Anda di halaman 1dari 47

PERATURAN DALAM PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Oleh karena itu penting
bagi kita menyadari dan mengawasi prosedur dan perilaku dengan benar serta penuh
tanggung jawab semasa bekerja menggunakan bahan mikroorganisme. Mikrobiologi
adalah pelajaran mengenai mikroorganisma atau jasad renik yang mempunyai ukuran
kecil seperti fungi, bakteria dan virus. Peringatan khusus perlu diberikan kepada aspekaspek keselamatan dan ketelitian di dalam praktikum mikrobiologi demi kepentingan diri
sendiri maupun pekerja-pekerja lain. Untuk mencapai tujuan ini sentiasalah mengingat
dan mematuhi peraturan-peraturan umum praktikum berikut:
1. Dilarang merokok, minum dan makan selama di laboratorium mikrobiologi
2. Kuku tangan harus dipotong pendek, bagi laki-laki dilarang memanjangkan
rambut kepala (tidak menutupi lubang telinga) dan rapi, bagi perempuan
muslimah wajib memakai jilbab, bagi perempuan beragama lain rambut yang
panjang harus diikat rapi ke belakang atau ditutup untuk menghindari resiko
terbakar atau terkontaminasi kuman.
3. Dilarang memakai sandal ataupun sepatu sandal. Wajib memakai sepatu.
4. Jas praktikum harus sudah dipakai sebelum memasuki laboratorium.
5. Hindari tindakan apapun untuk kontak dengan mulut atau wajah, kecuali tindakan
tersebut merupakan bagian dari percobaan dan berada dibawah pengawasan
petugas laboratorium/pengawas praktikum.
6. Dilarang membawa bahan-bahan dan alat-alat praktikum keluar dari laboratorium
7. Apabila

terjadi

kecelakaan

di

laboratorium

segera

lapor

ke

petugas

laboratorium/pengawas praktikum.
8. Bila bahan infeksius (material kuman) tertumpah di lantai/meja, segera ditutup
dengan kertas tisu, beri disinfektans sampai cukup, biarkan minimum 10 menit.
Ambil kertas tadi lalu ditampung pada tempat yang akan disterilkan dengan
autoclave. Cuci tangan sampai bersih menggunakan sabun dan air.
9. Setiap mahasiswa yang mempunyai anak kecil di rumah atau sedang hamil tidak
boleh menerima bahan praktikum yang mengandung kuman ditentukan pengawas
praktikum.
10. Pelajari dengan baik prosedur praktikum sebelum mengikuti praktikum

11. Peserta praktikum harus datang tepat pada waktunya di laboratorium dengan
memakai jas praktikum dan membawa alat tulis, pensil berwarna serta buku
laporan praktikum.
12. Tas dan buku-buku yang tidak ada kaitannya dengan mikrobiologi agar disimpan
di lemari yang telah disediakan.
13. Praktikum harus dikerjakan dengan rapi, bahan-bahan cat dan material tidak boleh
tercecer dimeja praktikum.
14. Hasil praktikum agar diberi identitas dan ditunjukkan kepada pengawas
praktikum untuk dikumpulkan.
15. Jangan lupa untuk membuat laporan hasil pengamatan selama praktikum
selengkap-lengkapnya dan dikumpulkan kepada pengawas praktikum.

PADA AKHIR PRAKTIKUM


1. Susun dan simpan kembali semua bahan dan alat praktikum pada tempat yang
telah ditentukan.
2. Bahan habis pakai, ditempatkan pada tempat tersendiri yang disediakan yang
nantinya akan disterilkan.
3. Bersihkan meja, bila perlu gunakanlah disinfektans.
4. Kertas saring dan kapas yang sudah dipakai agar segera dibuang ke tempat yang
disediakan.
5. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir setelah selesai praktikum.

BAB 1
CARA PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN
SPESIMEN PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan untuk menegakkan diagnosis etiologik suatu
penyakit infeksi, yaitu menemukan bakteri penyebab penyakit infeksi pada penderita.
Pemeriksaan ini pada dasarnya berupa identifikasi mikroorganisma, diteruskan
dengan uji kepekaan antibiotika in vitro. Ini dilakukan untuk membantu dokter dalam
memberikan antimikroba kepada penderita.
1. PEMILIHAN SPESIMEN
Spesimen (bahan pemeriksaan) diambil dari tubuh penderita, misalnya urin,
darah, pus, faeces, sputum dan lain-lain, tergantung pada gejala klinik penderita.
Prinsip umum untuk pemilihan spesimen adalah :
a. Spesimen harus mewakili proses penyakit infeksinya, misalnya sputum
diambil dari penderita radang paru-paru, bukan salivanya.
b. Penyebab penyakit dapat diisolasi dari suatu tempat pada saat akut dan
ditemukan ditempat lain selama perjalanan penyakitnya. Misal Salmonella
typhii diambil dari darah pada stadium awal, setelah dua sampai tiga
minggu kemudian kuman ini didapatkan dalam tinja
c. Jumlah spesimen yang adekuat agar cukup dilakukan pemeriksaan sesuai
prosedurnya.
d. Cara pengambilan harus dengan tehnik aseptis untuk menghindari
kontaminasi mikroorganisme lain
e. Wadahnya harus steril sebab bisa terjadi kontaminasi mikroorganisme lain
sehingga dapat mengacaukan pemeriksaan.Untuk mendapatkan wadah
yang steril sebaiknya dipakai autoklav atau alat steril yang lain, tidak
dianjurkan memakai antiseptik/disinfektans.

f. Spesimen harus segera dikirim ke laboratorium mikrobiologi agar segera


diproses. Lebih dari 24 jam tidak dianjurkan dipakai untuk pemeriksaan
mikrobiologi.

2. CARA PENGAMBILAN
Cara pengambilan spesimen terbagi dalam berbagai cara tergantung dari
lokasinya.
a. Urin
Urin dapat diambil dengan beberapa cara :
-

Kateterisasi, dilakukan pada penderita yang telah terpasang


kateter sebelumnya. Urin diambil dengan disposable syringe
langsung ditusukkan pada selang karet yang sebelumnya telah
didisinfeksi dengan alkohol.

Aspirasi suprapubik, dilakukan dengan menusukkan jarum suntik


langsung ke dalam buli-buli (vesica urinaria) setelah memenuhi
beberapa syarat tertentu

Urin porsi tengah dengan cara clean catch. Cara ini yang paling
sering digunakan. Penderita harus membersihkan daerah
periurethral dengan air dan sabun sampai bersih, lalu dibilas air
matang, baru penderita disuruh kencing. Aliran awal dibuang,
sedang aliran tengah langsung ditampung dalam wadah steril
sebanyak 10-20 ml.

