Anda di halaman 1dari 8

Contoh 1.

Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (laporan audit baku)
Laporan Audit Independen
Kepada Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. GUNADARMA
Jl. Margonda Raya No 100
Pondok Cina Depok

Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA per 31 Desember 2001


serta laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar
pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akkuntansi yang
digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT.
GUNADARMA per 31 Desember 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.

Kantor akuntan
Eliya Isfaatun, SE., MMSI

(Eliya Isfaatun, SE., MMSI)


Reg. Neg-D110369
Tanggal, 13 Maret 2001

2. Laporan audit dengan pendapat wajar dengan pengecualian

Laporan Auditor Independen


No. 230500 LSI HT SA
Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi
P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk
Kami telah mengaudit neraca konsolidasi P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra
Indonesia Tbk dan anak perusahaan tanggal 31 Desember 1999 dan 1998, serta laporan
laba rugi, perubahan ekuitas dan arus kas konsolidasi untuk tahun-tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan.
Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami. Kami tidak mengaudit laporan keuangan Lonsum Finance BV, anak
perusahaan yang dikonsolidasi iuntuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999, yang laporan
keuangannya mencerminkan jumlah aktiva sebesar 6,66% dari jumlah aktiva konsolidasi
pada tanggal 31 Desember 1999 dan rugi bersih sebesar Rp 83.913.507 untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut.Laporan keuangan anak perusahaan tersebut diaudit oleh
auditor independen lain dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Laporan auditor
independen tersebut telah diserahkan kepada kami, dan pendapat kami, sejauh yang
berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk Lonsum Finance BV, didasarkan semata-mata atas
laporan auditor independen lain tersebut.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit
agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami dan laporan auditor independen lain tersebut memberikan dasar
memadai untuk menyatakan pendapat.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 37 atas laporan keuangan konsolidasi,
Perusahaan belum mencatat tagihan oleh lembaga keuangan tertentu sebagai akibat dari
pemutusan dini kontrak berjangka valuta asing, kontrak swap extention dengan opsi
pembatalan dan kontra par forward komiditi, seluruhnya sejumlah US$ 92.947.156 pada saat
tagihan diajukan dan hasil rundingan tagihan terakhir yang belum disepakati. Perusahaan
telah merundingkan tagihan tersebut pada tahun 1998, akan tetapi belum mencapai suatu
kesepakatan sampai dengan saat ini. Menurut pendapat kami, Perusahaan seharusnya
mencatat kewajiban tersebut dalam laporan keuangan tersebut dicatat, kewajiban dan defisit
akan meningkat masing-masing sebesar Rp 659.924.807.600 dan Rp 745.900.926.900 pada
tanggal 31 Desember 1999 dan 1998.
Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 12 atas laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan
mempunyai piutang sejumlah Rp 142.446.772.308 dan wesel tagih sejumlah Rp
27.554.212.500 kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal 31
Desember 1999. Pada tanggal 1 Desember 1999, Perusahaan telah menjadualkan kembali
piutang tersebut sehubungan ketidakmampuan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa membayar piutang tersebut berikut bunganya. Penjadualan kembali piutang
tersebut tergantung hasil restrukturisasi Perusahaan dan persetujuan para pemegang saham
minoritas. Karena belum adanya kepastian hasil restrukturisasi Perusahaan dan persetujuan
para pemegang saham minoritas, kami berpendapat, bahwa Perusahaan seharusnya
mencatat penyisihan atas kemungkinan tidak tertagihnya piutang tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.Bila penyisihan piutang diatas dicatat maka aktiva akan
menurun sebesar Rp 170.000.984.808 dan defisit akan meningkat dalam jumlah yang sama
pada tanggal 31 Desember 1999.
Dalam laporan kami bertanggal 27 April 1999, kami memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atas laporan keuangan konsolidasi tahun 1998, antara lain karena tidak
dibuatnya penyisihan piutang ragu-ragu atas piutang pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa yang timbul sehubungan dengan penggunaaan deposito berjangka Perusahaan


