Anda di halaman 1dari 1

Pengalaman Komunikasi Non Verbal

Oleh Muhammad Ichsan, 1406620491

Saya pernah memiliki sebuah pengalaman mengenai komunikasi verbal. Saat itu, ketika saya masih
duduk di bangku kelas satu SMA, saya berencana untuk pergi bermain dengan teman-teman saya ke
Puncak. Hal ini pun berlangsung secara spontan dan tanpa direncanakan terlebih dahulu.
Setelah itu kami pun berkumpul di suatu tempat di dekat sekolah pada hari Sabtu pukul sebelas.
Ternyata ada satu orang teman kami yang belum dating. Kami pun menunggu cukup lama, dan dia tak
kunjung datang.
Setelah itu kami pun merasa kesal dan menghubungi orang itu.Ternyata setelah dihubungi, teman kami
yang bernama Riki tersebut sama sekali belum berangkat. Kami pun kesal dan menanyakan kepadanya
mengapa dia belum berangkat.
Ternyata telah terjadi suatu komunikasi yang tidak efektif, dimana saat saya menghubungi Riki lewat
telepon genggam, terdapat noise berupa suara berisik dari luar karena saya menghubungi dia di pinggir
jalan yang ramai dimana sebuah mobil tangki yang sangat berisik lewat. Hal ini menyebabkan pesan
yang diterima Riki tidak sesuai dengan apa yang saya maksudkan. Riki mengira bahwa waktu yang
ditentukan adalah hari Rabu sehingga dia tidak bersiap-siap sama sekali untuk pergi.
Saya pun bertanya kepada teman saya bernama Prana apakah kita tetap akan jadi pergi ke Puncak.
Prana pun menggunakan bahasa non verbal dengan menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak
setuju untuk pergi ke Puncak. Saya pun hanya bias menundukan kepala karena kecewa. Memang hari
sudah sore dan tidak mungkin untuk memaksakan pergi ke Puncak karena akan macet sekali.
Akhirnya, setelah kami kecewa karena Riki tidak jadi datang, kami pun pergi ke warteg terdekat. Sejak
saat itu kami pun memiliki sebuah kebencian khusus terhadap mobil tangki karena mengeluarkan suara
klakson yang sangat keras . Itulah pengalaman saya mengenai komunikasi non verbal.

Anda mungkin juga menyukai