Setelah spesimen terkumpul, dalam 1-2 jam harus sudah dikirim untuk
diproses. Bila hal ini tidak memungkinkan, dapat disimpan dalam lemari
es paling lama 24 jam.
b. Darah
Umumnya darah diambil kira-kira satu jam menjelang atau pada saat
demam. Dianjurkan agar diperoleh hasil yang akurat, sampling darah
dilakukan di beberapa tempat yang berbeda. Darah diambil dengan cara
punksi vena superfisial, sebelumnya kulit didisinfeksi dengan cara

melingkar dari pusat ke tepi. Untuk orang dewasa diperlukan 10-20 ml,
sedangkan bayi dan anak-anak 1-5 ml. Kemudian darah yang terkumpul
dimasukkan dalam tabung yang telah berisi antikoagulan sodium
polyanethol sulfonat dan langsung kirim ke laboratorium.
c. Sputum/dahak
Diambil pada penderita dengan dugaan penyakit infeksi saluran
pernapasan bawah. Penderita harus batuk dalam dan mengeluarkan
dahaknya langsung ke dalam wadah steril. Apabila diperlukan sebelumnya
dapat diberikan nebulizer atau ekspectoransia untuk memudahkan
pengeluaran sputum. Dapat juga dengan beberapa tehnik invasif untuk
mengambil sekret dari saluran napas bawah, yaitu dengan bronkoskopi,
pengisapan melalui trakeostomi atau endotracheal tubes, aspirasi
transtracheal, aspirasi paru-paru langsung atau biopsi. Sputum yang
terkumpul harus segera diproses dalam 1-2 jam.
d. Usapan/swab
Usapan/swab dipakai untuk mengambil spesimen dari saluran napas atas,
misal

swab

hidung,

nasofaring,

tenggorok,

dan

sinus.

Dengan

menggunakan lidi kapas steril, dimasukkan melalui hidung, diputar, dan


dikeluarkan dengan hati-hati dan dimasukkan dalam media transport.
Usapan tenggorok diperoleh dengan menekan lidah dengan spatula lidah,
lalu lidi kapas steril diusapkan daerah yang ada kelainan, harus diusahakan
tidak menyentuh lidah, uvula atau bibir.
e. Sekret luka/pus
Spesimen dari luka tertutup diambil dengan menggunakan jarum dan
syringe steril setelah sebelumnya didisinfeksi kulit. Bila berasal dari luka
terbuka dipermukaan, spesimen diambil dengan swab, demikian juga bila
dari mata, telinga dll.
f. Tinja
Tinja langsung dimasukkan dalam wadah steril yang bermulut lebar yang
khusus untuk pengambilan tinja. Bila tinja sulit diperoleh, dapat dilakukan
dengan usapan rektal. Disini lidi kapas steril dimasukkan melalui sphincter

ani, diputar lalu diambil. Spesimen tinja harus segera diproses, bila tidak
memungkinkan dapat disimpan di lemari es maksimal 24 jam. Jika tidak
memungkinkan dapat disimpan dalam media transport, dapat bertahan
sampai beberapa hari.
g. Sekret genital
Pada pria, sekret urethra yang paling sering dipakai, kadang-kadang
diperlukan prostat massage melalui rektum agar didapatkan spesimen
cukup. Bila perlu dapat menggunakan lidi kapas steril yang berujung kecil.
Pada wanita, spesimen yang diambil dapat berupa usapan vagina atau
serviks. Untuk pengambilan sekret serviks, digunakan spekulum untuk
memberi ruang yang cukup untuk pengambilan, serviks diusap dengan lidi
kapas steril, hati-hati jangan sampai menyentuh dinding vagina.
h. Cairan tubuh yang lain
Untuk cairan serebrospinal (LCS) diambil dengan cara punksi memakai
jarum dan syringe steril, sebelumnya jangan lupa kulit didisinfeksi. Untuk
spesimen LCS tidak boleh disimpan dalam lemari es pada suhu 4 C tetapi
37 C
Untuk spesimen berupa swab diperlukan media transport dalam proses
pengiriman ke laboratorium, oleh karena banyak mikroba patogen tidak tahan
terhadap kekeringan. Media transport ini untuk mempertahankan pH, kelembaban
dan mempertahankan mikroba tetap hidup.
Hal yang penting diperhatikan adalah pemberian label berisi nama penderita, usia,
jenis kelamin, tanggal pengambilan, jenis spesimen, serta data-data pendukung
lain.
3. PENGIRIMAN SPESIMEN
Dalam proses pengiriman, hal penting yang harus diperhatikan adalah wadah
spesimen harus steril dan ditutup rapat ditambahkan dengan pita perekat kedap
air, lalu dibungkus dalam tempat lain yang diberi bahan penyerap agar spesimen
tidak rusak, kemudian dibungkus lagi dengan rapat dan diberi label khusus yang
disebutkan isi bungkusan agar berhati-hati dalam memperlakukan spesimen
tersebut.

BAB 2
MENGENAL MIKROSKOP
Di laboratorium mikrobiologi, kita akan menggunakan banyak alat-alat
untuk membantu kita melakukan pemeriksaan mikrobiologi. Di dalam pokok
pembahasan ini kita akan memperkenalkan pada mahasiswa berbagai macam alat
yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan rutin di laboratorium
mikrobiologi.
MIKROSKOP
Dalam pemeriksaan mikrobiologi kita akan selalu berhubungan dengan
mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, oleh karena
ukuran mikroorganisme tersebut yang sangat kecil yaitu kira-kira 0,2-1,5 m x 16 m. Sehingga dalam melakukan identifikasi mikroorganisme tersebut kita
memerlukan bantuan alat yaitu mikroskop. Mikroskop dikenalkan pertama kali
oleh Anthony van Leeuwenhoek, yaitu mikroskop tunggal dengan pembesaran
sepuluh kali dari objek yang diamati.
Sampai saat ini telah dikenal beberapa jenis mikroskop yaitu :
1. Mikroskop sinar (Bright field microscope)
Mikroskop ini menggunakan cahaya matahari atau lampu sebagai sumber
cahaya. Disebut juga compound microscope yang biasa digunakan pada
pemeriksaan rutin.
Bagian-bagian mikroskop ini :
a. Bagian statip :
-

