Anda di halaman 1dari 5

Dibandingkan

dengan

negara

lain,

Indonesia

dapat

dikategorikan

tertinggal

dalam

penyelenggaraan telekomunikasi, baik perundangan maupun fisik. Penyelenggara jaringan di


seluruh pelosok Indonesia membutuhkan investasi yang besar. Beban tersebut bertambah dengan
keterbatasan UU Telekomunikasi dalam mengatur penyelenggaraannya (lelang spektrum
frekuensi, ijin penyelenggaraan servis pada frekuensi, dll). Benchmark perijinan yang dilakukan
ke beberapa negara tetangga; Singapura menerapkan facilities and service-based operator,
Malaysia menerapkan converged multi-service license, sedangkan India menerapkan convergedunified access license; memperlihatkan kekurangan UU Telekomunikasi di Indonesia tertinggal
dalam hal fleksibilitas perijinan (modern licensing) terhadap perkembangan teknologi terkait
konvergensi telekomunikasi, informatika, dan penyiaran.

Kasus pencurian pulsa dilaporkan telah menyedot uang pelanggan seluler dalam jumlah besar.
Semua kalangan masyarakat dirugikan, namun dampak terbesar dirasakan oleh pelanggan dari
kalangan rakyat kecil. Kasus ini dinilai perlu dibongkar tuntas. Asosiasi CP (Content Provider)
harus terbuka untuk mencari tahu para pelaku CP yang melakukan kecurangan. Menurut
estimasi, kerugian penyedotan pulsa mencapai hampir 1 Triliun Rupiah. Karena itulah mengapa
kasus ini dianggap sangat serius. Kasus SMS Premium yang berujung pada pencurian pulsa
dipandang bisa menyeret banyak pelaku. Aksi yang dilakukan ini saling terkait sehingga
situasinya seperti sebuah organized crime atau kriminalitas terorganisir. Tidak mungkin kasus ini
dilaksanakan oleh hanya satu orang saja, namun lebih seperti mafia yang terkait satu sama lain.
Oleh sebab itu Panja Komisi 1 harus sudah mulai bekerja. Mereka akan mengundang pihak
terkait seperti BRTI dan kalangan masyarakat untuk menyelidiki kasus SMS premium ini.

Target penyelesaian kasus ini sudah harus selesai paling lama tiga bulan, karena tuntutan
masyarakat sudah sedemikian besar. CP dinilai sudah bisa untung dengan beroperasi secara jujur.
Pihaknya pun ingin mencari tahu latar belakang yang pasti mengapa mereka melakukan
kecurangan. Mungkin saja hal tersebut dikarenakan pressure bisnis yang sangat besar. Mereka
tahu itu bahwa yang mereka lakukan salah, namun tetap saja melakukan pelanggaran tersebut.
Kasus ini tidak boleh berlarut-larut, karena akan berdampak kepada CP yang tidak curang dan
melakukan bisnis secara sehat. Nama CP yang bersalah harus diumumkan oleh BRTI.

Industri layanan SMS premium Indonesia saat ini tengah 'ditidurkan'. Sebelum dibangunkan
kembali, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) ingin memastikan bahwa aturan
main SMS premium diubah, dan yang pasti haruslah diperketat. Sehingga ketika diterapkan
kepada industri penyelenggara pesan jasa premium, banyak pemain yang tidak dapat
mengakalinya. Untuk itu, langkah yang harus ditempuh adalah revisi Permen nomor 1 tahun
2009 yang saat ini masih digodok dan diharapkan dapat menambal celah-celah tersebut untuk
menjadi lebih baik lagi. Ke depannya perijinan harus lebih diperketat, termasuk syarat dan
sanksinya. Karena selama ini seakan-akan tidak ada sanksi hukum dan faktanya juga banyak
aturan yang dilanggar. Hal lain yang juga disoroti adalah terkait hak dan kewajiban antara
operator dan CP yang harus diperjelas. Poin ini penting agar jika nantinya ada masalah, operator
dan CP tidak saling menyalahkan. Sampai saat ini revisi tersebut masih berlangsung. Ditargetkan
dalam jangka waktu satu bulan sudah selesai dan disahkan untuk menjadi payung hukum yang
baru.
BagaimanaPandanganEtikaTerhadapPraktekBisnisyangCurang

1. Pengendalian diri
Artinya adalah pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka
masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Seorang pengusaha yang berbuat curang dalam menjalankan bisnisnya jelas tidak memiliki
pengendalian diri tersebut. Dia membiarkan dirinya termakan nafsu sesat yang pada akhirnya
mengarahkan dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa saja yang diinginkan melalui
bisnisnya tersebut.

2. Pengembangan tanggung jawab sosial


Pelaku bisnis di sini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk uang dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Alih-alih
untuk peduli terhadap keadaan masyarakat sekitarnya yang tidak berhubungan langsung dengan

kehidupannya, seorang pelaku bisnis yang curang jelas tidak akan mempedulikan siapa pun saja
lawan bisnis atau bahkan rekan bisnisnya sendiri.

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis adalah anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi
dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah
dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
Seperti bunglon yang dengan mudahnya berubah sesuai tempatnya berpijak, tidak punya
pendirian pada identitas asli, begitulah gambaran para pelaku bisnis yang tak jujur. Mereka tidak
mempedulikan reputasi dan nama baiknya sendiri, tetapi hanya memikirkan keuntungan semata.

4. Menciptakan persaingan yang sehat


Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan
tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara
pelaku bisnis besar dan golongan menengah ke bawah. Sehingga dengan perkembangannya
perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk
itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia
bisnis tersebut. Dan tentu saja persaingan yang sehat dan keseimbangan kekuatan tak akan
tercapai bila selalu ada penyelewengan yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang tidak
bertanggung jawab terhadap kelangsungan bisnis sehat yang berkesinambungan.

5. Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan


Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu
memikirkan bagaimana dengan keadaan di masa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis
dituntut tidak mengekspoitasi lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa
mempertimbangkan lingkungan dan keadaan di masa datang, walaupun saat sekarang merupakan

kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar. Membabat habis hutan untuk pembangungan
pabrik baru jelas bukan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan. Namun itulah yang
terus-menerus dilakukan oleh pelaku bisnis yang tidak beretika.

7. Mampu menyatakan yang benar itu benar


Artinya kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit, sebagai contoh
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "koneksi" serta melakukan
"kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan kolusi"
serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait. Memang sangat sulit untuk tidak
melakukan ketiga pelanggaran di atas, dan itu jugalah dalih yang digunakan oleh pelaku bisnis
curang yang seakan merasa segala tindakan melencengnya adalah suatu "kebenaran".

8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
ke bawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang kondusif harus ada saling percaya antara golongan
pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang
bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan
itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan
kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
Namun itu sekarang hanyalah sekadar wacana sesaat, apabila sudah menyinggung tentang betapa
tidak beretikanya pengusaha golongan kuat yang terus menekan pengusaha golongan bawah
untuk tidak henti-hentinya mengeruk keuntungan.

9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang
tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Itu dikarenakan seandainya semua
etika bisnis telah disepakati, sementara ada oknum, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang

lain mencoba untuk melakukan kecurangan demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika
bisnis itu akan gugur satu per satu. Pada akhirnya, peraturan tetaplah hanya sekedar peraturan.
Akan tetap dilanggar tanpa mempedulikan keberlangsungan kehidupan bisnis yang sehat.

http://mariozefanya.blogspot.com/2011/12/bisnis-yang-curang-dan-bagaimana.html
detik.com
ebook scribd.com

Anda mungkin juga menyukai