sejumlah Rp 20.000.000.000 sebagai agunan atas hutang pihak yang mempunyai hubungan
istimewa kepada bank, serta piutang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa yang berjumlah Rp 249.506.049.125 yang berasal dari pencairan oleh bank tertentu
atas deposito berjangka dan rekening giro Perusahaan yang diagunkan. Sebagaimana
dijelaskan pada Catatan 39 atas laporan keuangan konsolidasi, deposito berjangka dan
piutang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut telah dialihkan
kepada pihak lain dan sebagai kompensasi pembayarannya, pihak lain tersebut melepaskan
hak dan kepentingan atas sebidang tanah sesuai dengan perjanjian pendahuluan pelepasan
hak dan kepentingan atas tanah. Dengan perjanjian ini, Perusahaan memperoleh kuasa yang
tidak akan berakhir oleh sebab apapun juga, untuk melakukan tindakan-tindakan
kepengurusan dan kepemilikan atas tanah tersebut. Oleh karena itu pendapat kami sekarang
atas laporan keuangan konsolidasi tahun 1998 mengenai penyisihan piutang ragu-ragu
tersebut, berbeda dengan laporan kami sebelumnya.
Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain
tersebut, kecuali untuk dampak belum dicatatnya kewajiban atas tagihan lembaga keuangan
pada tahun 1999 dan 1998 serta tidak dibuatnya penyisihan piutang dan wesel tagih kepada
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk tahun 1999 sebagaimana dijelaskan
pada paragraf ketiga dan keempat sebelumnya, laporan keuangan konsolidasi yang kami
sebut diatas, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan P.T.
Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk dan anak perusahan tanggal 31
Desember 1999 dan 1998, dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk tahuntahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan 2 atas laporan keuangan konsolidasi, pada tahun
1999 Perusahaan dan anak perusahaan mengubah metode akuntansi pajak penghasilan
untuk disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46, dan secara
restrospektif, menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 1998 atas perubahan
tersebut.
Laporan keuangan konsolidasi terlampir disusun dengan anggapan bahwa Perusahaan dan
anak perusahaan dapat melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Catatan 38 atas laporan keuangan konsolidasi
berisi pengungkapan dampak kondisi ekonomi Indonesia terhadap Perusahaan dan anak
perusahaan. Tingginya kurs valuta asing dan tingkat bunga pinjaman, ketatnya likuiditas dan
kesulitan keuangan yang dialami pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
berdampak buruk pada kemampuan Perusahaan dan anak perusahaan untuk melunasi
pokok pinjamannya. Perusahaan dan anak perusahaan juga menangguhkan pembayaran
sebagian besar bunga pinjaman yang sudah jatuh tempo, tidak dapat memenuhi ketentuan
rasio-rasio keuangan yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman. Disamping itu,
Perusahaan juga mengalami ketidakpastian penyelesaian piutang kepada pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dan belum mencapai kesepakatan atas pembayaran tagihan
lembaga keuangan seperti dijelaskan dalam paragraf ketiga dan keempat sebelumnya. Halhal tersebut telah menimbulkan ketidakpastian yang signifikan mengenai kemampuan
Perusahaan dan anak perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Rencana manajemen yang konsisten dan lebih intensif sehubungan dengan masalahmasalah tersebut diatas juga di uraikan dalam Catatan 38 atas laporan keuangan
konsolidasi. Kemampuan Perusahaan dan anak perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya tergantung pada keberhasilan manajemen untuk melakukan
restrukturisasi pinjaman dan keuangan Perusahaan secara keseluruhan, mencapai
kesepakatan atas pembayaran tagihan oleh lembaga keuangan tersebut diatas, dan
menghasilkan arus kas yang cukup dari kegiatan usaha dimasa yang akan datang.Laporan
keaungan konsolidasi belum mencakup penyesuaian-penyesuaian yang mungkin timbul dari
ketidakpastian tersebut.
HANS TUANAKOTTA & MUSTOFA
Izin usaha / Business License No. 98.2.0240
Drs. Henky Agus Tedjasukmana
Izin / License No. 98.1.0148
23 Mei 2000 / May 23, 2000