alas mikroskop

tiang mikroskop

tangkai mikroskop

meja preparat dan pengaturnya

penjepit preparat

makrometer

mikrometer

b. Bagian optik :
-

lensa okuler

lampu listrik

kondensor

diafragma

lensa obyektif

Cara pemakaian :
a. Membersihkan lensa okuler dan lensa obyektif dengan kertas lensa
b. Mencari medan penglihatan dengan menyalakan lampu pada bagian atas
alas mikroskop (bila sumber cahaya berasal dari lampu listrik).
c. Memasang preparat di atas meja preparat tepat dibawah lensa obyektif dan
dijepit dengan penjepit
d. Putar lensa obyektif tepat diatas preparat, lalu digerakkan ke bawah
mendekati preparat, hati-hati jangan sampai menabrak preparat.
e. Sambil melihat lewat lensa okuler, gerakkan lensa obyektif ke atas dengan
penyesuai kasar sampai benda terlihat, kemudian diteruskan menggunakan
penyesuai halus sampai fokusnya jelas.
f. Lihatlah benda pada beberapa daerah di preparat untuk mendapatkan
daerah yang paling baik yang akan diperiksa
g. Mulai dengan menggunakan pembesaran lemah, bila benda sudah terlihat,
diganti dengan pembesaran yang lebih kuat
h. Gunakan minyak emersi di atas preparat setetes saja, putar lensa obyektif
agar menempel pada minyak emersi tersebut, lalu dilakukan penyesuaian
halus sampai benda terlihat jelas.
2. Mikroskop lapangan gelap (Dark field microscope)
Biasanya digunakan untuk melihat bakteri yang sulit diwarnai, dan untuk
melihat pergerakan bakteri. Pada mikroskop ini, bakteri akan tampak terang
dengan latar belakang gelap.

3. Mikroskop fase kontras (Phase contrast microscope)


Digunakan untuk mengamati bakteri yang berada dalam jaringan, inclusion
bodies, sediaan histologi serta parasit dari berbagai bahan pemeriksaan klinik.
Prinsip dasarnya adalah perbedaan indeks bias dari objek pemeriksaan.
Dengan adanya indeks bias yang berbeda tersebut menyebabkan perbedaan
intensitas sinar yang melewatinya sehingga akan memberikan gambaran dari
objek pemeriksaan yang diamati.
4. Mikroskop fluoresensi (Fluorescent microscope)
Pada mikroskop ini diperlukan objek yang diwarnai dengan bahan warna yang
dapat berfluoresensi yang dapat menyerap sinar ultraviolet, dan sebagai
sumber cahayanya adalah sinar ultraviolet.
5. Mikroskop elektron (Electron microscope)
Mikroskop ini dapat memperbesar objek menjadi sampai 200.000x, sehingga
alat ini dapat digunakan untuk melihat bagian-bagian sel. Untuk melihat
gambaran objek tersebut diperlukan fluorescent screen dan photographic
plate. Sebagai sumber cahaya dipakai elektron dan lensanya diganti dengan
magnit.

BAB 3
UJI KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA
A. UJI KEPEKAAN KUMAN
Tujuan pemeriksaan :
1. Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok/paling paten untuk kuman penyebab
penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit kronis.
2. Mengetahui adanya resistensi bakteri terhadap antibiotik. Resistensi bakteri terhadap
antibiotik dapat disebabkan :
a. secara alamiah bakteri tersebut resisten terhadap antibiotik tertentu
b. akibat pemberian dibawah dosis yang ditentukan
c. akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul mati oleh antibiotik

Dapat dilakukan dengan berbagai cara :


A. Dilusi cair atau dilusi padat
Pada dasarnya antibiotik diencerkan sampai didapatkan beberapa konsentrasi. Pada
dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media
cair, sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar
lalu ditanam kuman.
B. Difusi
Memakai media Mueller Hinton agar. Ada beberapa cara :
1. Cara Kirby Bauer
a. Diambil beberapa koloni kuman lalu disuspensikan ke dalam 0,5 ml BHI cair,
diinkubasikan 4 jam pada 37 C
b. Suspensi tsb ditambah dengan aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai
dengan standard konsentrasi kuman 108 CFU per ml (Colony Forming Unit)

c. Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi kuman lalu ditekan-tekan pada
dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, lalu dioleskan pada
permukaan media agar hingga rata
d. Lalu diletakkan kertas samir/disk yang mengandung antibiotik diatasnya,
inkubasi dalam suhu 37 C selama 18-24 jam
Pembacaan hasil :
Zona radikal :
Suatu daerah di sekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya
pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan mengukur diameter dari
zona radikal.
Zona irradikal :
Suatu daerah di sekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh
antibiotik tsb, tetapi tidak dimatikan. Disini akan terlihat adanya pertumbuhan
yang kurang subur/lebih jarang dibanding dengan daerah diluar pengaruh
antibiotik tersebut.
2. Cara sumuran
Pada langkah a sampai c sama dengan cara diatas. Dilanjutakan dengan membuat
sumuran pada media tsb dengan garis tengah tertentu menurut kebutuhan.
Kedalam sumuran tsb diteteskan larutan antibiotika yang digunakan. Inkubasi
pada 37C selama 18-24 jam. Hasil pembacaan seperti cara diatas.
3. Cara pour plate
Langkah a dan b sama dengan cara diatas
d. Dengan menggunakan ose khusus, diambil satu mata ose dan dimasukkan
dalam 4 ml agar base 1,5% pada suhu 56C (diambil dari waterbath)
e. Setelah suspensi kuman tsb homogen, lalu dituang pada media Mueller Hinton
agar
f. Tunggu sampai agar beku, disk antibiotik diletakkan pada agar tsb
g. Inkubasi pada 37C selama18-24 jam
h. Baca hasilnya dengan disesuaikan standar masing-masing antibiotik

PRAKTIKUM
UJI KEPEKAAN KUMAN TERHADAP ANTIBIOTIKA
Bahan :

Material yang dimintakan test kepekaan terhadap obat.

Media padat datar :


Nutrient agar/Muller Minton agar
Blood agar/Muller Minton blood.

Media Muller Minton broth bila kita mencari MIC suatu obat terhadap kuman
tertentu.

Disk-disk antibiotika/larutan antibiotika

Ose/lidi kapas steril/pipet steril berskala volume

lampu

pinset

Cara kerja

Setelah di ketahui jenis kuman apa yang terdapat dalam material tersebut kita ambil
12 koloni, di masukkan dalam bouillon/Muller Minton Broth eramkan 2 jam pada
suhu 37oC atau dapat langsung tanam dengan cara diratakan pada media padat datar.

Diamkan selama 30 menit, supaya tanaman kuman di media tersebut kering.

Dengan pinset steril disk antibiotika kita tempelkan diatas tanaman kuman tadi
(pinset sebelum dan sesudah untuk menempelkan disk dibakar).

