Anda di halaman 1dari 14

BAB I.

PENDAHULUAN
Merokok sudah menjadi rutinintas di sekitar kita. Tidak memandang usia,
status sosial, status pendidikan, atau jenis kelamin. Di mana saja kita bisa
menjumpai orang sedang asik merokok di tempat-tempat umum atau bahkan di
kalangan rumah tangga sendiri.
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok,
perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang
masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan.
Hampir setiap saat dapat disaksikan dan di jumpai orang yang sedang merokok.
Bahkan bila orang merokok di sebelah ibu yang sedang menggendong bayi
sekalipun orang tersebut tetap tenang menghembuskan asap rokoknya dan
biasanya orang-orang yang ada disekelilingnya seringkali tidak perduli.
Global Youth Tobacco Survey (GYTS) WHO pada 2006 mengungkap,
37,3% anak-anak usia 13 hingga 15 tahun di Indonesia sudah membakar rokok.
Dan dalam GYTS 2007, jumlah perokok anak usia 13-18 tahun di Indonesia
menduduki peringkat pertama di Asia. Bahkan tiga dari sepuluh pelajar SMP di
Indonesia (30,9%) mulai merokok sebelum umur 10 tahun. Jumlah ini
diperkirakan terus meningkat 4% tiap tahunnya. Komnas Perlindungan Anak
(KNPA) mencatat, tren merokok kian bergeser ke usia yang jauh lebih muda, yaitu
pada usia lima tahun yang berarti anak tersebut masih duduk di bangku taman
kanak-kanak (TK) (Republika, 2008).
Berdasarkan penelitian di Universitas Andalas, motivasi anak merokok di
usia dini adalah coba-coba, pengaruh teman, untuk meningkatkan kepercayaan
diri ketika bergaul dengan teman, teladan orang tua, dan ingin terlihat lebih gagah
seperti dalam iklan. Rupanya tren merokok bagi remaja kian menjadi tuntutan
pergaulan. Terutama kalangan anak laki-laki. Kalau ada temannya yang anti
rokok, dibilang banci. Sehingga ada rasa gengsi dan malu kalau tidak ikut
merokok saat berkumpul. Tetapi tren merokok tidak hanya terjadi pada laki-laki,
remaja putri pun juga sudah mulai mencoba untuk merokok. Sebuah riset

menemukan, rata-rata remaja putri merokok agar berat badannya turun dan
langsing. Riset ini dirilis oleh Profesor Jenny ODea dari Universitas Sydney,
Australia. Keinginan ingin langsing itu diakui oleh 3% remaja perokok berusia 11
hingga 14 tahun dan 7% pada gadis muda sekitar 20 tahun yang dirisetnya
(Detikcom, 2005).
Makin lengketnya remaja dengan rokok banyak dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar. Lantaran mereka hidup diantara para perokok aktif. Pancingan
untuk jadi perokok bagi remaja juga datang dari industri rokok. Dan sayangnya,
malah kegiatan remaja yang paling banyak didukung sepenuh hati oleh industri
rokok. Lantaran bagi produsen rokok, remaja adalah calon pelanggan tetap di hari
esok. Dukungannya juga tidak setengah-setengah, dari promosi acara hingga
pembagian rokok gratis. Otomatis semakin tidak ada alasan bagi remaja untuk
bermusuhan dengan rokok.
Padahal kalau sudah kecanduan merokok, susah untuk berhenti. Awalnya
tuntutan pergaulan, lalu menjadi kecanduan. Lantaran dalam rokok terdapat
kandungan nikotin yang bersifat adiktif atau membuat ketagihan. Apalagi rokok
dijual bebas. Dengan modal sedikit sudah bisa mendapatkan sebatang rokok.
Berawal dari kondisi tersebut, maka kami mengambil topik Bahaya
Merokok sebagai materi penyuluhan bagi siswa-siswi Kelas XI IPA 4 MAN 1
Jember. Tujuan dari penyuluhan ini adalah memberikan pendidikan moral dan
pengetahuan kepada siswa-siswi agar tidak terjerumus. Dengan adanya
penyuluhan ini diharapkan pelajar dapat menghindari atau mencegah bahaya
rokok.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Rokok
2.1.1

Pengertian Rokok

Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200
diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi
tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon
monoksida, dsb. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali
lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan
pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi
kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi
asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya
yang macet. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan
karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun.
Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang
dimilikinya terbatas
2.1.2

