Anda di halaman 1dari 10

Fisiologi Hewan

Laporan Praktikum 1
Kesanggupan / Daya Tahan / Endurance
(Physical Fitness)

HERI SAPUTRA
143112620120058

Program Studi S1 Biologi


Jurusan Biologi Medik
Universitas Nasional
2014

Kesanggupan / Daya Tahan / Endurance


(Physical Fitness)
Tujuan : Latihan ini bertujuan untuk menetapkan indeks kesanggupan tubuh baik
kesanggupan otot maupun kesanggupan kardiovaskuler dengan berbagai
cara (Harvard Step Test, percobaan menahan nafas, percobaan lorenz,
test lari 1.5 mile Cooper dan Cold Pressor Test)) dan menggolongkan
orang percobaan dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor.

Dasar Teori

1. Kebugaran kardiovaskuler

Dalam bahasa sehari-hari sering disebut dengan kebugaran kardiovaskuler.


Istilah kebugaran kardiovaskuler sama pengertiannya dengan beberapa istilah lain
seperti daya tahan jantung, kebugaran aerobik, dan daya tahan kardiorespirasi. Kata
kardio

berarti

pembuluh

darah

dan

pembuluh

jantung.

Sehingga

istilah

kardiovaskuler lebih tepat daripada kardiorespirasi (Fox, dkk,1987: 8). Karena


respirasi lebih mengacu kepada paru-paru dan pergantian 9 oksigen dan
karbondioksida yang terjadi diantara paru-paru, darah dan otot. Menurut Rusli Lutan
(2002: 40), kebugaran kardiovaskuler adalah ukuran kemampuan jantung untuk
memompa darah yang kaya oksigen ke bagian tubuh lainnya dan kemampuan untuk
menyesuaikan serta memulihkan dari aktivitas jasmani. Daya tahan kardiovaskuler
menurut Depdikbud (1997: 5) adalah kesanggupan sistem jantung, paru, dan
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja
dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat
dipergunakan pada proses metabolisme tubuh. Menurut Djoko Pekik (2004: 27),
daya tahan paru-jantung adalah kemampuan fungsional paru-jantung mensuplai
oksigen untuk kerja otot dalam waktu lama. Sedangkan menurut Mochamad Sajoto
(1988: 44), kebugaran kardiovaskuler adalah keadaan di mana jantung seseorang
mampu bekeja dengan mengatasi berat beban selama suatu kerja tertentu (Dwi
Artya, 2011). Kebugaran kardiovaskuler sangat penting untuk menunjang kerja otot
dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya keseluruh jaringan otot yang

sedang aktif, sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme. Oleh karena itu
kebugaran kardiovaskuler dianggap sebagai komponen kebugaran jasmani yang
paling pokok. Tujuan untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskuler setiap individu
berbeda-beda tergantung kebutuhan dan kondisi seseorang. Semakin berat tugas
atau kerja fisik seseorang, semakin tinggi pula tingkat kebugaran kardiovaskuler
yang harus dimiliki oleh orang tersebut (Dwi Artya, 2011).

2. Tes Harvard

Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi
atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam
penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat
jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh. Tes Harvard
adalah cara yang akurat untuk menilai kebugaran untuk menyelesaikan tes aerobik
yang maksimal dan mengukur denyut jantung serta konsumsi oksigen yang
menggunakan alat bantu pernapasan dan oksigen / 10 karbon dioksida. Tentu saja
pendekatan ilmiah ini berada di luar jangkauan bagi banyak orang dan tidak praktis.
(Anonim, 2008).
Pelaksanaan :
Mula mula probandus berdiri didepan Bench / bangku dengan salah satu kaki
berada di atas bangku. Saat ada aba-aba Ya/ Peluit, probandus melakukan
gerakan naik turun bangku ( Lihat Gambar 1). Lakukan gerakan tersebut selama 3-5
menit (menyesuaikan kebutuhan) dengan kecepatan 30 step / menit (gunakan
metronome untuk mengukur kecepatan langkah) Pencatatan dilakukan dalam tiga
periode: 30 menit setelah istirahat pertama, 30 menit setelah istirahat kedua, 30
menit setelah istirahat ketiga.
Kelebihan dan kekurangan tes Harvard:
Kelebihan dari Tes Harvard :
1. Peralatannya sederhana;
2. Mudah untuk dilakukan;
3. Dapat dikelola sendiri (Anonim, 2008).
Kekurangan dari Tes Harvard :
1. Tingkat stres tinggi;
2. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak;

3. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (HR);


4. Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler (Anonim, 2008).
Adaptasi fisiologi terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik
(Kusmiyati, 2009).
Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan
(Kusmiyati, 2009). Adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh
suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu
pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme
penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat
ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja
fisik tersebut (Kusmiyati, 2009). Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja
fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien,
dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk
melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara
lain :
1) Frekuensi Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah
diukur dan cukup informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat
frekuensi denyut jantungberkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi
dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulse meter, cardiac
monitoring dan 12 sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan
pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada
keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi
berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk (Kusmiyati, 2009).
Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke
jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar
curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang
melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada
keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut
jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun
beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung
pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai
frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat
dengan faktor usia (Kusmiyati, 2009).

