadinya perubahan pada berbagai aspek fisik / fisiologis, psikologis dan
sosial (Miller, 2004). Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun ke atas. Pertambahan jumlah lansia di Indonesia periode 1990 2025 merupakan pertumbuhan lansia yang tercepat di dunia. Jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2002 sebesar 16 juta jiwa dan pada tahun 2010 mencapai
18 juta jiwa. Dengan demikian, Indonesia berada pada urutan kelima yang
mempunyai jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia. (Statistik Indonesia,
2010).
Menurut Darmojo (2006) pertambahan lansia di Indonesia dipengaruhi oleh
perbaikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan sosio-ekonomi, yang
pada akhirnya
akan
meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
dan
maupun swasta. Pada beberapa tahun terakhir, jumlah lanjut usia penghuni panti
sampai pada batas maksimal, yaitu 100 orang (Meta Amelia, 2012).
Cohen dan Wills mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan
dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya dengan orang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Meta Amelia (2012) menunjukkan bahwa
dukungan sosial lansia yang tinggal di panti werdha berada pada kategori rendah.
Menurut penelitian Meta Amelia tersebut, kegiatan-kegiatan rekreatif, kegiatan
agama, dan berbagai macam kegiatan yang telah diberikan oleh pihak panti,
belum cukup memenuhi kebutuhan lanjut usia terhadap dukungan sosial yang
berasal dari keluarganya. Ini membuktikan bahwa dukungan sosial di panti
sangatlah penting.
WHO (1996) mendefinisikan kualitas hidup adalah persepsi individu
terhadap posisinya di dalam kehidupan dalam konteks budaya sebuah sistem
nilai dimana mereka tinggal dan dalam hubungannya dengan tujuan mereka,
harapan, standar dan kepedulian. Kualitas hidup lansia terus menurun seiring
dengan semakin bertambahnya usia. Karena ketika seseorang sudah mencapai
usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik
maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas
kehidupannya. Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut
akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik sehingga mempengaruhi
kesehatan, serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia (Darmodjo, 2006).
Kualitas hidup seseorang dapat diukur dengan sebuah instrumen. Menurut
instrumen yang dibuat oleh WHOQOL BREF (1996) tentang kualitas hidup,
terkandung empat domain kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan
psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan.
Penelitian yang dilakukan Bangun Jayanegara (2007) dan Desy Indra Yani ,
dkk (2010) menyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup lansia yang
tinggal di panti dan di komunitas. Hasil penelitian secara keseluruhan didapatkan
bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti mempersepsikan kualitas
hidupnya rendah dibandingkan dengan lansia yang tinggal di komunitas.
2.
3.
4.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Pustaka
II.1.1.
Lansia
2.
3.
4.
5.
2.
3.
karena
meningkatnya
keratin,
serta
biasanya
usia
yang
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun,
kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan
tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak, serta
meningginya tekanan darah akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (Nugroho, 2008).
e. Sistem Pengaturan
Temperatur tubuh terjadi hipotermia secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan
tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun
(Nugroho, 2008).
f. Sistem Respirasi
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas,
menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernapas menurun, ukuran alveoli
melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk
batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan otot pernapasan
menurun (Nugroho, 2008).
g. Sistem Gastrointestinal
Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis,
asin, asam, atau pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul
konstipasi, serta melemahnya daya absorbsi (Nugroho, 2008).
h. Sistem Reproduksi
Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta
atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat
memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat diupayakan sampai
masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik (Nugroho, 2008).
i. Sistem Perkemihan
Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air
kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada
pria (Nugroho, 2008).
j. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup penurunan
aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron,
progesterone, estrogen, dan testosteron (Nugroho, 2008).
k. Sistem Integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat
menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang
bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang jumlah dan
fungsinya (Nugroho, 2008).
l. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis,
pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian
membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami
sclerosis, serta atrofi serabut otot (Nugroho, 2008).
e.
pengertian,
perhatian
dan
lain-lain
sehingga
Panti Wreda
Panti Wreda merupakan tempat mengurus dan merawat lansia
yang
dapat
membantu
kehidupannya
sehari-hari,
karena
Dukungan Sosial
Untuk
itu
pengakuan
sangat
diperlukan
untuk
memberikan penghargaan.
3. Kebutuhan psikis
Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk rasa
ingin tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi
tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang
menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut
diperlukan,
meminjamkan
uang,
memberikan
makanan,
kuantitas)
atau
disebut
dengan
social
questionnaires number.
2. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima;
berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan
terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas) atau disebut
dengan social questionnaires satisfaction.
Menurut Weiss (dalam Zainuddin, 2002), mengemukakan adanya
6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai "The Social
Provision Scale", dimana masing-masing komponen dapat berdiri
sendiri-sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun
komponen-komponen tersebut adalah :
1. Kerekatan Emosional (Emotional Attachment)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan
seseorang memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional
sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang
yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tenteram,
aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan
bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling
sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup,
lain
tergantung
padanya
untuk
memperoleh
Kualitas Hidup
kesempatan
dan
keterbatasan
dalam
hidupnya
yang
literatur
ke
dalam
menyebutkan
beberapa
kualitas
hidup
dapat
komponen.
World
Health
sehari-hari:
menggambarkan
kesulitan
dan
image
dan
appearance
menggambarkan
positif
menggambarkan
perasaan
yang
belajar,
menggambarkan
memungkinkan
memori,
keadaan
untuk
dan
kognitif
berkonsentrasi,
konsentrasi
individu
belajar
yang
dan
yang
menyenangkan
menggambarkan
Lansia
Fisik
Mental
Psikososial
Masalah kesehatan
Ketergantungan
Nilai kekerabatan yang
berubah
Pendapatan menurun
Dukungan sosial
Kesehatan Fisik
Kesejahteraan Psikologis
Hubungan sosial
Hubungan dengan
Lingkungan
II.4.
Kerangka Berpikir
Dukungan Sosial
Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penilitian ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan cara mewawancarai
serta memberikan kuesioner kepada lansia yang menempati Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan (Sastroasmoro S, Ismael S.
2008).
III.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan pada bulan April sampai dengan Mei 2013.
III.3. Subjek Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua lansia yang menempati Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan yang berjumlah 150
orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah semua lansia yang menempati Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1. Berusia 60 tahun
2. Bersedia jadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1. Lansia yang tidak kooperatif (tidak dapat berkomunikasi)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi yang diketahui
e = tingkat kesalahan 5%
n
150
n = 109
1 150 (0,05) 2
Variabel
Lansia
Definisi
Alat Ukur
Menurut UU No.13
Kuesioner
Hasil Ukur
Skala
Rasio
lanjut
adalah
usia
seseorang
Dukungan
Pertolongan
sosial
dukungan
dan
Kuesioner
yang
SSQ 6
diperoleh seseorang
dari
interaksinya
(Sarason,
Total
nilai
dari
Rasio
1983)
Kualitas
Persepsi
Hidup
individu
Kuesioner
terhadap kehidupan
WHOQOL
masing domain :
di masyarakat dalam
BREF
1. Kesehatan Fisik
(WHO,
2. Kesejahteran
1996)
Psikologis
3. Hubungan sosial
tujuan,
4. Hubungan
standar,
perhatian.
harapan,
dan
juga
dengan
Lingkungan
Rasio
Jenis Jawaban
Sangat buruk, buruk, biasa-biasa saja, baik, sangat baik
Sangat tidak memuaskan, tidak memuaskan, biasa-biasa saja,
memuaskan, sangat memuaskan
Tidak sama sekali, sedikit, dalam jumlah sedang, sangat sering,
dalam jumlah berlebihan
Tidak sama sekali, sedikit, sedang, seringkali, sepenuhnya dialami
Tidak pernah, jarang, cukup sering, sangat sering, selalu
- Pada kuesioner SSQ6 (Social Support Questionnaires) masingmasing pertanyaan mengukur dua komponen social support, yakni
kuantitas SSQ6N (social questionnaires number) dan kualitas
SSQ6S (social questionnaires satisfaction). Penilaian pada
komponen SSQ6N bergantung pada banyaknya tempat yang diisi,
tiap tempat yang diisi mendapat skor =1, sedangkan tempat yang
tidak diisi mendapatkan skor = 0. Skor minimal responden dalam
satu pertanyaan adalah 0 dan skor maksimal adalah 9. Skor akhir
diperoleh dengan menjumlahkan skor pada setiap item lalu dibagi
enam. Skor akhir pada SSQ6N ini berkisar antara 0 - 9. Sedangkan
pada komponen SSQ6S responden diminta untuk memilih pilihan
yang menggambarkan kepuasan yang diterimanya pada komponen
SSQ6N. Pilihan jawaban yang tersedia adalah sangat puas, cukup
puas, agak puas, agak tidak puas, cukup tidak puas, sangat tidak
puas. Skor untuk setiap pilihan jawaban mulai dari 6 hingga 1.