Eramkan 24 jam pada suhu 37oC.

BAB 4
PEWARNAAN
PENDAHULUAN
Pemeriksaan dengan alat mikroskop merupakan langkah pertama yang diambil
untuk mengidentifikasi bakteri-bakteri. Dalam hal ini penting sebelumnya untuk
mempelajari morfologi dan affiniket bakteri terhadap pengecatan.
Gambaran morfologi yang penting seperti :

ukurannya

bentuk

gerombolan-gerombolan sel

endospora

flagella

capsula

granula intracellulair, dan lain -lain

Pemeriksaan mikroskopik terhadap bakteri dapat dilakukan dalam keadaan bakteri


hidup atau mati. Pemeriksaan bakteri dalam keadaan hidup dapat dilakukan dengan
membuat preparat tetes gantung atau dengan mikroskop medan gelap. Oleh karena
bakteri hidup sulit menyerap cat. Bila bakteri dalam keadaan mati, perlu dilakukan
pewarnaan dulu sebelum diperiksa di bawah mikroskop. Sebelum pewarnaan, langkah
pertama dibuat preparat kering dulu.

PREPARAT BAKTERI HIDUP

Pewarnaan bakteri dalam keadaan hidup dilakukan dengan menggunakan bahan


warna yang tidak toksis dan cara pewarnaan ini jarang dikerjakan, karena bakteri hidup
sukar menyerap warna. Cara pemeriksaannya biasanya dikerjakan untuk melihat
pergerakan bakteri dan untuk melihat bakteri yang sukar diwarnai dengan cara-cara biasa.
Pemeriksaan bakteri yang menggunakan bakteri hidup adalah dengan cara wet mount dan
hanging drop (tetes gantung).
Bahan-bahan dan alat-alat yang dipergunakan :
1. Material yang akan diperiksa
2. Objeck glass cekung (kering dan bersih)
3. Deck glass (kaca penutup)
4. Minyak parafin
5. Ose, lampu spiritus
6. Larutan garam fisiologik
7. Mikroskop (medan gelap)
Cara kerja :
1. Objeck glass yang cekung, sekitar cekungnya kita olesi parafin dimana olesan jangan
melebihi kaca penutup yang tersendiri.
2. Diatas kaca penutup ditaruh satu tetes kecil larutan garam fisiologik.
3. Dengan ose steril (dipanaskan/dipijarkan dengan lampu spiritus, kemudian dibiarkan
dingin dalam udara) kita ambil larutan kuman dan kita campur dengan tetesan air
garam fisiologis.
4. Objeck glass cekung yang diolesi parafin, kita tutupkan di atas kaca penutup yang ada
larutannya kuman sedemikian rupa sehingga cekungan persis menutup sekitar larutan
kuman.
5. Rekatkan perlahan antara objeck glass dan deck glass, kita tutupkan di atas setelah
betul-betul merekat kita balik dengan cepat sehingga sekarang susunan kaca penutup
terletak di atas objeck glass dan preparat tergantung pada deck glass/kaca penutup.
6. Preparat siap diperiksa dengan mikroskop.

PREPARAT BAKTERI MATI


Reaksi pengecatan yang sering dipergunakan dalam diagnosa rutin seperti,
pengecatan Gram, Ziehl Neelson, Neisser, dan lain-lain dapat membedakan berbagai
macam bakteri berdasarkan ikatannya terhadap cat dengan memperlihatkan warna-warna
yang berlainan serta khas antara satu dengan yang lain, juga perbedaan dalam
permeabilitasnya dari zat-zat pelarut warna cat.
Tetapi seperti diketahui pula bahwa untuk mendefferensiasi kuman dapat pula
dilakukan dengan tanpa pengawetan, misalnya dengan pemeriksaan mikroskop medan
gelap dan pemeriksaan mikroskop phase kontras.
Perubahan pewarnaan dari zat kimia baru dapat digunakan sebagai bahan
pengecatan kuman apabila cat tersebut mempunyai gugusan-gugusan :

chromophore

auxochrom

Gugusan cromophore

gugusan yang menyebabkan zat tersebut mempunyai warna


tertentu

Gugusan auxochrom

gugusan

yang

menentukan

bahan

tersebut

dapat

dipergunakan sebagai cat dan dari gugusan ini suatu bahan


dapat bersifat asam, basa atau amfoter.
Dalam pengecatan, maka cat akan bereaksi secara kimiawi dengan protoplasma bakteri.
Bila belum mati, maka proses pengecatan itu sendiri membinasakannya. Untuk bahan
pengecatan dipakai larutan garam-garam.
Cat yang bersifat basa terdiri dari kation (berwarna) dengan anion (tak berwarna) dan
anion (berwarna).
Contoh : - Sodium (+) (kation)
- Eosinate (-) (anion)

Dinding sel dan membran sitoplasma berperan dalam proses pewarnaan bakteri.
Kedua struktur bakteri ini tersusun oleh protein yang memiliki gugus amino dan gugus
karboksil sehingga bakteri tersebut bersifat amfoter, dimana sifat asamnya lebih kuat
daripada sifat basanya. Oleh karena itu bakteri menjadi lebih mudah diwarnai dengan
menggunakan bahan pewarna yang bersifat basa. Bahan pewarna yang dipergunakan
untuk mewarnai bakteri memiliki rumus bangun cincin benzen, mengandung gugus
auksokrom yang menyebabkan timbulnya warna dan yang menentukan sifat disosiasi
elektrolitnya.
Langkah pewarnaan :
a. Fiksasi/Intensiter.
Guna :
-

untuk melekatkan spesimen pada obyek glass

untuk membunuh bakteri tanpa merusak bentuk morfologinya

untuk memudahkan bakteri untuk diwarnai

untuk menyimpan slide yang belum sempat diwarnai

Dibagi menjadi 2 bentuk :


-

fisik, dengan pemanasan oleh api bunsen

kemis : asam oksalat, fenol, garam (Al, Fe, Zn, dll), asam tarat

b. Cat, mempunyai 2 gugus yaitu chromophore dan auxochrome


Guna gugus auxochrome yaitu menimbulkan warna dan yang menentukan sifat
disosiasi elektrolitnya.
c. Mordant
Adalah suatu bahan yang dapat memperkuat ikatan bahan pewarna dengan bakteri
yang diwarnai.
Misal :
-

Methylen Blue : KOH

Gram

: lugol

Tahan asam

: fenol

d. Decolorator
Guna :
-

untuk membersihkan sisa cat

untuk menentukan reaksi kuman tertentu

Misal :
-

Peluntur lemah : air, alkohol, asetat

Peluntur basa : KOH, NaOH

Peluntur asam : H2SO4, H3PO4

Peluntur kuat

: alkohol + asam kuat

KLASIFIKASI PEWARNAAN
Pewarnaan kuman dapat dibagi menjadi 2 golongan :
A. Pewarnaan sederhana
1. Pewarnaan positif
Dikerjakan dengan larutan cat yang bersifat basa
misal :

Loffler's Methylen Blue

Methylen violet

Fuchsin basa/karbol fuchsin

Saffranin

Gentian violet

2. Pewarnaan negatif
Dalam pengecatan negatif dipergunakan larutan cat yang bersifat asam,
dimana kationnya tak mengecat bakteri (karena tak berwarna), kecuali
pada pH yang sangat rendah (sangat asam).
Misal :

Nigrosin

- India ink

Cengo red

- Burri/tinta cina

sehingga tampak bakteri tak berwarna dengan latar belakang kegelapan.

