PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT sebagai sang khaliq Yang Maha Sempurna, menicptakan alam
dan seisinya. Di dalam penciptaan alam semesta, sesungguhnya semua
diperuntukkan kepada manusia. Dalam hal ini, manusia sebagai makhluk yang
sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, manusia berperan sebagai
khalifah di muka bumi ini. Sebagai seorang khalifah tentunya manusia diberi
kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, bahkan malaikat sekalipun
yang tercipta dari nur. Manusia tercipta dengan kelebihan yakni mempunyai akal
pikiran. Dimana dengan akal pikiran tersebut manusia mampu membuat inovasiinovasi baru dalam kehidupannya.
Namun
di
dalam
proses
tersebut
manusia
membutuhkan
ilmu
pengetahuan. Maka dari itu setiap manusia secara tidak langsung diharuskan
untuk memiliki ilmu pengetahuan karena tanpa ilmu pengetahuan seorang
manusia tidak akan bisa menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai seorang
khalifah di muka bumi ini. Hal ini dikarenakan, dengan ilmu maka manusia akan
dituntun ke jalan yang benar dalam menjalankan perannya sebagai seorang
khalifah di muka bumi. Di dalam memperoleh ilmu pengetahuan tersebut, banyak
sekali cara yang dapat dilakukan, misalnya dengan cara belajar karena dengan
belajar manusia akan memiliki pengetahuan wawasan yang luas, mengamati alam
sekitar dengan mengamati alam sekitar maka manusia dapat mengetahui apa saja
yang terjadi di lingkungan sekitar juga dapat mengetahui apa saja yang ada di
bumi ini. Dan masih banyak lagi cara untuk memperoleh ilmu tersebut.
Bila dilihat dari sisi tujuan penurunannya, Al-Quran merupakan petunjuk
dan pedoman yang mengarahkan manusia untuk menjalani kehidupan ini dengan
baik sesuai dengan perintah Allah SWT. Karena di dalam Al-Quran juga terdapat
banyak sekali pengetahuan-pengetahuan yang dapat di pelajari dan di kaji oleh
manusia. Disamping Al-Quran hadist juga menguraikan mengenai perintah agar
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana munasabah surat Az-Zumar ayat 9 dengan ayat sebelumnya ?
2. Bagaimana pemahaman arti yang kurang jelas pada surat Az-Zumar ayat 9 ?
3. Bagaimana tafsir binnash surat Az-Zumar ayat 9 ?
4. Bagaimana tafsir birrayi surat Az-Zumar ayat 9 ?
5. Bagaimana relevansi surat Az-Zumar ayat 9 dengan pendidikan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui munasabah surat Az-Zumar ayat 9 dengan ayat
setelahnya.
2. Untuk mengetahui pemahaman arti yang kurang jelas pada surat Az-Zumar
ayat 9.
3. Untuk mengetahui tafsir binnash surat Az-Zumar ayat 9.
4. Untuk mengetahui tafsir birrayi surat Az-Zumar ayat 9.
5. Untuk mengetahui relevansi surat Az-Zumar ayat 9 dengan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
)(
Artinya : (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadah diwaktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharap rahmat Tuhannya ? Katakanlah ;Adakah
sama
orang-orang
yang
mengetahui
dengan
orang-orang
yang
tidak
B. Mufrodat
: Apakah orang.
: Yang beribadat
: Di waktu-waktu malam
: Dengan sujud
: berdiri
: Rabbnya
: Katakanlah
: Apakah
: Sama
: Sesungguhnya
C. Munasabah
Munasabah QS. Az-zumar ayat 9 terdapat pada ayat setelahnya yaitu pada
ayat 10.
pada
itu
Allah
SWT
menyuruh
kaum
Muslimin
agar
Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu. (Q.S.
An Nisa: 97)
Di akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwa hanya orang-orang yang bersabarlah
yang akan mendapat pahala yang tak terbatas, seperti dirasakan oleh umat yang
terdahulu dari mereka.
E. Tafsir Binnas
Kata ilmu berasal dari bahasa arab ilm yang berarti pengetahuan.3 Sumber
lain mengatakan bahwa ilmu sepadan dengan makrifat, fiqih, hikmah, dan suur
(perasaan). Sedangkan pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), pengetahuan diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui/kepandaian;
ataupun segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) di
sekolah. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
Knowledge.
2
3
Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hal: 260
Ensiklopedi Islam, Jilid 2 (Jakarta: Van Hoeve Baru: 1997), hal: 2001
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
Berlapang-lapanglah dalam majlis. maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu. maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadalah: 11).
Ayat di atas menjelaskan tentang pada saat kita berada di sebuah majelis
hendaknya kita mendekat agar dapat mudah mendengar wejangan atau penjelasan
yang di sampaikan, yang diyakini dalam wejangan tersebut terdapat kebaikan
serta keistimewaan. Ketika duduk kita meluangkan dan meluaskan tempat duduk
supaya tida berdesakan dan berhimpitan., karena dapat menimbulkan keakraban
diantara sesame orang yang berada di majelis dan dapat bersama-bersama
mendengar wejangan atau penjelasan yang disampaikan.
Dalil di atas dengan menegaskan bahwa orang yang berilmu dan
mengamalkannya maka kedudukannya akan diangkat oleh Allah di dunia dan
akan dinaikkan derajatnya di akhirat.
Sementara itu dalam firman-Nya yang lain Allah SWT juga menyatakan :
Artinya: Tidak sama (antara) para penghuni Neraka dengan para
penghuni Surga (Qs. Al-Hasyr: 20)
Ini menunjukkan tentang puncak dari keutamaan dan kemuliaan orang
yang berilmu.