Zat-Zat yang Terkandung dalam Rokok

1. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Selain itu, nikotin merupakan cairan berminyak yang tidak
berwarna dan dapat membuat rasa perih yang sangat. Nikotin ini
menghalangi kontraksi rasa lapar. Itu sebabnya seseorang bisa merasakan
tidak lapar karena merokok.
2. Tar yaitu substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada
paru-paru. tar, sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam. Tar
terdapat dalam rokok yang terdiri dari ratusan bahan kimia yang
menyebabkan kanker pada hewan. Bilamana zat tersebut diisap waktu
merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru.
3. Acetone: Penghapus cat
4. Naphtylamine:Bahan penyebab kanker

5. Methanol: Bahan bakar roket. sejenis cairan ringan yang gampang menguap
dan mudah terbakar. Meminum atau mengisap methanol dapat
mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.
6. Pyrene: Bahan penyebab kanker
7. Napthalene: Kapur barus
8. Cadmium: Bahan penyebab kanker, biasa dipakai pada accu mobil
9. Carbon Monoxide: gas beracun yang keluar dari knalpot. sejenis gas yang
tidak memiliki bau, dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari
unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun zat yang mengikat
hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.
10. Benzopyrene: Bahan penyebab kanker
11. Vinyl Chloride: Bahan penyebab kanker, biasa digunakan untuk bahan
plastik PVC
12. Hydrogen Cyanide: Racun yang digunakan untuk pelaksanaan hukuman
mati. , sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki
rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat
efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide adalah salah satu zat yang
mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja cyanide
dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.
13. Ammonia: Pembersih lantai. merupakan gas yang tidak berwarna yang
terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat
merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika
masuk ke dalam tubuh sedikit pun pada peredaraan darah akan
mengakibatkan seseorang pingsan atau koma
14. Urethane: Bahan penyebab kanker
15. Toluene: Pelarut Industri
16. Arsenic: Racun semut putih
17. Dibenzacridine: Bahan penyebab kanker
18. Phenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa
zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini

beracun dan membahayakan, karena phenol ini terikat ke protein dan


menghalangi aktivitas enzim.
20. Butane: Bahan bakar korek api
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja
Prilaku merokok merupakan prilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi
masih banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika
mereka masih remaja. Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok
mulai merokok antara umur 11 dan 13 tahun dan 85% sampai 95% sebelum umur
18 tahun (Smet, 1994).
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab
mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai
kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka
merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa
seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya,
kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.
Laventhal (dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa merokok tahap awal
dilakukan dengan teman-teman (46%), seorang anggota keluarga bukan orang tua
(23%) dan orang tua (14%). Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Komasari dan Helmi (2000) yang mengatakan bahwa ada tiga faktor
penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kemampuan psikologis, sikap
permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman
sebaya.
Mutadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok, antara
lain:
1. Pengaruh Orang Tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak
muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang
tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman
fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak
muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja

yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial


dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk
terlibat

dengan

rokok/tembakau/obat-obatan

dibandingkan

dengan

keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah kerjakan


urusanmu sendiri-sendiri", dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila
orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka
anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku
merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu
orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai
perokok bila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok, hal ini
lebih terlihat pada remaja putri.
2. Pengaruh Teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh temantemannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri
remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara
remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
3. Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang
yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih
mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki
skor yang rendah.
4. Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,

membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang


ada dalam iklan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (Sarafino, 1994) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
1. Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok
merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting dalam
ketergantungan merokok. Pendapat ini terbukti karena nikotin dalam darah
perokok cukup tinggi.
2. Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi,
menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa
persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa,
sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku
merokok sulit untuk dihindari.
3. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan social berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan
perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok
dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.
4. Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok
pada usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis
kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria
maupun wania sekarang sudah merokok.
5. Faktor Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas social, tingkat pendidikan, penghasilan,
dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu
(Smet, 1994)
6. Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah
politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan

usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk


mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah
besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia (Smet, 1994)
Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja,
faktor-faktor tersebut yaitu faktor demografis, faktor lingkungan sosial, faktor
psikologis, faktor sosial-kultural dan faktor sosial politik.
2.3 Bahaya Merokok
Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tetapi
sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya.
Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua
diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik
(Asril Bahar, harian umum Republika, Selasa 26 Maret 2002 : 19). Racun dan
karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya
kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 20 mg nikotin dan setelah di bakar
nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 persen. Walau demikian
jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak
manusia.
Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian
membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok
akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan
rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem
adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin.
Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus
keinginan mencari rokok lagi. (Agnes Tineke, Kompas Minggu 5 Mei 2002: 22).
Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena
sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang
diperolehnya akan berkurang.

Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya


tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika
dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka
ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu kedokteran
jiwa, Psikiatri, 1979 : 33).
KANKER PARU-PARU
Anak-anak yang lahir tahun 1985, diperkirakan sepertiganya akan pernah
menderita kanser, dan kira-kira seperempatnya akan meninggal karena kanker.
Kita semua memiliki keluarga atau teman yang mengidap kanser. Jadwal berikut
memaparkan jumlah pengidap kanker di US tahun 1993.
Jumlah

Jumlah

Persen Kematian

Penderita

Kematian

dari

Seluruh

Kanker
Paru-Paru

170 000

149 000

28%

Usus Besar

152 000

57 000

11%

Payudara

183 000

46 300

9%

Leukemia

93 000

50 000

9%

Prostat

165 000

35 000

7%

Kanker pembunuh terbesar, iaitu kanker paru-paru, membunuh hampir 90%


penderitanya, atau hampir 30% dari seluruh kematian akibat kanker. Namun
sesungguhnya kanker paru-parulah yang paling mudah dicegah. Penyelidikan
dalam beberapa dekad menunjukkan bahawa satu-satunya penyebab utama kanker
paru-paru adalah asap rokok.
Zat-zat karsinogen (pemicu kanker) yang terkandung pada rokok adalah:

vinyl chloride

benzo (a) pyrenes

nitroso-nor-nicotine

Satu-satunya zat yang lebih berbahaya daripada asap rokok dalam memicu kanker
paru-paru adalah zat-zat radioaktif. Itu pun jika dimakan atau dihidap dalam kadar
yang cukup. Kematian umumnya bukan terjadi karena kesulitan bernafas yang
diakibatkan oleh membesarnya kanker, tetapi karena posisi paru-paru dalam
sistem peredaran darah menjadikan kanker mudah menyebar ke seluruh tubuh.
Penyebaran metastase ke arah otak dan bahagian kritis lainnya lah yang
mengakibatkan kematian itu. 90% penderita meninggal dalam 3 tahun setelah
diagnosis

2.4 Tips Berhenti Merokok


Berhenti merokok merupakan suatu hal yang sangat sulit bagi seseorang
yang sudah kecanduan. Tapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk bisa
berhenti merokok, yaitu :
a. Harus ada kemauan!
Bila mempunyai keinginan untuk berhenti merokok harus memiliki
kemauan dan terutama mempunyai niat yang kuat sehingga walaupun
pengaruh luar sangat kuat tetapi niat untuk berhenti sangat yakin maka
keinginan untuk merokok lagi dapat terhindar dari keinginan merokok.
b. Pilih satu hari untuk mulai berhenti merokok. Dan pilih lagi keesokan
harinya, dan berikutnya.
Untuk mempunyai niat berhenti merokok diperlukan pembelajaran untuk
memulai belajar kapan berhenti merokok dengan mengatur waktu dan
mengurangi waktu untuk tidak merokok.
c. Sadarlah bahwa nanti kamu akan merasa marah, terganggu dan pingin
sekali merokok.
Itulah efek nikotin, kamu bakal merasa ketagihan. Dia akan gangguin
kamu terus seperti anak kecil. Cuekin aja !! Seperti anak kecil, kalo
dicuekin, ia bakal pergi dengan sendirinya.