B. Pewarnaan kompleks

1. Pewarnaan differential
a. Pewarnaan Gram
b. Pewarnaan Ziehl Neelsen
2. Pewarnaan khusus
a. Kapsul (Anthony, Hiss, Muir, tinta Cina, Burri)
b. Spora (Schaeffer Fulton)
c. Flagel (Gray, Leifson, Leifson yang dimodifikasi)
d. Granula metakromatis (Neisser)
e. Jamur (KOH 10-20%, LPCB)

A. PEMBUATAN PREPARAT KERING


1. Obyek glass yang kering dan bersih, dibersihkan dengan kapas alkohol
95%
2. Ambil ose steril yang telah dipanaskan di atas api spiritus sampai merah
membara, lalu setelah ose steril dingin, masukkan ke dalam tabung yang
berisi material kuman cair untuk mengambil kuman. Ratakan pada oyek
glass secara tipis-tipis, tunggu sampai kering.
3. Bila material kuman dalam bentuk padat, diencerkan dengan setetes air
steril dengan koloni di atas obyek glass, biarkan kering
4. Ose dipanaskan lagi, agar kuman mati.
5. Fiksasi preparat dengan cara memanaskan preparat tadi diatas api spiritus
sebanyak 2-3 kali, agar kuman menempel di obyek glass. Preparat siap
diwarnai.

Pembuatan Preparat

Panaskan ose di atas nyala api bunzen

Oleskan sediaan kuman pada objek glass

Ambil kuman dari koloni di cawan petri

B. PEWARNAAN SEDERHANA
1. Pewarnaan positif (Methylen Blue)
Pewarnaan dikerjakan dengan larutan cat yang bersifat basa. Terjadi reaksi
antara cat yang bersifat basa (kation) yang bermuatan positif dengan
protoplasma bakteri dengan asam nukleat yang bermuatan negatif.
Bahan dan alat :
-

Material kuman

Larutan garam fisiologis

Cat Methylen Blue

Gelas obyek

Ose

Lampu spiritus

Mikroskop

Minyak emersi

Cara kerja :
-

Satu tetes larutan garam fisiologis pada gelas obyek.

Material kuman dengan ose steril dicampurkan dengan garam


fisiologis dan diratakan setipis mungkin.

Preparat dipanaskan di atas lampu spiritus

Genangi preparat dengan larutan Methylen Blue selama 3-5


menit

Cuci dengan air mengalir

Biarkan kering di udara,

Beri 1 tetes minyak emersi pada preparat, diperiksa di bawah


mikroskop.

C. PEWARNAAN DIFFERENTIAL
1. Pewarnaan Gram
Pada pewarnaan ini bakteri dibagi menjadi dua kategori yaitu Gram positif
dan Gram negatif. Bakteri Gram positif mengikat cat I (carbol gentian
violet dan lugol) dengan kuat sehingga tidak dapat dilunturkan oleh
peluntur (alkohol absolut). Bakteri Gram negatif akan larut dalam cat I dan
akan diwarnai oleh cat II, misalnya saffrain, carbol fuschin.
Bahan dan alat :

idem di atas

Cat yang dipergunakan


Carbol Gentian violet :

alkohol gentian violet 10 ml

carbol 5% 90 ml

Larutan lugol :

yodida 1 gr

kalium yodida 2 gr

aquadest 300 gr

alkohol absolut

larutan saffranin atau air fuchsin

Cara kerja

Satu tetes kecil larutan garam fisiologis pada gelas obyek

Dengan ose steril kita ambil material kuman, dicampur dengan garam
fisiologis dan diratakan setipis mungkin

Preparat dilekatkan pada atau dengan pemanasan lampu spiritus

Preparat digenangi dengan carbon gentian violet selama 1 menit

Sisa cat dibuang, genangi dengan lugol 0,5 - 1 menit

Sisa cat dibuang, cuci dengan alkohol absolut sampai semua cat
tampak larut

Cuci dengan air

Genangi air dengan air fuchsin atau saffranin

Bilas dengan air dan keringkan

Setelah kering diperiksa dengan mikroskop, maka akan tampak :

Kuman bercat biru tua (kuman gram positif)

Kuman bercat merah muda / kuning (kuman gram negatif)

Kuman gram positif :


Bakteri yang mengikat cat pertama (carbon gentian violet dan lugol)
dengan kuat, sehingga tidak dapat dilunturkan oleh peluntur (alkohol
absolut). Warna kuman tetap seperti warna cat pertama (biru tua), sedang
cat kedua (cat penutup/cat lawan/counterstain) tak terpengaruh lagi.
Kuman gram negatif
Bakteri yang daya pengikat cat utama pertama tidak kuat, sehingga dapat
dilunturkan oleh peluntur (alkohol absolut) dan dapat diwarnai / menyerap
cat yang kedua / cat penutup (merah muda)
Perbedaan sifat bakteri gram positif dan gram negatif tidak mutlak tegas
dan spesifik, tetapi masih tergantung pada beberapa faktor-faktor tersebut
antara lain :

Perubahan keasaman, apabila pH turun kemungkinan bakteri


gram positif dapat berubah menjadi gram negatif. Sebaliknya
apabila pH naik ada kemungkinan bakteri gram positif berubah
menjadi gram positif.

Penyimpangan cara pengecatan, misalnya pencucian yang terlalu


lama dengan alkohol dapat menyebabkan bakteri gram positif
memberikan hasil seperti gram negatif.

Faktor medium juga mempengaruhi, misalnya bakteri gram


positif yang lemah bila terlalu lama ditumbuhkan dalam medium
yang mengandung bahan yang mudah difermentasi dapat dirubah
menjadi gram negatif.