Skor minimal tiap pertanyaan adalah 1 dan skor maksimal adalah
6. Skor akhir diperoleh dengan menjumlahkan skor pada setiap
item lalu dibagi enam. Skor akhir pada SSQ6N ini berkisar antara
1 - 6. Pada akhirnya skor pada kuesioner ini didapatkan dengan
menjumlahkan nilai rata-rata skor SSQ6N dengan nilai rata-rata
skor SSQ6S dan didapatkan skor tertinggi sebesar 15.
- Penghitungan hasil data kuesioner kualitas hidup WHOQOLBREF dibagi menjadi 4 domain, yaitu :
Tabel 3.3 Skor Tiap Domain WHOQOL-BREF
Domain
Kesehatan Fisik
Kesejahteraan Psikologis
Hubungan Sosial
Hubungan dengan
Lingkungan
Raw
Score
Transfomed
Score
(0 - 100)
6. Pengolahan data
Data
yang
sudah
terkumpul
selanjutnya
diolah
dengan
Tinjauan kepustakaan
Penetapan kerangka konsep, kerangka teori, dan
hipotesis penelitian
Menentukan populasi dan sampel
Pelaksanaan penelitian (pengumpulan data yang sesuai dengan kriteria insklusi dan ekslusi)
wawancara dan pengisian kuesioner
Analisis univariat
Digunakan untuk mendeskripsikan distribusi masing-masing variabel
yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan melihat pada distribusi
frekuensi.
2.
Analisis bivariat
Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat yang memiliki skala numerik, maka uji yang dipakai
adalah uji Pearson dan bila tidak memenuhi syarat uji parametrik maka
akan dilakukan uji alternatif yaitu uji Spearman (Sopiyudin, 2006).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan
Panti Sosial Tresna Werdha (PTSW) Budi Mulia 4 Margaguna merupakan
unit pelaksana teknis bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas Sosial Provinsi
DKI Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan masyarakat PSTW Budi Mulia 4
Margaguna adalah lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat, khususnya lanjut usia yang tidak mampu atau kurang beruntung dengan
sumber dana APBD Provinsi DKI Jakarta. PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini
berdiri tahun 1965 yang berpindah-pindah lokasi. Bermula dari Jakarta Timur Kel.
Ceger lalu ke Kel. Dukuh Kec.Kramat Jati dan akhirnya pada tahun 2002 PSTW Budi
Mulia ditempatkan di Jl.Margaguna No.1 Radio Dalam Jakarta Selatan dengan nama
PSTW Budi Mulia 4 Margaguna.
Tugas pokok PTSW Budi Mulia 4 Margaguna adalah memberikan pelayanan
dan perawatan jasmani dan rohani kepada para lanjut usia terlantar agar dapat hidup
secara wajar. Kriteria lanjut usia yang diterima PSTW ini adalah warga DKI Jakarta
dengan umur minimal 60 tahun, terlantar karena tidak ada keluarga atau tidak diurus
oleh keluarganya, dan mempunyai surat keterangan tidak mampu.
Sarana dan prasarana di PSTW Budi Mulia 4 ini sudah sangat baik, mulai dari
adanya poliklinik, mushola, dapur umum, aula, kendaraan operasional, hingga sarana
olahraga melengkapi sarana di PSTW ini. Kegiatan di PSTW ini sangat bervariasi dan
sangat baik untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial untuk para lansia.
Kegiatannya seperti adanya bimbingan rohani (keagamaan), olahraga senam lansia,
keterampilan, kesenian, dan rekreasi.
Jumlah lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini kurang lebih terdapat
150 orang lansia. Diantaranya lansia wanita berjumlah 91 orang dan lansia pria
berjumlah 59 orang. Pembagian kamar di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini
dikelompokkan menjadi kamar lansia mandiri, lansia setengah renta, lansia renta, dan
kamar observasi yang masing-masing kamar kurang lebih bisa mencakup 20 orang.
Lansia di PSTW ini yang tergolong lansia renta termasuk yang terbanyak
dibandingkan dengan PTSW lainnya. Jumlah nya bisa mencapai sepertiga dari
populasi seluruhnya. Untuk itu dilakukan pembagian kamar menurut masingmasing
golongan lansia yang ditujukan untuk menghindari adanya pertikaian dan juga
mencegah menularnya suatu penyakit.