Contoh 3. Laporan audit dengan pendapat tidak wajar


Laporan Audit Independen

Kepada Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. GUNADARMA
Jl. Margonda Raya No 100
Pondok Cina Depok
Kami telah mengaudit neraca PT. GUNADARMA per 31 Desember 2001
serta laporan rugi laba, laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar
pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungka
Sebagaimana telah dijelaskan dalam catatan X atas laporan keuangan,
perusahaan mencantumkan perkiraan pabrik dan ekuipmen pada nilai appraisal, dan
menghitung depresiasinya berdasarkan nilai tersebut.
pan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akkuntansi
yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Karena penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum seperti yang
diuraikan diatas, pada tanggal 31 Desember 2001, saldo persediaan lebih tinggi
sebesar Rp. 525.000.000,-. Dengan diperhitungkannya biaya depresiasi ke dalam
biaya overhead pabrik berdasarkan nilai revaluasi yang lebih besar dari harga pokok
aktiva tetap dan aktiva tetap dikurangi akumulasi depresiasinya disajikan lebih tinggi
sebesar Rp. 75.500.000 dibandingkan jika disajikan atas dasar harga pokoknya.
Menurut pendapat kami, karena dampak dari hal yang kami uraikan dalam
paragraph diatas, laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan PT.
GUNADARMA per 31 Desember 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kantor akuntan
Eliya Isfaatun, SE., MMSI

(Eliya Isfaatun, SE., MMSI)