Umur bakteri : bakteri gram positif yang telah tua atau


kekurangan makan dapat berubah menjadi gram negatif

Cara Kerja Pengecatan Gram

LAPORAN PRAKTIKUM PENGECATAN

KETERANGAN

KETERANGAN

BAB 5
STAPHYLOCOCCUS
A. Tinjauan Umum
Genus Staphylococcus (bahasa latin. staphylo, anggur yang menggerombol),
merupakan kuman bentuk coccus atau bulat bersifat gram positif. Ukuran diameter antara
0,5 sampai 1,5 m. Umumnya tersusun dalam kelompok yang tak beraturan, dapat
berpasangan ataupun berempat. Kuman ini bersifat nonmotil dan non spora. Termasuk
kuman anaerob fakultatif.
Bahan pemeriksaan dapat diperoleh dari pus, exudat, aspirasi trachea, cairan spinal,
sputum, dan lain-lain.
Bila diamati koloni yang terbentuk, koloni berbuntuk bundar, cembung, mucoid, dan
melekat pada agar. Termasuk kemoorganotropic, memerlukan media pengayaan.
Staphylococcus memiliki metabolisme repirasi dan fermentasi, yang menghasilkan
asam tapi tidak menghasilkan gas dari metabolisme karbohidrat. Selain itu mampu
tumbuh di media nutrient agar yang diberi tambahan 5% NaCl.
Pada reaksi katalase menghasilkan reaksi positif, reaksi oksidase negatif (karena
memiliki cytochromes), dan bereaksi positif pada tes Voges-Proskauer. Beberapa spesies
mereduksi nitrat menjadi nitrit. Pertumbuhan optimum pada suhu 37C.
Staphylococcus merupakan kuman komensal pada kulit, mulut, dan saluran napas
bagian atas. Namun ada pula yang pathogen seperti S. aureus (Latin aureus, artinya
emas). S. aureus dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti karbunkel, abses,
unan makanan, dan pneumonia, endocarditis, dan toxic shock syndrome.

Beberapa spesies resisten terhadap pemberian penisilin. Resistensi ini karena


kemampuan

bakteri

memproduksi

penicillinase

(-lactamase),

yang

mampu

menghidrolisis cincin -lactam dari penicillin.


S. epidermidis (Latin: epidermidis, kulit luar) merupakan spesies nonpathogen. Kuman
ini merupakan kuman normal pada kulit. Selain itu ada pula S. saprophyticus (Latin
sapros, artinya busuk) yang dapat diisolasi dan berperan sebagai etiologi urinary tract
infections (UTI) terutama pada wanita.
Tes yang dilakukan terhadap Staphylococcus memiliki tujuan untuk membedakan
genus Staphylococcus dengan coccus gram positif lainnya (seperti Micrococcus dan
Streptococcus), juga untuk mengidentifikasi spesies yang termasuk dalam genus tersebut
B. Tes Pada Staphylococcus
B.1. Tes Katalase
Membedakan Staphylococcus dengan Streptococcus menggunakan tes Katalase.
Bakteri katalase positif (Staphylococcus) akan bereaksi dengan hydrogen peroxide
menghasilkan air dan oksigen.
Beberapa bakteri mengandung flavoproteins yang mereduksi O2, sehingga
menghasilkan hydrogen peroxide (H2O2) atau superoxide (O2). Kedua zat tersebut
sangat toksik dan mampu merusak sel termasuk sel bakteri sehingga bakteri harus
melindungi diri dari kedua zat tersebut. Beberapa bakteri menghasilkan enzym yang
melindungi bakteri dari produk O2 toksik (superoxide). Bakteri aerob dan fakultatif
anaerob umumnya memiliki enzym superoxide dismutase, yang mengkatalisis sifat
merusak dari superoxide dan hydrogen peroxide.

BAHAN
1. Kultur bakteria
2. Slaid mikroskop
3. Kayu aplikator
4. Hidrogen peroksida 3%

CARA KERJA I
1. Letakkan setetes larutan hidrogen peroksida di atas sebuah slaid kaca bersih dan
kering.
2. Sentuhkan ose pada koloni bakteri.
3. Masukkan bakteri ke dalam teteskan hidrogen peroksida di atas slaid.
4. Amatilah adanya gelembung-gelembung gas yang dihasilkan dengan cepat, bagus
dan terus menerus.

atau
1.
2.
3.
4.

Inokulasi kuman pada media miring TSA (Trypticasein Soy Agar).


Kuman yang telah diinokulasikan ditambah 3-5 tetes H2O2 3% .
Amati apakah muncul gelembung pada tabung atau tidak.
Bila muncul gelembung maka katalase positif, bila tak ada gelembung maka
katalase negatif.

atau
1.
2.
3.
4.

Isi tabung dengan 2-3 ml H2O2


Ambil kuman dari koloni hasil inokulasi pada media.
Tambahkan ke dalam tabung
Amati adanya gelembung

B.2. Tes Koagulase


Koagulase merupakan enzym yang berperan dalam pembekuan plasma darah.
Staphylococcus yang memproduksi koagulase (koagulase positif) memproduksi bekuan
fibrin di sekitar bakteri tersebut dan berfungsi melawan sistem imun host. Hasil positif
ditunjukkan oleh Staphylococcus aureus. Dan hal ini yang membedakan Staphylococcus
aureus dengan spesies lain
Cara Kerja
1. Tambahkan 0.5 ml plasma kelinci pada tabung. Beri identitas pada tabung.
2. Inokulasi tabung dengan kuman Staphylococcus.
3. Inkubasi kedua tabung pada suhu 35C selama 1 sampai 4 jam dalam alat water
bath. Setelah itu nilai kedua tabung apakah ada kekeruhan dan pembekuan.