IV.2. Hasil Penelitian
Populasi lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini berjumlah 150 orang.
Lansia yang sudah renta dan tidak dapat berkomunikasi sebanyak 57 orang, lansia
yang tidak bersedia menjadi responden 23 orang, lansia yang bedrest dan sudah tidak
mampu lagi berkomunikasi 19 orang, dan lansia dalam kamar observasi sebanyak 15
orang. Jadi, jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan dapat menjadi
responden dalam penelitan ini adalah 36 orang lansia (sampel jenuh).
IV.2.1.
n
19
17
8
11
11
5
1
6
28
%
52,8
47,2
22,2
30,6
30,6
13,9
2,8
16,7
77,8
5,6
36
100 %
(77,8%).
IV.2.2.
Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk melihat distribusi dari variabelvariabel yang
Dukungan
Sosial
Min
3,17
11,83 5,5417
36
5,0000
Baik
47,2%
Buruk
52,8%
Dari hasil uji univariat di atas maka diperoleh nilai median adalah
sebesar 5 (3,17 - 11,83). Kategori buruk sebesar 52,8 % dan kategori baik
sebesar 47,2%.
IV.2.2.2. Kualitas Hidup Lansia
Kualitas
hidup
lansia
pada
penelitian
ini
diukur
dengan
Domain
Min
1. Kesehatan
fisik
2. Kesejahteraan
psikologis
3. Hubungan
Sosial
4. Hubungan
dengan
Lingkungan
Max
Mean
Median
Kategori
Baik
Buruk
31
69
45,19
44
36
25%
75%
38
69
47,36
44
36
36,1%
63,9%
19
50
30,89
31
36
22,2%
77,8%
44
88
55,97
56
36
27,8%
72,2%
Pearson, harus dilakukan uji normalitas data pada kedua variabel terlebih
dahulu. Uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena
sampel pada penelitian ini kurang dari 50. Diperoleh signifikansi yang
besarnya semua variabel memiliki nilai p < 0,05 (sebaran data tidak normal)
seperti terdapat pada lampiran 13. Kemudian data ditranformasikan dengan
fungsi Log10 seperti pada lampiran 12, dan kembali dilakukan uji normalitas
data, namun semua variabel masih memiliki nilai p < 0,05 (sebaran data tidak
normal). Maka syarat uji Pearson tidak terpenuhi, sehingga digunakan uji
alternatif yaitu Uji Spearman.
Peneliti juga melakukan deskripsi analitik dengan tabulasi silang kedua
variabel kategorik dukungan sosial dan tiap domain kualitas hidup. Disajikan
pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Tabel Tabulasi Silang Variabel Kategorik Dukungan Sosial dan
Kualitas Hidup Tiap Domain
Dukungan Buruk
Sosial
Baik
Kesehatan Fisik
Kesejahteraan
Psikologis
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
Buruk
Baik
16
13
19
19
11
10
10
Hubungan Sosial
Hubungan dengan
Lingkungan
Hasil analisis bivariat antara dukungan sosial dan kualitas hidup lansia
dapat dilihat dari empat domain seperti tertera pada tabel 4.5 .
Tabel 4.5 Uji Korelasi Spearman Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup
Tiap Domain
Dukungan Sosial
r
Kesehatan Fisik
0,014*
0,407
Kesejahteraan Psikologis
0,464
0,126
Hubungan Sosial
0,003*
0,485
0,000*
0,566
bermakna
kesejahteraan
Dukungan Sosial
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan nilai median sebesar 5 (3,17 - 11,83)
pada skala 0-15. Kategori baik sebesar 47,2% dan kategori buruk sebesar
52,8%. Berdasarkan kategori di atas, dukungan sosial pada lansia di PTSW
Budi Mulia 4 Margaguna masih tergolong buruk.
Berdasarkan data yang diperoleh pada karakteristik responden didapatkan
sebagian besar responden berstatus janda dan duda yang tidak mempunyai
keluarga lagi. Sebagian besar lansia ini adalah orangorang jalanan yang di
razia oleh pihak berwajib. Ini menunjukkan bahwa lansia tersebut hidup
sebatangkara, terlantar di jalanan dan tidak terurus dengan baik. Maka
dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga dan kerabat dekat relatif tidak
ada.
Dari tabel 4.3 juga didapatkan nilai median terendah yaitu dari domain
hubungan sosial. Ini dikarenakan sebagian besar lansia yang tinggal di panti ini
berstatus janda atau duda dan kebanyakan sudah tidak memiliki keluarga lagi.
sehingga dukungan keluarga sangatlah kurang.