Ilmu juga merupakan makanan pokok bagi jiwa, yang karenanya jiwa akan
menjadi hidup dan jasad akan memiliki adab. Oleh karena itu, Islam mewajibkan
ummatnya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu. Dan hal ini
telah ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya,
Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi umat islam. Untuk itulah mengapa
manusia di bumi ini diwajibkan untuk memiliki ilmu.
F. Tafsir Birrayi
Ayat ini menerangkan perbedaan antara orang kafir dengan orang yang
selalu taat menjalankan ibadah kepada Allah dan takut dengan siska akhirat yang
selalu mengharapkan rahmat (surga). Ayat ini juga menunjukkan keutamaan ilmu
daripada harta, karena orang yang mempunyai ilmu mengetahui kemanfaatan
harta dan orang yang tidak berilmu tidak mengetahui harta.
Menurut tafsir Departemen Agama perintah yang sama diberikan Allah
kepasa Rasul-Nya agar menanyakan kepada mereka Apakah sama orang yang
tahu sama orang yang tidak tahu?,4 maksudnya orang-orang yang mengetahui
ilmu akan di terima amalnya karena amal perbuatan yang baik dan di siksa apabila
melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak tahu adalah orang-orang
yang sama sekali tidak mengetahui hal itu karena mereka tidak mempunyai
harapan dan tidak menduga sama sekali akan mendapat hukuman dari amal
buruknya.
Ayat ini juga membandingkan antara orang yang menjalankan ketaatan
kepada Allah dengan orang yang tidak demikian, dan membandingkan antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, yaitu bahwa hal ini
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Tafsirnya Jilid 8, (Yogyakarta: PT Dana
Bhakti Wakaf, 1991), hal: 441
termasuk perkara yang jelas bagi akal dan diketahui secara yakin perbedaannya.
Oleh karena itu, tidaklah sama antara orang yang berpaling dari ketaatan kepada
Tuhannya dan mengikuti hawa nafsunya, dan dengan orang yang menjalankan
ketaatan, bahkan ketaatan yang dijalankannya adalah ketaatan yang paling utama.
Di akhir ayat Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang barakallah
yang dapat mengambil pelajaran, baik pelajaran dari pengalaman hidupnya atau
dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya,
juga terdapat pada dirinya atau suri tauladan dari kisah umat yang lalu.
Ayat ini memerintahkan kepada umat islam untuk bertakwa kepada Allah
dan takut kepada akhirat, dan rahmat Allah bukan hanya di dunia saja melainkan
juga di akhirat. Takut menjadikan seseorang lebih waspada sehingga akan selalu
meningkatkan ketakwaan namun tidak pernah kehilangan optimisme dan berbaik
sangka kepada Allah.5
Bahwasanya dalam hal ini Allah memerintahkan kepada umat manusia
untuk mengkaji suatu ilmu pengetahuan dengan cara mengadakan majelis ilmu
yang kemudian akan mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah. Sesungguhnya
yang dapat mengambil pelajaran dari hujjah-hujjah Allah dan dapat menuruti
nasehat-Nya dan dapat memikirkannya, hanyalah orang-orang yang mempunyai
akal dan pikiran yang sehat, bukan orang-orang yang bodoh dan lalai. Pengalaman
hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di alam semesta
beserta isinya, atau yang terdapat di dalam dirinya serta kisah-kisah umat yang
lalu. Jadi orang-orang yang berakal dan berfikiran sehat akan mudah mengambil
pelajaran, dan orang-orang yang seperti itu akan memiliki akal pikiran sehat serta
iman yang kuat.6
Dalam kehidupan, manusia selalu menjalani aktivitasnya dengan berbagai
kepentingan yang berbeda-beda dan proses yang berbeda-beda pula. Namun, pada
5
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,(Jakarta: Lentera Hati,
2004), hal: 197
6
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1993), hal: 277-279
hakikatnya manusia layaknya memiliki satu kunci yang sama dimana kunci ini
sangat menentukan kedudukan manusia apakah ia terhormat atu rendah, baik atau
buruk, bahagia atau menderita. Kunci itu adalah pengetahuan. Ia laksana cahaya
bagi manuisa, karena tanpa ilmu pengetahuan manusia akan tersesat dan tak
terarah dalam kegelapan dunia. Inilah mengapa Allah SWT menurunkan anugrah
akal dan pikiran bagi manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang tak lain
sebagai penerang dalam kehidupannya.
Rasullulah SAW juga menganjurkan bagi setiap muslim wajib hukumnya
menuntut ilmu, kapan saja dari sejak lahir hingga mati, dimanapun berada.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan adalah sebagai bekal utama bagi manusia
dalam menggapai urusan baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana ajaran
Islam. Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam islam. Keimanan
yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu, dan ilmu
yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia
dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bila melakukan hal-hal
yang dilarang oleh Allah. Semakin manusia mengamalkan ilmunya makan
semakin tinggi pula derajat manusia di hadapan Allah SWT.
Oleh karena itu, ilmu pengetahuan yang diraih hanya lewat perdebatan dan
argumentasi, tanpa diiringi dengan penyucian jiwa, tak akan terbebas dari
kegelapan dan kekotoran, serta tidak menghasilkan keimanan dan keyakinan. Ilmu
disertai keyakinan (hakiki) akan memancarkan cahaya, kesenangan, dan
kebahagiaan.
10
11
serta
sifat
dari ilmu
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
13