2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)


Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya
oleh ventrikel selama satu menit. Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan
oleh perubahan dari denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama
dikontrol oleh persarafan jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut
jantung dan perangsangan parasimpatis menurunkannya. Volume sekuncup juga
tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis membuat serabut otot
jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan perangsangan yang lama dan
parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak belakang). Ketika kekuatan
kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang
tertinggal di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sistol
yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang (Kusmiyati, 2009). Total volume darah
dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL).
Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan
dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat
meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit) (Kusmiyati, 2009).
3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari
ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding
dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap
orang memilki volume sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat
menjadi
110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam
keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan
meningkat setara dengan 150-220ml/kontraksi (Kusmiyati, 2009).
4) Arus Darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang
membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan
oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet.
Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah
jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus.
Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas (Kusmiyati, 2009).
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing jaringan baik dalam keadaanistirahat maupun pada kerja fisik.

Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah
darah akan meningkat sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang
ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat.
Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja 14 persarafan
vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau
peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak
kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan
arus darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya
beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan

hal ini

mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung
termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian

pembuluh darah koroner yang

terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus
darah koroner juga akan berkurang (Kusmiyati, 2009).
5) Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg
dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol,
tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg
dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif
tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan
kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan
penyakit jantung koroner dan
latihan. Tekanan

intensif. Faktanya

intensif bisa mengidentifikasi

digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi

darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara

keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan


adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang

bekerja. Terlihat bahwa

tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan diastolik
tetap atau sedikit menurun (Guyton, 2007).

Pembahasan
Daya tahan tubuh seseorang dapat dinilai dari penilaian terhadap
kesanggupan

otot

maupun

kesanggupan

vaskulernya.

Berdasarkan

tes

kesanggupan / daya tahan / endurance (physical fitness) yang telah dilakukan pada
tanggal 17 September 2014 yang terdiri dari beberapa tes seperti salah satunya
Harvard step test. Tes ini berguna untuk mengetahui daya tahan vaskuler sesorang
dengan cara naik turun bangku (19 inci) dengan irama yg tetap dan dilakukan

sampai orang percobaan (OP) tidak kuat lagi (tetapi tidak boleh lebih dari 5 menit).
Dari percobaan latihan ini didapatkan kesanggupan yang baik dapat ditunjukkan
pada kertas hasil bahwa selama 122 detik naik-turun tangga dengan irama konstan,
rata-rata denyut nadi yang didapat adalah 156 kali. Selain itu terjadinya penurunan
denyut nadi secara cepat ke denyut normal yang menunjukkan jantung bekerja
dengan baik. Frekuensi nadi dapat dipengaruhi oleh penyakit, latihan fisik, usia,
emosi, suhu tubuh yang meningkat, jenis kelamin, dll. Frekuensi nadi dibawah 100
dpm disebut bradikardia dan Frekuensi nadi diatas 100 dpm disebut takikardia. (242)
Selanjutnya pada tes percobaan menahan nafas, dimana OP harus menahan
nafas selama mungkin didapatkan kesanggupan baik dengan rata-rata menahan
nafas sekitar 21,3 detik.
Pada percobaan Lorenz, OP melakukan tes dengan cara jongkok-berdiri
sebanyak 20 kali dalam 20 detik dimana denyut nadi OP telah dihitung sebelumnya.
Hasil tes yang didapatkan pada OP tergolong dalam kesanggupan kurang karena
OP hanya memerlukan waktu 6 menit (lebih dari 2 menit) untuk kembali pada denyut
nadi semula. Setelah melakukan percobaan, didapatkan denyut nadi yang
meningkat. Hal ini disebabkan karena kardiak output jantung. Pada saat melakukan
aktivitas ini, organ tubuh lain akan membutuhkan suplai O2 dan nutrisi yang di
dapatkan dari jantung. Oleh sebab itu kardiak output inilah yang berperan, dimana
darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam
peningkatan tekanan darah di dan peningkatan darah yang terjadi mengakibatkan
gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya
akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.
Pada tes lari 1,5 mile (2.4 km) Cooper yang dilakukan oleh OP pria dengan
usia 22 tahun, didapatkan hasil 650 detik. Hasil tes yang didapatkan dikategorikan
dalam kesanggupan yang baik. Tes ini dilakukan untuk menilai ketahan
kardiorespiratorik. Sasaran dari uji ini adalah lari dengan jarak yang telah ditentukan
dalam waktu sesingkat mungkin. Tersedia data normatif untuk perkiraan VO 2max
yang akurat dari individu yang telah diuji. VO2 max adalah volume maksimal O2
yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif.
Volume O2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan
dalam liter per menit atau milliliter/menit/kg berat badan. Rumus sederhana untuk
mengetahui VO2Maxnya adalah : Jarak yang ditempuh dalam meter 504.9) /
44.73.

Tes peningkatan tekanan darah dengan pendinginan (Cold pressor test)


adalah tes yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada
tangan yaitu diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 4 derajat celcius
selama kurang lebih satu menit. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah OP
termasuk

golongan

hiporeaktor

atau

hiperreaktor

didapatkan

hasil

yang

menunjukkan bahwa OP adalah golongan hiporeaktor. Ditunjukkan oleh tekanan


basal OP yaitu 110/70 mm/Hg dan setelah dilakukan uji hanya terjadi peningkatan
10 mm/Hg pada sistol dan diastolnya. Dalam kaitannya dengan peningkatan tekanan
darah, beberapa penelitian mengatakan, cold pressor test berkaitan dalam
peningkatan plasma norepinefrin dan peningkatan aktivitas otot simpatis/MSNA
(musle sympathetic nerve activity). Peningkatan MSNA berhubungan erat dengan
peningkatan tekanan darah arteri dan konsentrasi norepinefrin vena perifer dalam
kaitan nya sebagai vasokonstriktor (www.berbagimanfaat.com, 18/09/2014)
Indeks jantung adalah salah satu indikator fungsi jantung yang dapat dihitung
dengan cara membagi curah jantung dengan luas permukaan tubuh. Pada hitung
luas permukaan tubuh untuk mengetahui indeks jantung didapatkan hasil 3 liter
dimana berat badan OP 54 kg dengan tinggi badan 158 cm. Dalam bukunya
Mongero dan Beck menyatakan bahwa indeks jantung normal orang dewasa
berkisar 2.3 4.2 liter. Jadi indeks jantuk OP termasuk dalam indeks jantung normal.

KESIMPULAN

Berikut kesimpulan yang dapat kami peroleh dari percobaan yang telah kami
lakukan:
1. Denyut nadi berangsur-angsur naik sesuai dengan posisi tubuh, hanya di
sini kami hanya melakukan dengan posisi duduk saja jadi hanya mendapatkan
satu hasil penelitian;
2. Tekanan darah tidak mulus naik seiring dengan beratnya aktivitas yang
dilakukan;
3. Denyut nadi setelah beraktivitas naik dan berangsur-angsur turun setelah
beristirahat ini yang normal tetapi di percobaan kami denyut nadi probandus
tetap atau konstan;
4. Tekanan darah pada saat selesai beraktivitas mengalami peningkatan;
5. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas;
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, aktivitas fisik, jenis
kelamin, usia, dll;
7. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan metode tidak langsung
dengan auskultasi dan palpasi yang bisa menggunakan spigmomanometer
(manual atau digital) dan stetoskop;
8. Semakin berat aktivitas tubuh , semakin cepat curah jantung karena adanya
vasodilatasi di otot rangka dan jantung serta vasokontriksi di arteriol pada
organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan
dan ginjal berkurang.

SARAN

Kesanggupan atau daya tahan sesorang dapat dipertahankan atau lebih


ditingkatkan dengan cara berlatih. American College of Sport Medicine (ACSM)
menganjurkan bahwa untuk menjaga Physical Fitness (kesegaran jasmani) supaya
latihan dengan frekuensi 3 kali perminggu, karena latihan seminggu satu kali akan
lebih baik dari pada sama sekali tidak latihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggita.
2012.
Faktorfaktor
tekanan
darah.
http://www.scribd.com/doc/56191664/Faktor-Jenis- Kelamin-Dan-Gravitas
2. Anonim,2008, Harvard Step Test, http://www.fitnessvenues.com/uk/fitnesstesting-harvard-step-test
3. Dwi artya.
2011, Pengertian
dari Kebugaran
Kardiovaskuler,
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-publichealth/2239768-pengertian-dari kebugaran kardiovaskuler/#ixzz2DVzbyl8l
4. Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

5. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
6. Guyton,Arthur C dan Hall, John E. 2007. Buku ajar Fisiologi Kedokteran.
EGC: Jakarta.

7. Kusmiyati. 2009. Mengenal Tekanan Darah dan Pengendaliannya. Vol. 10


No.1, hal 40-41. Biologi PMIPA FKIP : Unram.
8. http://nisdishahih24.files.wordpress.com/2012/12/laporan-praktikum-fisiologi1-kesanggupan-kardivaskuler-dan-tekanan-darah.pdf
9. Hanifah,R., Tekanan Darah dan Cold Pressor Test, 2012
(www.berbagimanfaat.com/, 18/09/2014)

Anda mungkin juga menyukai