Koagulase positif

Koagulase negatif

B.3. Tes DNase


Di samping memproduksi koagulase, beberapa strain Staphylococcus pathogen
memproduksi enzyme nuclease disebut DNase. DNase mampu mendegradasi DNA host
dan meningkatkan patogenitas Staphylococcus. Untuk menunjukkan adanya DNase, agar
yang berisi larutan DNA diinokulasi dengan Staphylococcus. Lalu digenangi dengan
asam HCl. Daerah terang atau bersih di sekitar koloni Staphylococcus (dalam hal ini
Staphylococcus aureus) menunjukkan test DNase positif. Zona terang ini terjadi karena
sebagian besar molekul DNA didegradasi oleh enzym. Sedangkan DNase negative akan
tampak zona opaque di sekitar koloni.
Cara Kerja
1. Bagi agar untuk DNase test menjadi dua dengan meggaris dasar cawan petri
dengan menggunakan spidol.
2. Pada agar inokulasikan S. aureus dengan diameter 0.5-cm. Lakukan hal yang
sama terhadap S. epidermidis di sisi yang lain.
3. Inkubasi selama 18 sampai 24 jam pada suhu 35C.
4. Setelah inkubasi, koloni kuman digenangi dengan 1 M HCl

DNase positif

DNase negatif

B.4. Tes Manitol


Staphylococcus aureus dapat mengadakan fermentasi manitol dalam keadaan
anaerob. Dalam pemeriksaan ini diperlukan media agar manitol dalam tabung, tinggi
media paling sedikit 8 cm.
Cara Kerja
1. Satu koloni kuman diinokulasikan pada agar manitol dengan cara menusukkan
ke bawah sepanjang tabung
2. Kemudian diinkubasi pada suhu 35 C dan diperiksa setelah 2 hari.
Tes dikatakan positif bila terjadi perubahan warna menjadi kuning pada bagian atas
dan bawah tabung

B.5. Tes Kepekaan Terhadap Novobiocin


Pemeriksaan

ini

bertujuan

untuk

Staphylococcus

saprophytcus

dengan

Staphylococcus epidermidis.Staphylococcus saprophyticus resisten terhadap novobiocin,


sedang Staphylococcus epidermidis sensitif.
Cara Kerja:
1. Memakai metode cakram, disk 5g Novobiocin diletakkan pada media agar
Muller Hinton yang telah ditanam Staphylococcus.
2. Diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 34 C-37 C
3. Jika masih sensitif akan ditemukan zona hambat 1-5 mm dari tepi disk

LAPORAN PRAKTIKUM KATALASE DAN KOAGULASE

KETERANGAN

KETERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGECATAN


STAPHYLOCOCCUS DAN TES MANITOL

KETERANGAN

KETERANGAN

BAB 6
STREPTOCOCCUS
A. Tinjauan Umum
Kuman ini merupakan kuman berbentuk coccus atau bulat dengan susunan yang khas
berderet-deret membentuk rantai panjang atau pendek. Sebagian besar Streptococcus
grup A, B, dan C memiliki kapsul yang terdiri dari asam hyaluronat terutama pada kultur
yang muda.
Kuman ini dapat diambil dari lokasi infeksi usap tenggorok, pus, darah, urine, feces,
sputum, LCS, cairan pleur, dan lain-lain. Spesimen material tersebut ditanam pada media
blood agar dan tanaman cair. Kemudian dieramkan 37 C selama 18-24 jam. Koloni yang
terbentuk tampak bulat, halus, jernih, mengkilat, dengan diameter 0,1-1 nm. Namun
adakalanya tidak ditemukan koloni, maka kemungkinan kuman tersebut adalah
Sterptococcus anaerob (Peptostreptococcus).
Streptococcus diklasifikasikan berdasarkan kemampuan aktifitas hemolitik, sistem
imun (klasifikasi serologi Lancefield), danresistensi terhadap faktor kimia dan fisik.
B. Tes Pada Streptococcus
B.1. Tes Hemolisis
Tes ini berdasarkan kemampuan Streptococcus melakukan hemolisis pada media
blood agar. Streptococcus memproduksi haemolysin, sebuah protein ekstraseluler yang di
sekresikan oleh sel yang menyebabkan degradasi lipid. Membran sel eritrosit juga
didegradasi.

Menurut seorang ahli mikrobiologi, Brown (tahun 1919), berdasarkan hasil hemolisis
ini Streptococcus dibagi menjadi:
a. Streptococcus haemolyticus (viridans): terjadi zona samar-samar di sekitar
koloni, yang sering disertai perubahan warna medium menjadi kehijauan atau
kecoklatan. Lebar zona 1-2mm dengan tepi tidak jelas karena adanya lisis
sebagian eritrosit.
b. Streptococcus haemolyticus (hemolitik) : suatu zona jernih tak berwarna di
sekitar koloni. Lebar zona 2-4 mm dengan tepi yang jelas akibat lisis sempurna
dari eritrosit.
c. Sterptococcus haemolyticus (faecalis) : tidak ada zona hemolisis.

B.2. Tes Lancefield


Hampir semua Streptococcus haemolyticus memiliki antigen karbohidrat spesifik
yang disebut Streptococcal Group Antigens. Penentuan grup streptococcus
haemolyticus dapat ditentukan dengan beberapa metode. Namun yang paling ideal adalah
penentuan menurut Rebeca Lancefield, meskipun saat ini tes ini sudah tidak praktis. Tes
Lancefield ini berdasarkan prinsip presipitasi. Dengan metode ini Streptococcus
haemolyticus dibagi menjadi grup A sampai O.

B.3. Tes Aglutinasi Latex


Dengan enzym, antigen karbohidrat spesifik diekstraksi dari dinding sel
streptococcus. Ekstraksi ini berguna untuk mencegah reaksi tak spesifik yang dapat
terjadi dengan komponen-komponen Streptococcus yang lain. Bila antigen yang bebas ini
dicampur dengan latex yang telah dilapisi antibodi yang spesifik, maka akan terjadi
aglutinasi.
Cara Kerja:
1. Dengan ose ambil koloni Streptococcus pada media.
2. Masukkan ke dalam tabung berisi 0,4 ml enzym untuk ekstraksi.
3. Diinkubasi 1 jam dalam suhu 56 C.
4. Masukkan dalam sentrifugasi sampai terjadi endapan dan supernatant
(extract).
5. Ambil supernatant dengan pipet.
6. Teteskan pada objek glass bertanda A,B,C,D,F, dan G.
7. Kemudian tambahkan latex yang dilapisi antibodi sesuai dengan tanda huruf.
8. Aduk dan dilebarkan diameternya.
9. Goyang dalam waktu 2 menit
10. Amati apakah terjadi aglutinasi

B.4. Bile Solubility Test


Pemeriksaan

ini

untuk

membedakan

Streptococcus

pneumoniae

dengan

Streptococcus lain. Prinsipnya koloni Streptococcus pneumnoniae akan cepat lisis dengan
penambahan empedu.
Cara Kerja:
1. Teteskan larutan sodium deoxycholate 10% pada koloni kuman sebanyak 1-2
tetes.
2. Biarkan sampai kering kurang lebih 5 menit.
3. Cawan petri tidak boleh bergerak/bergoyang.
4. Tes positif jika koloni mengalami lisis yang ditandai dengan perubahan koloni
menjadi datar karena lisis. Tes negatif jika koloni tetap utuh, tidak berubah.
B.5. Bile Esculin Test
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan Streptococcus grup D dari
Streptococcus yang lain. Prinsipnya Streptococcus grup D dapat tumbuh pada 4% bile
dan kemudian mengadakan hidrolisa esculin menjadi esculetin dan glukosa. Esculetin
menyebar dalam media agar dan bereaksi dengan ferri citrat mengadakan perubahan
warna menjadi hitam.
Cara Kerja:
1. Koloni ditanam pada media agar miring bile esculin dengan cara
menggoreskan tipis pada permukaan agar.
2. Inkubasi pada suhu 35 C selama 18-24 jam.
3. Amati apakah ada perubahan warna hitam yang berarti positif.

B.6. Optochin Test


Tujuan peperiksaan ini untuk membedakan Streptococcus pneumoniae dengan
Streptococcus yang lain. Pertumbuhan Streptococcus dapat dihambat oleh optochin.
Cara Kerja:
1. Goreskan koloni kuman pada media blood agar
2. Secara aseptik letakkan disk optochin di tengah goresan.
3. Cawan petri dibalik, kemudian diinkubasi pada suhu 35 C selama 18-24 jam
4. Tes positif bila ada zona hambat 14-16 mm.

BAB 7
KUMAN ANAEROB
A. Tinjauan Umum
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah O2. Bakteri
anaerob merupakan bakteri yang untuk proses pertumbuhannya tidak membutuhkan
kadar O2 atau hanya membutuhkan O2 namun dalam jumlah kecil.
Untuk diagnosa laboratorium mikrobiologi klinik, bakteri anaerob memerlukan
perlakuan yang berbeda bila disbanding dengan bakteri aerob, bahkan saat mulai
mengambil material specimen.
B. Pengambilan Spesimen
Seperti pada pengambilan specimen untuk pemeriksaan mikrobiologi yang lain, maka
sterilitas dan cara yang benar sangat diperlukan. Khusus bakteri anaerob pada umumnya
dengan cara aspirasi steril menggunakan spuit yang sudah dikeluarkan udara di dalamnya
serta ujung jarum ditutup dengan steril.
Cara-cara spesifik pengambilan specimen pada bakteri anaerob:
1. Infeksi pada paru : percutaneous transtracheal aspiration atau pungsi paru
2. Pleura

: thoracosynthesis

3. Traktus urinarius : pungsi supra pubis


4. Abses

: aspirasi dengan spuit

5. Genetalia femina : kuldoskopi


6. Uterus

: kateter kecil yang diaspirasi memakai spuit

7. Sinus para nasal

: menggunakan spuit dengan kateter plastik

Bila pada pengambilan spesimen secara aspirasi tidak memungkinkan maka


sebaiknya dilakukan usapan yang kemudian diletakkan di media Carry and Blair sebagai
medium transport.

C. Pemeriksaan Laboratorium
Pada praktikum ini dilakukan pengecatan terhadap beberapa kuman anaerob seperti
Clostridium tetanus, Bacillus sp, dsb. Pewarnaan khusus yang dipakai adalah pewarnaan
Schaeffer fulton
Pewarnaan Schaeffer Fulton (pewarnaan spora)
Bahan dan alat yang dipersiapkan :

idem diatas

Malachite green 5%

Air fuchsin

Aquadest

Cara kerja :
-

Dengan ose steril kita ambil material kuman yang telah dilarutkan dalam larutan
garam fisiologis, dan ratakan pada gelas obyek

Preparat dipanaskan dengan lampu spiritus

Genangi preparat dengan malachite green 5% sambil dipanasi sampai timbul


uap (jangan sampai mendidih), tunggu 5 menit

Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir

Genangi preparat dengan air fuchsin selama 1-8 menit

Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir, keringkan

Periksa dengan mikroskop

BAB 8
PEMERIKSAAN JAMUR
Pada mikologi klinik dikenal ada 3 tipe mikosis (penyakit oleh karena jamur).
A. Mikosis superfisial
Menyerang lapisan corneum dari kulit, kuku, dan rambut. Dari penyebabnya dapat
dibagi :
a. Dermatophyta
i.

Trichophyton

ii.

Microsporum

iii.

Epidermophyton

b. Non Dermatophyta
Exophiala, Scytalidium, Piedra, Aspergillus, Scopularopsis, dll.
B. Mikosis subcutis
Menyerang kulit, selaput lendir, dan jaringan subcutis. Contohnya Sporotrichum
schenkii, Rhimosporidium, Eumycophyta, dll.
D. Mikosis profunda
Menyerang organ dalam atau sistemik. Contohnya Histoplasma, Nocardia,
Aspergillus, Candida, dll.

Pemeriksaan Langsung

Melihat elemen jamur: a.l. Sel ragi, spora, blastospora, hifa panjang, pseudohifa,
hifa pendek.

Tergantung diagnosis dan letak lesi.

Bahan/spesimen berasal dari :

Kulit : kerokan papul, pustul, krusta, skuama (bercak merah, bintil, atap
gelembung berair atau sisik)

Kuku : kerokan berasal dari tepi kuku/ permukaan kuku/debris di bawah


kuku/bagian terjauh dari distal kuku

Rambut : rambut dicabut dan kerokan kulit pada lesi

Alat dan Bahan


Alat :

Pisau tumpul/ alat tumpul lainnya

Pinset, gunting, selotape, lidi kapas

Gelas objek, gelas penutup, api bunsen, mikroskop cahaya

Bahan :

Alkohol 70 %, larutan Nacl 0.09%

KOH 10 - 30 %, Larutan KOH-DMSO, atau larutan KOH - tinta parker


biru hitam, pewarnaan gram

Cara pengambilan spesimen

Kerokan dg scalpel tumpul, untuk kulit maka arahkan scalpel ke atas atau

Tempel tekan memakai selotip (pada anak-anak, skuama minimal atau


lokasi sulit) atau

Gulirkan dengan lidi kapas (lesi basah).

Untuk kuku gunakan pemotong kuku juga kerok debris di bawah kuku
atau lesi pada kuku.

Cara kerja

Pembuatan preparat : Letakan spesimen diatas gelas objek + KOH 20 %,


tutup atau selotape berskuama dilekatkan pada gelas objek yg telah ditetesi
KOH.

Biarkan selama 15 menit atau lewatkan diatas api, jangan sampai


mendidih.

Amati dg pembesaran rendah (100 x) kemudian (400 x) .

Pindahkan spesimen dari cawan petri ke gelas objek

Teteskan larutan KOH 20 % pada gelas objek

Tutup spesimen dengan gelas penutup

Anda mungkin juga menyukai