Dengan adanya efek nikotin tersebut maka efek keinginan merokok sangat
kuat dan selalu mengganggu serta selalu merasa ketagihan. Untuk
menghindari tersebut maka harus dibutuhkan niat untuk mengacuhkan.
d. Pikirkan waktu kamu biasanya merokok, saat pesta, sebelum tidur, kumpul
sama teman.
Cari cara gimana caranya kamu bisa melewati keadaan tersebut tanpa
rokok. Mungkin dengan mengunyah chewing gum, main play station, atau
yang lainnya yang bisa membuat tangan atau mulut kamu sibuk.
e. Cari teman yang juga pingin berhenti merokok.
Untuk membantu agar tidak teringat dengan keinginan merokok maka
orang yang disekeliling kita harusnya orang yang mendukung kita atau
orang yang tidak merokok juga jadi untuk membantunya maka diperlukan
atau mencari teman yang tidak merokok atau juga teman yang mempunyai
keinginan untuk tidak merokok juga.
f. Hindari teman-teman yang selalu mendorong kamu untuk merokok.
Untuk menjaga dari keinginan merokok dan pengaruh teman yang
mendorong atau selalu mempengaruhi untuk merokok, lebih baik menjauh
pada orang tersebut sehingga tidak terpengaruh dari keinginan merokok.
g. Jangan takut tubuh bakal gemuk kalo jadi gemuk, bisa kita kecilkan lagi
setelah kita bebas dari rokok.
Banyak mitos yang menjelaskan bahwa berhenti merokok dapat
menggemukkan tubuh, itu hanya mitos belaka dan jangan percaya pada
mitos karena gemuk juga bias dibuat kurus dan tidak perlu khawatir.
h. Berbanggalah bahwa kamu tidak merokok. Terbukti di Eropa, bahwa
orang yang tidak merokok sangat dihormati, karena mereka berhasil hidup
dengan sehat, dan mereka selalu ingin menjadi non-smoker.
Orang merokok tidak memiliki efek buruk bagi kesehatan dan tubuh tidak
rentan terhadap penyakit yang disebabkan merokok karena mengganggu
kesehatan.

i. Kalo gagal ?? jangan khawatir !! Coba renungkan kenapa kamu gagal.


Pikirkan gimana kamu bisa menang lain waktu. Dan coba lagi. Ingat,
kemenangan jauh lebih prestise buat remaja.

BAB III PENUTUP


Dari pemaparan materi mengenai seluk beluk bahaya rokok dapat kita
tarik kesimpulan dari ulasan tersebut, bahwa penyalahgunaan rokok dikalangan
remaja merupakan masalah yang sangat pelik, bila multi faktor penyababnya tidak
ditangani dengan tepat dan berkesinambungan, mungkin akan memperparah
dampak bagi pecandu tersebut. Masa remaja adalah masa yang sangat rentan
sekali terhadap hal-hal semacam itu. Pada masa remaja semangat untuk mencari
jati dirinya sangat tinggi sehingga mereka mudah sekali terpengaruh oleh
lingkungan sekitarnya. Ketika lingkungan sekitar tempat tinggalnya bagus maka
pribadi remaja tersebut bagus pula namun ketika remaja tersebut tumbuh dan
berkembang di lingkungan yang buruk maka buruk pula prilaku dan pribadi
remaja tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi
tumbuh kembang fisik dan psikologis remaja. Jika tidak ada pengawasan yang
intens dari orang tua dikhawatirkan remaja tersebut terjerumus ke dalam hal-hal
yang merugikan bagi dirinya sendiri dan bagi masa depannya. Seperti halnya
rokok yang kini telah merambah pada remaja-remaja baik yang dibangku
sekolahan atau tidak. Awalnya mereka hanya coba-coba tetapi akhirnya mereka
kecanduan dan sulit untuk menghentikan kecanduan rokok. Setidaknya butuh
waktu yang cukup lama untuk menghentikan kecanduan rokok. Diperlukan upaya
yang yang keras untuk menanggulangi dan mencegah kecanduan rokok tersebut.
Remaja sebagai aset negara yang begitu berharga dan berpotensi tinggi
untuk membangun bangsa, perlu mendapat perhatian yang lebih dari semua pihak
sehingga mereka mampu menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan masa
depannya, bangsa dan negara. Karena alasan itulah kami menyusun materi ini
untuk melakukan penyuluhan tentang Bahaya Merokok yang harapannya
mampu merubah perilaku remaja yang tidak sehat karena rokok, menjadi perilaku
yang sehat tanpa rokok dan mencegah adanya perilaku yang tidak sehat dari para
remaja yang berhubungan dengan rokok serta mempertahankan perilaku remaja
yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Komasari, D. & Helmi, AF. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok


pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.
Levy, M. R. (1984). Life and Health. New York: Random House.
Mutadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja.
http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.htm [6 Mei 2008]
Sarafino, E. P. (1994). Health Psycology (2nd ed). New York: John Wiley and
Sons.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT. Gramedia

Anda mungkin juga menyukai