Reg. Neg-D110369

Tanggal, 13 Maret 2002

Pendapat Wajar dengan Pengecualian


Laporan Auditor Independen
No. 230500 LSI HT SA
Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi
P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk
Kami telah mengaudit neraca konsolidasi P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra
Indonesia Tbk dan anak perusahaan tanggal 31 Desember 1999 dan 1998, serta laporan laba
rugi, perubahan ekuitas dan arus kas konsolidasi untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggung jawab
kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami
tidak mengaudit laporan keuangan Lonsum Finance BV, anak perusahaan yang dikonsolidasi
iuntuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999, yang laporan keuangannya mencerminkan jumlah
aktiva sebesar 6,66% dari jumlah aktiva konsolidasi pada tanggal 31 Desember 1999 dan rugi
bersih sebesar Rp 83.913.507 untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.Laporan
keuangan anak perusahaan tersebut diaudit oleh auditor independen lain dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian. Laporan auditor independen tersebut telah diserahkan kepada kami, dan
pendapat kami, sejauh yang berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk Lonsum Finance BV,
didasarkan semata-mata atas laporan auditor independen lain tersebut.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar
kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlahjumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami dan
laporan auditor independen lain tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan
pendapat.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 37 atas laporan keuangan konsolidasi,
Perusahaan belum mencatat tagihan oleh lembaga keuangan tertentu sebagai akibat dari
pemutusan dini kontrak berjangka valuta asing, kontrak swap extention dengan opsi pembatalan
dan kontra par forward komiditi, seluruhnya sejumlah US$ 92.947.156 pada saat tagihan diajukan
dan hasil rundingan tagihan terakhir yang belum disepakati. Perusahaan telah merundingkan
tagihan tersebut pada tahun 1998, akan tetapi belum mencapai suatu kesepakatan sampai
dengan saat ini. Menurut pendapat kami, Perusahaan seharusnya mencatat kewajiban tersebut
dalam laporan keuangan tersebut dicatat, kewajiban dan defisit akan meningkat masing-masing
sebesar Rp 659.924.807.600 dan Rp 745.900.926.900 pada tanggal 31 Desember 1999 dan
1998.
Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 12 atas laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan
mempunyai piutang sejumlah Rp 142.446.772.308 dan wesel tagih sejumlah Rp 27.554.212.500
kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal 31 Desember 1999. Pada
tanggal 1 Desember 1999, Perusahaan telah menjadualkan kembali piutang tersebut sehubungan
ketidakmampuan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa membayar piutang tersebut
berikut bunganya. Penjadualan kembali piutang tersebut tergantung hasil restrukturisasi
Perusahaan dan persetujuan para pemegang saham minoritas. Karena belum adanya kepastian
hasil restrukturisasi Perusahaan dan persetujuan para pemegang saham minoritas, kami
berpendapat, bahwa Perusahaan seharusnya mencatat penyisihan atas kemungkinan tidak
tertagihnya piutang tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.Bila penyisihan
piutang diatas dicatat maka aktiva akan menurun sebesar Rp 170.000.984.808 dan defisit akan
meningkat dalam jumlah yang sama pada tanggal 31 Desember 1999.
Dalam laporan kami bertanggal 27 April 1999, kami memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atas laporan keuangan konsolidasi tahun 1998, antara lain karena tidak dibuatnya
penyisihan piutang ragu-ragu atas piutang pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang
timbul sehubungan dengan penggunaaan deposito berjangka Perusahaan sejumlah Rp
20.000.000.000 sebagai agunan atas hutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa kepada
bank, serta piutang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berjumlah Rp
249.506.049.125 yang berasal dari pencairan oleh bank tertentu atas deposito berjangka dan
rekening giro Perusahaan yang diagunkan. Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 39 atas
laporan keuangan konsolidasi, deposito berjangka dan piutang kepada pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa tersebut telah dialihkan kepada pihak lain dan sebagai
kompensasi pembayarannya, pihak lain tersebut melepaskan hak dan kepentingan atas sebidang
tanah sesuai dengan perjanjian pendahuluan pelepasan hak dan kepentingan atas tanah. Dengan
perjanjian ini, Perusahaan memperoleh kuasa yang tidak akan berakhir oleh sebab apapun juga,
untuk melakukan tindakan-tindakan kepengurusan dan kepemilikan atas tanah tersebut. Oleh
karena itu pendapat kami sekarang atas laporan keuangan konsolidasi tahun 1998 mengenai
penyisihan piutang ragu-ragu tersebut, berbeda dengan laporan kami sebelumnya.
Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain
tersebut, kecuali untuk dampak belum dicatatnya kewajiban atas tagihan lembaga keuangan pada
tahun 1999 dan 1998 serta tidak dibuatnya penyisihan piutang dan wesel tagih kepada pihak-

pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk tahun 1999 sebagaimana dijelaskan pada
paragraf ketiga dan keempat sebelumnya, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut diatas,
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan P.T. Perusahaan
Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk dan anak perusahan tanggal 31 Desember 1999 dan
1998, dan hasil usaha, perubahan ekuitas, serta arus kas untuk tahun-tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Sebagaimana dijelaskan dalam Catatan 2 atas laporan keuangan konsolidasi, pada tahun
1999 Perusahaan dan anak perusahaan mengubah metode akuntansi pajak penghasilan untuk
disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 46, dan secara restrospektif,
menyajikan kembali laporan keuangan konsolidasi tahun 1998 atas perubahan tersebut.
Laporan keuangan konsolidasi terlampir disusun dengan anggapan bahwa Perusahaan
dan anak perusahaan dapat melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Catatan 38 atas laporan keuangan konsolidasi berisi
pengungkapan dampak kondisi ekonomi Indonesia terhadap Perusahaan dan anak perusahaan.
Tingginya kurs valuta asing dan tingkat bunga pinjaman, ketatnya likuiditas dan kesulitan
keuangan yang dialami pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa berdampak buruk pada
kemampuan Perusahaan dan anak perusahaan untuk melunasi pokok pinjamannya. Perusahaan
dan anak perusahaan juga menangguhkan pembayaran sebagian besar bunga pinjaman yang
sudah jatuh tempo, tidak dapat memenuhi ketentuan rasio-rasio keuangan yang disyaratkan
dalam perjanjian pinjaman. Disamping itu, Perusahaan juga mengalami ketidakpastian
penyelesaian piutang kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan belum
mencapai kesepakatan atas pembayaran tagihan lembaga keuangan seperti dijelaskan dalam
paragraf ketiga dan keempat sebelumnya. Hal-hal tersebut telah menimbulkan ketidakpastian
yang signifikan mengenai kemampuan Perusahaan dan anak perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Rencana manajemen yang konsisten dan lebih intensif sehubungan
dengan masalah-masalah tersebut diatas juga di uraikan dalam Catatan 38 atas laporan
keuangan konsolidasi. Kemampuan Perusahaan dan anak perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya tergantung pada keberhasilan manajemen untuk melakukan
restrukturisasi pinjaman dan keuangan Perusahaan secara keseluruhan, mencapai kesepakatan
atas pembayaran tagihan oleh lembaga keuangan tersebut diatas, dan menghasilkan arus kas
yang cukup dari kegiatan usaha dimasa yang akan datang.Laporan keaungan konsolidasi belum
mencakup penyesuaian-penyesuaian yang mungkin timbul dari ketidakpastian tersebut.

HANS TUANAKOTTA & MUSTOFA


Izin usaha / Business License No. 98.2.0240
Drs. Henky Agus Tedjasukmana
Izin / License No. 98.1.0148
23 Mei 2000 / May 23, 2000

Jenis Jenis Pendapat Akuntan ( Auditor)


1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion).
Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian jika laporan keuangan disajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan , hasil usaha, perubahan
ekuitas dan arus kas telah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan
dalam laporan audit bentuk baku ( Unqualified Opinion with Explanatory Language).
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan seorang
auditor menambahkan penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan
oleh auditor. Keadaannya meliputi:

Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.


Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan
yang luar biasa, laporan keuangan disajikan secara menyimpang dari suatu
prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI.
Jika terdapat kondisi dan peristiwa semula menyebabkan auditor yakin
tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun
setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa
rencana manejemen tersebut dapat secara efektif dilaksakan dan pengunkapan
mengenai hal itu telah memadai.
Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan
keuangan komparatif.
Data keuangan kuartalan tertentu diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal namun tidak disajikan atau tidak di review.
Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar Akuntansi
Keuangan telah dihilangkan,yang penyajiannya menyimpang jauh dari
pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat
melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau
auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi
tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh dewan
tersebut.
Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang
diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion).


Jenis Pendapat Akuntan ( Auditor) ini dinyatakan jika:

Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap


lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak
menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak
menyatakan tidak memberikan pendapat.
Auditor yakin, atas dasar auditnya bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia yang
berdampak material dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat
yang tidak wajar.

Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia menjelaskan


semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang
dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia juga harus mencantumkan bahasa
pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam
paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus berisi kata
kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan
pengecualian untuk frasa tergantung atas atau dengan penjelasan berikut ini
memiliki makna yang tidak jelas atau tidak cukup kuat oleh karena itu
pemakaiannya harus dihindari. Karena catatan atas laporan keuangan
merupakan bagian laporan keuangan auditan, kata seperti yang disajikan
secara wajar dalam semua hal yang material, jika dibaca sehubungan dengan
catatan 1 mempunyai kemungkinan untuk disalahtafsirkan dan oleh karena itu
pemakaiannya dihindari.

4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion).


Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion).

Auditor tidak menyatakan pendapat bila ia tidak dapat merumuskan suatu


pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu
pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang
mendukung pernyataan tersebut.
Auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk
memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan. Artikel
lainnya : Risiko Audit, 10 Standar Auditing dan Perencanaan Audit.

Anda mungkin juga menyukai