Berdasarkan kategori tiap domain dapat diketahui sebagian besar lansia
di PTSW Budi Mulia 4 Margaguna ini kualitas hidupnya masih dalam kategori
buruk yaitu sekitar 63,9% - 77,8%. Didapatkan dari tiap domain kualitas hidup
lebih banyak kategori buruk nya dibandingkan kategori baiknya. Hasil tersebut
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Elvinia, et al. (2006) bahwa
kualitas hidup lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga secara signifikan
lebih tinggi daripada lansia yang tinggal di panti werdha. Penelitian yang
dilakukan Desy Indra Yani, et al. (2010) juga menyatakan bahwa sebagian
besar lansia yang tinggal di panti mempersepsikan kualitas hidupnya rendah.
Sebagian besar responden dipenelitian ini berpendidikan terakhir SD / SR
dan SMP yang tergolong pendidikan rendah. Faktor tingkat pendidikan lansia
ternyata juga mempengaruhi tingkat kualitas hidup lansia. Pernyataan tersebut
di dukung oleh penelitian Petrin Rendayani et, all. (2008) yang menyatakan
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik pula kualitas hidup domain
kesehatan fisik dan lingkungan.
IV.3.3.
mendapatkan dukungan sosial buruk memiliki kesehatan fisik yang buruk pula.
Ini berarti dukungan sosial yang buruk akan semakin memperburuk kesehatan
fisik pada lansia. Dari uji Spearman pada tabel 4.5 didapatkan hasil terdapat
hubungan yang bermakna antara dukungan sosial dan kesehatan fisik dengan
kekuatan korelasi cukup kuat, arah positif. Ini berarti semakin tinggi dukungan
sosial maka semakin tinggi pula kesehatan fisik, begitu pula sebaliknya.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rosa
Hertamina, yaitu dukungan sosial memiliki pengaruh positif terhadap
berkurang timbulnya sebuah penyakit dan juga
Keterbatasan Penelitian
Sampel penelitian yang ditentukan sebelum melakukan penelitian, menurut
rumus slovin didapatkan sejumlah 109 orang. Setelah melakukan observasi di PTSW
Budi Mulia 4 Margaguna dan melakukan pemilihan sampel berdasarkan kriteria
inklusi didapatkan sejumlah 36 orang lansia. Sampel yang digunakan sangat sedikit
jika dibandingkan dengan populasi lansia yang ada. Ini dikarenakan sebagian besar
lansia yang menghuni panti ini termasuk lansia yang renta, tidak dapat
berkomunikasi, dan tidak kooperatif. Sehingga sampel ini kurang mewakili seluruh
populasi yang ada.
Selain itu, sebaran data pada penelitian ini tidak normal. Sehingga tidak
menggunakan uji parametrik (uji Pearson) tetapi menggunakan uji non parametrik
sebagai alternatifnya (uji Spearman).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang
diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat korelasi antara dukungan sosial dan kesehatan fisik dengan kekuatan
korelasi cukup kuat, arah positif pada Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
4 Margaguna Jakarta Selatan. Ini berarti dukungan sosial yang buruk akan
semakin memperburuk kesehatan fisik pada lansia.
2. Tidak terdapat korelasi antara dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis
dengan kekuatan korelasi sangat rendah pada Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.
3. Terdapat korelasi antara dukungan sosial dan hubungan sosial dengan
kekuatan korelasi cukup kuat, arah positif pada Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Ini berarti dukungan sosial yang
buruk akan semakin memperburuk hubungan sosial pada lansia.
4. Terdapat korelasi antara dukungan sosial dan hubungan dengan lingkungan
dengan kekuatan korelasi cukup kuat, arah positif pada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Ini berarti dukungan sosial
yang buruk akan semakin memperburuk hubungan dengan lingkungan pada
lansia.
V.2. Saran
1. Memberi pengetahuan kepada staf panti atau perawat tentang pentingnya
dukungan sosial untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
2. Untuk perawat dan pramu sosial agar bersikap pro aktif memberikan
dukungan sosial terhadap lansia dengan terus mendorong meraka untuk aktif
bersosialisasi.
3. Meningkatkan kesadaran para lansia agar aktif dalam setiap kegiatan yang
diadakan oleh panti sebagai pengisi waktu luang dan pemenuhan kebutuhan
sosial di hari tua agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya.