LAPORAN AKHIR
A. LATAR BELAKANG
1. ESENSI
Secara mendasar esensi Perencanaan Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar dilakukan dengan berdasar pada
empat matra wilayah perencanaan, yaitu matra darat, matra laut, matra udara dan matra dibawah muka bumi. Secara
masing-masing ruang-ruang tersebut memiliki keterkaitan substansial terhadap kepentingan perencanaan penataan
ruang di wilayah Kota Makassar.
Bila di ruang DARAT kapasitas perencanaannya, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan pulau,
pesisir, dan dataran terhadap penataan ruang wilayah KotaMakassar, maka di ruang LAUT gagasan perencanaannya
mengatur dan mengakomodasi kepentingan ruang pesisir dan pulau-pulau kecil dalam satu kesatuan yang utuh dengan
perencanaan ruang darat. Sementara perencanaan di ruang UDARA, kapasitas pemanfaatan ruang frekuensi udara
menjadi satu bagian konkrit dari ruang perencanaan UDARA. Demikian halnya, dengan perencanaan ruang DIBAWAH
MUKA BUMI yang secara substansial mengatur dan mengakomodasi semua potensi ruang bawah tanah menjadi satu
bagian utuh dari perencanaan pemanfaatan ruang wilayah Kota Makassar.
Secara mendasar nilai-nilai kontekstual dari esensi perencanaan wilayah Kota Makassar mengacu dan berpedoman
pada kajian-kajian substansial sebagai berikut:
a) Isu-isu strategis dari lingkungan strategis kota dengan ruang-ruang sekitarnya (lokal, regional dan nasional);
Nilai-nilai strategis lokal, regional dan nasional yang dasar kepentingannya baik langsung maupun tidak langsung ikut
mempengaruhi dasar pertimbangan penyusunan Rencana Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota.
b) Pemeratan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi;
fakta ekonomi daerah yang menjadi dasar perhitungan dan penilaian kelayakan arah pertumbuhan dan
pengembangan daerah yang di rencanakan;
c) Aspirasi pembangunan masyarakat;
Mewadahi semua kepentingan pembangunan yang berbasis pada kebutuhan dan kepentingan riil masyarakat dan
daerah.
d) Daya dukung dan daya tampung lingkungan;
Kadar perencanaan terukur yang dibangun sesuai dengan asumsi-asumsi terinci dari kapasitas dan kapabilitas ruang
rencana yang dikembangkan.
e) RPJM/P Daerah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang Daerah);
Sinkronisasi perencanaan yang seirama dan seimbang dalam kausalitas penyusunan dokumen rencana antara
Dokumen Perencanaan Penataan Ruang Wilayah Kota dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang
Daerah.
II - 1
DRAFT
LAPORAN AKHIR
f) RTRW Tetangga.
Integrasi kepentingan yang terukur dan terencana dengan ruang-ruang sekitar yang ikut mempengaruhi dasar
penentuan kebijakan pembangunan daerah.
Esensi dasar dari nilai perencanaan diatas, khususnya yang berkaitan dengan telaah mendalam terhadap isu-isu
strategis yang berkembang di ruang perencanaan diurai sebagai berikut:
besar dari rencana penetepan Selat Makassar sebagai Alur Laut Kepulauan
Indonesia 2;
3) Positioning Makassar dalam kepentingan pengembangan wilayah di Indonesia Timur pada umumnya dan
Sulawesi pada khususnya.
II - 2
DRAFT
LAPORAN AKHIR
2. UMUM
Pembangunan kota merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara sinergis, efektif,
dan berkelanjutan. Dalam kebijaksanaan nasional, pembangunan kota ditekankan pada upaya mengoptimalkan target
pembangunan sektoral yang diintegrasikan dalam satu pembangunan terpadu. Untuk menciptakan keterpaduan
pembangunan sektoral dan kota, serta dalam mendukung usaha peningkatan keserasian dan keselarasan
pembangunan kota dengan pembangunan nasional secara bertahap dan berkesinambungan, maka diperlukan suatu
arahan dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan kota.
Arahan dan pedoman pembangunan tersebut mencakup arahan yang bersifat spasial dan aspasial, dengan maksud
agar pelaksanaan pembangunan yang dituju bisa berjalan secara serasi dan seimbang dalam nilai perencanaannya.
Berkaitan dengan hal tersebut penyusunan kembali Rencana Tata Ruang Kota Makassar juga dimaksudkan sebagai
satu cara untuk bagaimana mensinergikan kembali semua arahan-arahan perencanaan kotanya ke dalam satu
sinergisitas baru yang disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2010-2030.
Dalam mendesain tata ruang kota Makassar mengacu pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 sebagai ruang
wilayah yang meliputi matra darat, matra laut, matra udara, dan termasuk matra dibawah muka bumi. Disetiap matra
memilki kertekaitan atau hubungan yang bersifat simbiosis Mutualism dan konstruktif. Perencanaan tata ruang Makassar
secara filosofi akan dikembangkan menurut dasar perencanaan tata ruang yang sebenarnya dengan konsentrasi
perencanaannya akan mengacu pada pencapaian visi Kota Makassar, yaitu Kembali ke Kota Dunia dengan Kearifan
Lokal. Untuk itu, substansi dari maksud pencapaian visi ini selanjutnya akan menjadi dasar acuan utama dalam kaji
analisis yang dilakukan.
Secara garis besar dalam apresiasi perencanaan Kota Makassar dalam wujud rencana tata ruangnya tetap akan
menjadikan rujukan perencanaan diatasnya seperti Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi TA. 2006, Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Selatan TA 2009, dan Rencana Tata Ruang Metropolitan Mamminasata
sebagai referensi dalam penyusunan rencana tata ruangnya, dimana kemudian intisari dari semua perencanaan tersebut
akan menjadi ide awal koreksi bagi perencanaan penataan ruang wilayah Kota Makassar.
Dalam kondisi riil Kota Makassar saat ini hubungan antar matra dalam wilayah perencanaan Kota Makassar dapat dilihat
dari pembangunan kegiatan revitalisasi lapangan Karebosi (kawasan RTH) dimana matra darat tetap dipertahankan
sebagai ruang terbuka hijau dan pembangunan dilakukan secara terpadu sebagai satu kesatuan fungsi yang
mendukung pemanfaatan ruang diatasnya. Kedua matra tersebut merupakan salah satu contoh konkrit keterkaitan matra
yang sinergis dan memilki nilai positif ke arah tata ruang yang berkelanjutan. Selain itu, pengembangan Kampus Baru
Politeknik Ilmu Pelayaran di pesisir utara Kota Makassar dan Pembangunan Centerpoint Of Indonesia (COI) di jantung
Kota Makassar juga merupakan hubungan antar matra darat dan laut yang melahirkan gejala-gejala kemajuan kota ke
arah kota dunia. Sehingga dalam penataan ruang kota Makassar, pola-pola maupun fungsi-fungsi dari suatu ruang
kawasan harus mendapat perhatian dalam keterkaitan pemanfaatan pola ruangnya. Sehingga tujuan dari undangundang tersebut sebagai bola acuan dapat tercapai yaitu dengan terwujudnya kelangsungan hidup yang terpelihara.
Selain itu, Perencanaan RTRW Kota Makassar ini akan dilaksanakan dan disusun berdasarkan prosedur teknik maupun
administrasi penyusunan rencana tata ruang yang sebenarnya, yaitu UU No. 27 tahun 2007, UU No. 22 Tahun 2009, UU
No. 24 Tahun 2007, UU No. 32 Tahun 2007, UU No. 17 tahun 2008, dan UU No.11 Tahun 2008. Dengan mengacu dari
konstitusi yang ada, perencanaan tata ruang Kota Makassar akan lebih terkontrol dan terarah sehingga terwujud
kehidupan yang selaras dan seimbang antara manusia dengan lingkungannya.
II - 3
DRAFT
LAPORAN AKHIR
RPJP Nasional
RTRW Nasional
Rencana Rinci
RTR Pulau
RTR Kawasan Strategis Nasional
RPJM Nasional
RPJP Propinsi
RTRW Provinsi
RPJM Propinsi
RDTR Kabupaten
RTRW Kabupaten
RPJP
Kabupaten/Kota
RDTR Kota
RPJM
Kabupaten/Kota
RTRW Kota
Gambar 2.1 Kedudukan RTRW Makassar Terhadap Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional
Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No. 3/1994
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan penjabaran Rencana Tata
Ruang Propinsi ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang Kota, yang meliputi:
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistim perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan
kawasan perdesaan dan sistim jaringan prasarana wilayah kota;
Rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung kota dan kawasan budi daya kota;
Penetapan kawasan strategis kota;
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program utama jangka lima tahunan;
II - 4
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi ketentuan umum, peraturan zonasi,
ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.;
Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau
Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau;
rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan
sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai
pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
2. Prinsip Dasar Penyusunan RTRW
Beberapa prinsip dasar penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah adalah sebagai berikut:
a. Harus mempertimbangkan tiga aspek pokok, yaitu aspek strategis, aspek teknis dan aspek pengelolaan. Aspek
tersebut sangat menentukan di dalam menetapkan kebijaksanaan dasar pengembangan Kota/Kabupaten yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
b. Mempertimbangkan aspek strategis, yaitu kebijksanaan dasar penentu fungsi kawasan pengembagan fungsi
kegiatan yang merupakan penjabaran atau mengisi rencana-rencana pembangunan Nasional dan Daerah dalam
jangka panjang.
c. Mempertimbangkan aspek teknis, yaitu kebijaksanaan dasar yang ditujukan untuk membuat keserasian dan
mengoptimalkan pola tata ruang kota dengan menetapkan fungsi kawasan, sehingga dapat memisahkan antar
suatu fungsi dengan fungsi lainnya secara jelas.
d. Mempertimbangkan aspek pengelolaan pembangunan, meliputi kebijaksanaan dasar pembangunan dan
mempertimbangkan aspek hukum dan perundangan serta administrasi kota agar rencana dapat dilaksanakan
sesuai dengan prioritas serta pemerataan pembangunan.
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah harus selalu mempertimbangkan azas pemerataan, keseimbangan
pertumbuhan, serta kelestarian maupun hubungan antara kota dengan daerah
c. Pemanfaatan dan pengendalian pembangunan sarana dan prasarana wilayah Kota Makassar;
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah, serta keserasian antar
sektor;
2. Tujuan
Secara khusus, tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar 2030 adalah mewujudkan ruang wilayah Kota
Makassar sebagai kota tepian air kelas dunia yang didasari atas keunggulan dan keunikan lokal menuju kemandrian
II - 5
DRAFT
LAPORAN AKHIR
lokal dalam rangka persaingan global demi ketahanan nasional dan wawasan nusantara yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan
Secara umum, tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar adalah menyusun satu dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota yang lengkap agar dapat dimanfaatkan:
1.
2.
3.
Sebagai pedoman dasar perencanaan yang diharapkan mampu menjawab masalah-masalah Tuntutan
Pembangunan dan Tuntutan Lingkungan Global serta rumusan maupun kebijaksanaan yang dibutuhkan di
masa mendatang (prospektus ruang);
4.
Sebagai pedoman dasar perencanaan yang diharapkan bisa menjadi pegangan untuk bagaimana membangun
dan menjadikan Makassar berdiri dan berkembang sesuai dengan ciri keunikan dan keunggulan lokalnya,
dengan tetap berbasis pada peruntukan dan kepentingan Hak-Hak Dasar Masyarakat;
5.
Sebagai pedoman dasar perencanaan pembangunan kota yang secara konsep desain rencana disusun
berdasarkan Filosofi Rencana Tata Ruang yang Sehat, Tata Ruang Untuk Rakyat, dan Tata Ruang Terkendali;
6.
Sebagai kebijakan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam wilayah Makassar dan sekitarnya sesuai
dengan dasar kondisi wilayahnya yang berazaskan kepada pembangunan berkelanjutan (sustainable
development);
7.
Sebagai wadah keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah/kawasan di dalam
dan di luar wilayah Makassar serta keserasian antarsektor pembangunan;
8.
Sebagai wadah perencanaan yang bertujuan meningkatkan peran dan fungsi Makassar tidak hanya sebagai
satu Kota, tetapi lebih jauh dari itu perannya ingin ditingkatkan secara lebih besar menjadi satu kota dengan
representasi sebagai Ruang Keluarga Indonesia Timur;
9.
Sebagai refleksi dalam perencanaan MAMMINASATA khususnya untuk Kota Makassar dan tingkat
keterhubungannya baik secara spasial maupun aspasial dengan wilayah-wilayah MAMMINASATA lainnya;
10. Sebagai bahan informasi dalam penetapan investasi yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia
usaha/swasta; dan
11. Sebagai acuan/referensi dalam perumusan program pembangunan baik yang menyangkut sumber pembiayaan,
pentahapan atau pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
Selain tujuan tersebut diatas, beberapa tujuan lain Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar adalah:
1. Terselenggaranya dan terwujudnya penataan dan pemanfaatan ruang Kota Makassar dan sekitarnya yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;
2. Terwujudnya pemanfaatan ruang wilayah Kota Makassar dan sekitarnya yang lebih berkualitas serta berdaya
guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan lestari/berkelanjutan;
3. Terwujudnya kemudahan untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila; dan
4. Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
3. Sasaran
Untuk mencapai tujuan diatas, secara rinci sasaran RTRW Kota Makassar yang ingin dicapai :
Memantapkan sistim perencanaan tata ruang yang bersifat umum ke khusus yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), RTRW Pulau, RTRW Propinsi, dan RTRW Kota/Kabupaten. RTRW Nasional menjadi acuan
II - 6
DRAFT
LAPORAN AKHIR
dalam penyusunan RTRW Pulau (RTRW Pulau merupakan instrumen operasional RTRWN. RTRW Pulau
menjadi pedoman penyusunan RTRW Propinsi yang kemudian dipedomani lebih lanjut RTRW Kabupaten/Kota.
Bagan sistim perencanaan tata ruang tersaji dalam Gambar 2-2.
Mengelola sistim pengaturan zonasi (zoning regulations) yang berperan sebagai instrument pelaksanaan
rencana tata ruang dan memuat aturan-aturan spesifik keruangan yang mengikat untuk setiap kawasan dengan
fungsi tertentu dalam suatu wilayah perencanaan. Sistim zonasi diharapkan nantinya dapat diarahkan ke
pemanfaatan ruang yang kompak dan integratif yang lebih ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan di
segala bidang.
Dalam memperkuat pengendalian pemanfaatan ruang, maka perlu diterapkan peraturan zonasi, pemberian
insentif dan diinsentif serta pengenaan sanksi terhadap pelanggaran tata ruang yang dikenakan tidak hanya
kepada pemberi izin pemanfaatan ruang tetapi juga kepada penerima izin.
Mempertegas dan memperjelas kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah
kabupaten/kota. Ini dimaksudkan agar dalam pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang dapat terwujud harmonisasi dan saling melengkapi antara pemerintah pusat, propinsi dan
kabupaten/kota.
Memberikan arahan penegasan muatan rencana tata ruang yang meliputi perkembangan lingkungan strategis,
pemerataan dan keselarasan pembangunan antara pusat (nasional) dengan daerah-daerah dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan masing-masing daerah.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penurunan kualitas ruang yang ada dan tidak terjadi pemborosan
pemanfaatan ruang;
Memantapkan pengelolaan kawasan yang tidak hanya terbatas pada kawasan lindung dan budidaya tetapi
diperluas pada kawasan metropolitan dan kawasan strategis nasional dan kota. Ini dimaksudkan agar tercipta
kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah pada fungsi kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata
ruang wilayah, sehingga tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan;
Memantapkan kepastian hukum dan akuntabilitas dalam pelaksanaan penataan ruang setelah perencanaan
RTRW kota ini dibuat. Hal ini berarti pelaksanaan penataan ruang telah dilindungi oleh hukum dan peraturan
perundang-undangan maupun peraturan daerah;
Memberikan arahan penataan ruang yang berdasarkan sistim wilayah dan sistim internal perkotaan termasuk
didalamnya fungsi utama kawasan, wilayah administrasi, kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan. Berikut
II - 7
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Dalam penataan ruang wilayah kota sesuai dengan amanah UU, ruang terbuka hijau (RTH) dialokasikan
sebesar 30% dari luas wilayah kota. Hal ini berarti penataan ruang wilayah kota tidak hanya untuk keperluan
ekonomi (produktif) dan estetis tetapi juga aspek kenyamanan dan bioekologis (RTH sebagai pengatur sirkulasi
udara dan air secara alami). Berikut ini tipologi ruang terbuka hijau sebagai dasar dalam perencanaan struktur
RTH dimulai dari aspek fisik sampai aspek kepemilikan (Gambar 2.4)
Untuk mencapai tujuan dan sasaran di atas, maka RTRW Kota Makassar harus dapat memperhatikan hal-hal berikut
ini:
1. Mengkaji dan menganalisis konsep pengembangan Mamminasata dengan melihat peranan Kota Makassar
sebagai entry point dalam mencapai sinergitas wilayah antar kabupaten/kota guna mewujudkan pemerataan
II - 8
DRAFT
LAPORAN AKHIR
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bagi kota Makassar khususnya dan region MAMMINASATA secara
luas;
2. Mengkaji dan menganalisis permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh Kota Makassar yang ditinjau dari
aspek-aspek kependudukan, perekonomian, daya dukung dan daya tampung lingkungan, struktur tata ruang,
pemilikan, peruntukan dan penggunaan lahan;
3. Menyusun konsep pengembangan dan pembangunan tata ruang wilayah berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Kota Makassar;
4. Menyusun konsep perencanaan pembangunan Kota Makassar melalui matra perencanaan (darat, laut, udara
dan dibawah bumi) dengan mengidentifikasi potensi dan karakter yang dimiliki kawasan yang direncanakan.
Matra perencanaan ini perlu dan penting untuk diidentifikasi secara baik dengan urutan pencitraan kawasan
yang lebih spesifik berdasarkan kebutuhan dan kepentingan perencanaan pemanfaatan ruang dan wilayah Kota
Makassar, sebagai berikut:
Matra Darat Ruang Perencanaan Kota Makassar (dicirikan dengan karakterik ruang daratnya dengan
ukuran, fungsi dan karakter yang mengikutinya) berupa:
a. Wilayah Manfaat Ruang Pulau, terakumulasi data dan
informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
o
Jumlah Pulau
Geomorfologi
(land,
marine,
dan
geomorfik
processes)
o
Hidrogeologi
dan Sekitarnya
Parameter Perairan (marine process, dinamika pantai (ombak, gelombang, dan arus)
Berpenghuni/Tidak Berpenghuni
Jenis Kegiatan/Pekerjaan
Karakteristik Lokal
Sensor Sosial Budaya (tatanan sosial, hukum dan tata adat tata krama, dan kearifan lokal)
b. Wilayah Manfaat Ruang Pesisir, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
o
Bentuk Pesisir (daratan alluvial, perbukitan sisa, permukaan planasi, dan daratan alluvial)
Topografi Pesisir
II - 9
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Sensor Sosial Budaya (struktur sosial masyarakat (patron-client), hukum adat, tata krama, dan
kearifan lokal)
c. Wilayah Manfaat Ruang Dataran, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
Topografi
Hidrogeologi
Fisik Lahan (spasial Information, multi spasial, multi temporal, multi spektral)
Sensor Sosial Budaya (tatanan sosial, hukum dan tata adat, tata krama, dan kearifan lokal)
Matra Air Ruang Perencanaan Kota Makassar (dicirikan dengan karakterik tipologi Perairannya yang terbagi
dalam Ukuran, Fungsi dan Karakter yang mengikutinya, tersebar dalam ruang manfaat sebagai berikut: laut,
sungai perairan delta, hutan mangrove, rawa-rawa, dataran banjir, lebak-lebung, muara sungai, embung, situ
dan bendungan) diurai dalam asumsi perencanaannya sebagai berikut:
a. Wilayah Manfaat Ruang Laut, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
o
Geosistim Laut
Keunikan Perairan
b. Wilayah Manfaat Ruang Sungai, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
o
Panjang Sungai
II - 10
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Proses Input dan Output Sungai (alami/buatan, aliran, sedimen, evapotranspirasi process)
Surface Storage
Surface Runoff
SubSurface Runoff
Overland Flow
Sensor Sosial ekonomi - Budaya masyarakat terhadap sungai (tatanan sosial, hukum dan tata adat,
tata krama, dan kearifan lokal)
c. Wilayah Manfaat Ruang Mangrove, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
o
Jenis Mangrove (brambang, cemara laut, jeruju, waru laut, kalimuntung, nipah, dan nibung)
Spesifikasi Ekosistim
Kesesuaian Lahan
d. Wilayah Manfaat Ruang Rawa, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
o
Spesifikasi Rawa
e. Manfaat Ruang Dataran Banjir, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
o
Proses Input dan Output Sungai (alami/buatan, aliran, sedimen, evapotranspirasi process)
II - 11
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Surface Storage
Surface Runoff
SubSurface Runoff
Overland Flow
Sensor Sosial - ekonomi - Budaya masyarakat terhadap sungai (tatanan sosial, hukum dan tata adat,
tata krama, dan kearifan lokal)
f.
Wilayah Manfaat Ruang Muara Sungai, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai
berikut:
o
Proses Input dan Output Sungai (alami/buatan, aliran, sedimen, evapotranspirasi process)
Surface Storage
Surface Runoff
SubSurface Runoff
Overland Flow
Sensor Sosial ekonomi - Budaya masyarakat terhadap sungai (tatanan sosial, hukum dan tata adat,
tata krama, dan kearifan lokal)
g. Wilayah Manfaat Ruang Embung dan Situ, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai
berikut:
o
Ukuran (size)
Sebaran geografi
Surface Storage
Surface Runoff
SubSurface Runoff
Overland Flow
Sensor Sosial ekonomi - Budaya masyarakat terhadap sungai (tatanan sosial, hukum dan tata adat,
tata krama, dan kearifan lokal)
Matra Udara Ruang Perencanaan Kota Makassar (penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan ruang
udara yang berwujud konsolidasi pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, ruang udara dan sumber daya
lainnya sebagai satu kesatuan, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
Pemanfaatan dan Fungsi Ruang Udara (ruang terbatas, ruang bebas, berbahaya dll)
Matra Dibawah Muka Bumi Ruang Perencanaan Kota Makassar (penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan ruang dibawah bumi berwujud konsolidasi pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, ruang
II - 12
DRAFT
LAPORAN AKHIR
udara dan sumber daya alam yang terdapat dibawah bumi sebagai satu kesatuan, terakumulasi data dan
informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:
o
Luasan
Proses identifikasi wilayah bertujuan untuk mengurai semua potensi dan manfaat yang dimiliki oleh kota yang
didasarkan pada keunikan dan keunggulan lokalnya. Identifikasi ini dapat menjadi base point bagi penyelenggara
dan pelaksana (pemerintah, masyarakat, swasta) penataan ruang kota dalam mengatur dan memilah kebutuhan
perencanaannya secara lebih terinci dan terukur. Potensi dan manfaat yang tersebar di 14 ruang kecamatan serta
semangat kebersamaan yang menjangkau matra daratan hingga matra laut telah mampu memberikan ruang yang
cukup besar dan potensial bagi Kota Makassar, dalam merencanakan pembangunan dan pengembangan wilayah
kota yang lebih baik dan lebih propektus.
Perpaduan dan konektivitas 4 matra menjadi jawaban dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang
mengemuka di ruang rencana. Perpaduan yang apik dan konektivitas yang utuh merupakan beban tugas dan
tanggung jawab yang diemban oleh dinas/masyarakat yang menjadi bagian dari satu atmosfir rencana. Struktur dan
pola-pola ruang menjadi semakin jelas dan kaitannya terhadap kesempatan dalam menangkap peluang dan
mengengineeringkan ruang menjadi semakin lebih komprehensif atas semua usaha-usaha mengoptimalkan
pemanfaatan ruang baik yang ada di darat maupun yang ada di ruang perairan Kota Makassar.
Berikut ini peta tutupan lahan wilayah Kota Makassar, yang secara akumulatif merupakan wilayah yang sangat
potensil dan memungkinkan menjadi daerah yang berkembang dan maju di Kawasan Indonesia Timur (Gambar 2.8).
Secara spesifik, dilihat dari visi dan tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka SASARAN yang hendak
dicapai dari tersusunnya RTRW Kota Makassar adalah sebagai berikut :
II - 13
DRAFT
LAPORAN AKHIR
a. Menyusun suatu Pedoman Baku untuk mewujudkan pembangunan suatu kota yang :
Lebih Teratur dan Tersistim Baik
Sesuai Kebutuhan
Memiliki karakter Makassar yang kuat
Lengkap, Transparan dan Profesional
Visioner
b. Mewujudkan atmosfir Kota Makassar yang memberikan Kepastian dan Ketenangan berusaha bagi Investor
c. Mewujudkan sebuah Kota Makassar yang sexy, Berdaya Tarik Fungsi, merangsang gairah investasi untuk
mempercepat Pembangunan Kota
d. Mewujudkan suatu Komunitas Kawasan Kota dengan basis ekonomi yang jelas, kuat, berkembang dan
organis, responsif akan bentuk Belt Ekonomi Rakyat sebagai Struktur kekuatan pertumbuhan ekonomi
Kota Makassar dalam merebut posisi penting pada skala global
e. Memberi arahan pengembangan sistim pusat permukiman kota.
f. Memberi arahan pengembangan sistim prasarana wilayah yang meliputi prasarana transportasi, telekomunikasi,
dan energi.
g. Memberi arahan pengembangan kawasan yang perlu diprioritaskan pengembangannya selama jangka waktu
rencana.
h. Menetapkan kebijaksanaan tata guna tanah, tata guna air, dan tata guna sumberdaya alam lainnya.
i. Menetapkan kebijaksanaan penunjang penataan ruang untuk mewujudkan rencana umum tata ruang yang
direncanakan.
Adapun yang menjadi tema dan dasar pertimbangan dalam penyusunan RTRW Makassar ini adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam Visi Kota Makassar, yaitu Kembali ke Kota Dunia dengan Kearifan Lokal
Telaah lebih lanjut dari tujuan penyusunan laporan ini secara filosofis menunjukkan bahwa konsep desain RTRW
Kota Makassar lebih diarahkan kepada rencana Tata Ruang yang Sehat, Tata Ruang Untuk Rakyat, dan Tata
Ruang Terkendali.
(budaya), kawasan pariwisata pulau terpadu, kawasan pengembangan koridor pantai & sungai (maritim).
II - 14
DRAFT
LAPORAN AKHIR
b. Memperkokoh ATMOSFIR tata ruang yang berciri (DIFFERENTIATION) makassar yang kuat
Mendorong percepatan pembukaan, pengembangan dan pengendalian ruang - ruang tepian air dan pulaupulau dalam suatu sistim Integrated Coastal Zone Management (ICZM) berbasis mitigasi dan adaptasi yang
diatur dalam sistim COASTAL CODE Kota Makassar (maritim) sebagai WAJAH;
Merevitalisasi dan mengintegrasikan semua situs peninggalan sejarah lokal, nasional, nusantara dan global
dalam suatu sistim yang terakumulasi, SEQUENCE dan TURISTIK sebagai WARNA dari atmosfir tata
ruang wilayah kota makassar 2030 (sejarah & budaya);
Mengembangkan dan menyebarkan sentra-sentra KULINER MAKASSAR secara terpadu yang melibatkan
orang makassar sebagai pelaku-pelaku ekonomi utama sebagai AROMA dari atmosfir tata ruang wilayah
Kota Makassar 2030;
Menetapkan kawasan khusus yang harus mengakomodasi ARSITEKTUR LOKAL dalam tingkatan gradasi
penerapan sebagai IRAMA dari atmosfir tata ruang wilayah Kota Makassar 2030.
c. Memprioritaskan mitigasi dan adaptasi lingkungan pesisir dan sungai
MeRESHAPING pantai kota
reklamasi pantai yang terencana, terkendali dan terbatas sesuai dengan prosedur peraturan perundangundangan yang berlaku sebagai usaha mitigasi dan adaptasi pesisir. (mitigasi sedimentasi & abrasi serta
tsunami);
Menetapkan STANDAR LEVELING PESISIR dengan membangun BENCHMARK MITIGASI pada semua
kawasan koridor pantai dan sungai. (mitigasi dan adaptasi SEA LEVEL RISE dan banjir sungai);
Mengembangkan sistim jaringan prasarana DRAINASE TANGKAP di sepanjang pesisir pantai dan sungai
(mitigasi pencemaran);
Mengembangkan ruang-ruang
terpadu dengan RTH KONSERVASI DAS dan KONSERVASI MANGROVE PANTAI yang PRODUKTIF
dan TURISTIK"
d. Mengembangkan fungsi TEMATIK ruang yang berdaya saing tinggi berstandar global
TROPICAL RIVERPARK ECOTOURISM yang merupakan ICON-ICON wisata yang paling diminati didunia
saat ini, sebagai kawasan TRIGGER ekonomi berbasiis ecotourism.
e. Menyebar pusat-pusat kegiatan perkotaan yang tematik dan terpadu (COMPACT CITY)
Mengembangkan kawasan-kawasan TEMATIK berdasarkan karakteristik daya dukung, daya tampung, daya
tumbuh dan daya saing yang terpadu dan terakumulasi ,baik antar kawasan dalam ruang wilayah kota
,maupun terpadu dalam kawasan dengan fungsi permukiman yang sesuai serta fungsi-fungsi pendukung
lainnya dalam membentuk kawasan-kawasan yang ANATOMIS , OTONOMIS dan PROFESIONAL serta
PROSPEKTIF yang tersebar merata dalam suatu bentuk COMPACT CITY yang THEMATIC berkarakter
MAKASSAR
Mengembangkan dan meningkatkan jangkauan pelayanan sistim jaringan prasarana yang terpadu antar
kawasan dan sistim jaringan prasarana yang terpadu dalam kawasan dengan standar global.
II - 15
DRAFT
LAPORAN AKHIR
II - 16
DRAFT
LAPORAN AKHIR
a. Peningkataan akses perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah secara merata dan hierarkis.
Menjaga interkoneksi antar kawasan perkotaan, dan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;
Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum terlayani oleh pusat
pertumbuhan eksisting;
Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam
mendorong pengembangan wilayah sekitarnya.
Mendorong pengembangan pusat-pusat kawasan pertumbuhan ekonomi agar lebih produktif dan aktif
sehingga dapat bersaing dalam skala global.
Mengembangkan SENTRA-SENTRA PRIMER baru di UTARA, TIMUR, BARAT & SELATAN Kawasan Pusat
Kota.
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, dan
energi secara terpadu dan merata di seluruh wilayah Kota Makassar, yang meliputi:
Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut
dan udara;
Meningkatkan jaringan energi dengan sistem kemandirian energi area mikro, serta mewujudkan keterpaduan
sistem penyediaan tenaga listrik;
Mengembangkan dan menyempurnakan KESEIMBANGAN Sistem Transportasi antara KORIDOR UTARASELATAN dan KORIDOR TIMUR-BARAT serta pengembangan kemungkinan KORIDOR ALTERNATIF
DIAGONAL kota.
Mengembangkan SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL dengan moda BUS sebagai moda angkutan utama
antar sistim pusat-pusat kegiatan ke 12 Kawasan Terpadu, moda PETE-PETE sebagai FEEDER dari bagianbagian ruang kawasan, dan moda BECAK sebagai moda angkutan masyarakat antar lingkungan Kawasan
serta pengembangan terhadap kemungkinan-kemungkinan kelayakan MODA TRANSPORTASI KHUSUS
diantarannya MONORAIL..
II - 17
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, laut maupun udara, dan ruang bawah muka bumi;
Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas minimal 30% dari luas
pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan
Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan
kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.
2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Strategi yang digunakan meliputi:
Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang
ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya;
Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
dibuang ke dalamnya;
Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan
sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan penerasi
masa kini dan generasi masa depan;
Mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk
revitalisasi fungsi sistem ekologi lokal serta pembangunan sumberdaya baru untuk penghasilan dan
pelestarian lingkungan;
Mengelola sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan
Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.
II - 18
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan
mewujudkan pengembangan ekonomi setempat;
Mendukung kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia atau landasan kontinental untuk
meningkatkan perekonomian nasional;
2) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
Strategi yang digunakan meliputi:
Membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi
kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.
Menumbuhkembangkan fisik pusat kota dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan
kompak, asri dan lestari seperti kota taman;
Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas minimal 30% dari luas kawasan perkotaan;
Mengembangkan kegiatan budidaya kelautan yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.
Tanpa MENGUSUR
2.
BERGULIR
3.
MUTUALISTIS
4.
MIX USE
5.
3 in 1
II - 19
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Merevitalisasi KAWASAN PANTAI LOSARI secara terpadu dengan mereklamasi terbatas ruang pantai
hanya untuk RUANG PUBLIK.
Membatasi Pembangunan pada RUANG
Golden Hotel (MGH) dengan membuat JALAN ARTERI PEMBATAS sampai ke depan BENTENG
JUMPANDANG sekaligus memecahkan masalah kemacetan akibat BOTTLE NECK pada daerah sekitar
MGH dan Memperkuat eksistensi BENTENG JUMPANDANG.
Menata SISTEM DRAINASE Kawasan Pesisir PANTAI MAKASSAR dengan pembuatan SALURAN
TANGKAP sepanjang Pantai yang dilengkapi dengan SISTEM INSTALASI PENGELOHAN LIMBAH.
Mengembangkan SISTEM INTERKONEKSI antara Jaringan Transportasi
Darat
dan
jaringan
Transportasi Air serta Jaringan Pedestrian secara terpadu dengan sistem transportasi Makro.
Mendukung Pembangunan kawasan Highrise Building yang sudah terencana dengan standar Global
seperti pada Kawasan Kompleks Apartemen Marbella Makassar.
2.
3.
II - 20
DRAFT
LAPORAN AKHIR
4.
5.
7.
II - 21
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Mendorong pembangunan sentra sentra Bisnis, Permukiman, Rekreasi dan Pusat Kegiatan sektor
Informal didalam mendukung fungsi utama kawasan.
8.
9.
II - 22
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Mendorong tumbuhnya sentra-sentra Bisnis Olahraga, Kegiatan Wisata air & darat, Ruang-ruang
permukiman ber atmosfir resort sebagai kegiatan kegiatan pendukung dan pelengkap dari Fungsi
utama kawasan.
Mengembangkan RTH dengan tingkat green cover minimum 50% sebagai upaya untuk mengeleminir
kecepatan angin yang berlebih serta upaya untuk menurunkan tempratur lingkungan dalam rangka
mendukung tuntutan ATMOSFIR Kawasan.
11. Pengembangan KAWASAN BISNIS DAN PARAWISATA TERPADU
Strategi yang dilakukan adalah:
Mendorong kelanjutan pembangunan KOTA BARU TANJUNG BUNGA sesuai dengan MASTERPLAN
yang telah di sahkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan penetapan
KOMPOSISI yang seimbang antara Kawasan BISNIS, WISATA dan PERMUKIMAN.
Mengembangkan Fungsi JALAN METRO yang merupakan FASUM dari Kawasan ini sebagai JALAN
LINGKAR KOTA yang sangat strategis dan penting yang menghubungkan Kawasan Pusat Kota dengan
Kawasan Barat dan Selatan Kota.
Mengembangkan Kawasan DANAU TANJUNG BUNGA menjadi KAWASAN WISATA PUBLIK dan
Kawasan Olahraga Air berstandar Internasional serta menjadi Kawasan PUSAT JAJAN DAN MAKANAN
UNGGULAN MAKASSAR di sepanjang kedua pesisir danau dengan atmosfir yang berwawasan
Lingkungan.
Mendukung kegiatan Re-Shaping Terencana Bentuk Pesisir Pantai Tanjung Bunga melalui kegiatan
reklamasi dari deposit pasir hasil sendimentasi alam dalam upaya me MITIGASI pesisir pantai Tanjung
Bunga terhadap Bencana dan memanfaatkannya menjadi Kawasan WATERFRONT CITY dengan
standar dan style Internasional pada Kawasan sekitar Muara Pembuangan Danau Tanjung Bunga (Ex
Sungai Balang Beru)
Mengembangkan Kawasan Riverside Sungai Jeneberang sebelah Barat Rubber Dam sebagai jalur
TRANSPORTASI AIR Kota dan kawasan sebelah timur Rubber dam sebagai kawasan Wisata air
bergerak.
Mengembangkan RTH dengan tingkat green cover minimum 50 % untuk mewujudkan kenyamanan
lingkungan yang baik dan asri diseluruh kawasan ini.
Mendorong pembangunan sentra-sentra bisnis baru, kegiatan wisata yang lengkap dan spesifik serta
unik dan permukiman-permukiman bernuansa resort dengan standar dan style Internasional.
12. Pengembangan KAWASAN BISNIS GLOBAL TERPADU
Strategi yang dilakukan adalah:
Mengembangkan KAWASAN TANAH TUMBUH yang merupakan tanah kosong milik negara sebagai
Pusat BISNIS berstandar GLOBAL yang terpadu dan menjadi WAJAH INTERNASIONAL Kota Makassar.
Mengembangkan pembangunan Kawasan dengan KLB tinggi dan KDB rendah dengan pola pemanfaatan
ruang standar Internasional dalam upaya mewujudkan misi Kawasan sebagai WAJAH MASA DEPAN
Kota Makassar.
Mendorong percepatan Pembangunan Celebes Convention Center .
Mengembangkan pembangunan sistim jaringan jalan baru yang terpadu pada kawasan ini.
Mempercepat kegiatan Re - Shaping bentuk pesisir pantai Kawasan Tanah Tumbuh dan sekitarnya
dengan jalan mereklamasi Kawasan sekitar Tanah tumbuh dari deposit pasir hasil sendimentasi alam
II - 23
DRAFT
LAPORAN AKHIR
berdasarkan kaidah-kaidah lingkungan sebagai usaha untuk memenuhi KEBUTUHAN MITIGASI pantai
Tanah Tumbuh dan Pantai Losari dan memanfaatkan ruang hasil reklamasi secara TERENCANA dan
PRODUKTIF sesuai dengan Fungsi Utama Kawasan.
Mendorong Percepatan dan Keberlajutan pembangunan RUSUN di Mariso sebagai usaha untuk
meremajakan Kawasan Kumuh yang ada di sekitar Kawasan ini.
Mengembangkan RTH di keseluran kawasan dengan tingkat greencover minimum 60%.
E. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan
a. Wilayah Daratan Makassar
Salah satu metode yang dapat dijadikan acuan dalam pencarian data mengenai efektifitas pemanfaatan lahan
dalam kota adalah dengan melakukan penelitian secara visual atas keseluruhan area kota melalui pengamatan
foto udara yang disertai dengan backup survey lokasi guna mendapatkan data yang lebih jelas dan akurat. Dari
proses tersebut dapat dilihat intensitas Penutupan lahan (land covering), yaitu jenis persebaran vegetasi atau
bangunan yang dapat menutupi lahan pada suatu kawasan tertentu. Jenis dan variasi penutupan lahan dapat
dipergunakan untuk menghitung neraca sumberdaya lahan dan daya dukung lingkungan serta dapat dipakai
untuk mengetahui tingkat intensitas pemanfaatan lahan dalam suatu kawasan.
Dari fakta di lapangan terlihat bahwa pada wilayah perkotaan seperti Kota Makassar sudah jarang terdapat lahan
kosong milik negara atau lahan-lahan mentah lainnya. Maka akan lebih mengena jika lahan yang ada
dikategorikan berdasarkan kriteria-kriteria yang mengarah pada trend dan visualisasi psikologis dari area-area
yang ada dan membaginya dalam bentuk tipologi kawasan, dibanding metode tradisional yang hanya
mengandalkan pengkategorian pada visual lahan yang masih kosong, ada vegetasi, atau terbangun.
Jadi, bila dilihat berdasarkan keadaan litologi, topografi, jenis tanah, iklim dan vegetasi yang ada, Kota Makassar
direkomendasikan sebagian besar untuk kawasan pengembangan budidaya karena tidak ada syarat yang
memenuhi sebagai kawasan lindung.
Mencermati pembagian lahan dalam wilayah Makassar dibagi dengan peruntukan kawasan sebagai berikut:
Kawasan Terbangun
8.732,79 ha
8.703,67 ha
Total
17.436,46 ha
Kawasan Terbangun menurut perkembangannya adalah kawasan yang secara fisik telah memiliki peran dan
fungsi dan sudah terbangun fisiknya dan kondisinya relatif masih baik. Pada umumnya kawasan ini merupakan
hasil dari perencanaan kota yang cukup matang, sehingga perencanaan sarana dan prasarana cukup memadai.
Kawasan Tidak Terbangun menurut perkembangannya adalah kawasan yang secara ruang belum mengalami
perubahan, dan hak kepemilikannya oleh pribadi maupun publik. Pada umumnya kawasan ini belum mengalami
perubahan secara fungsi, sehingga dalam pengembangannya dibutuhkan arahan dan kebijakan yang tidak
mengubah fungsi kawasan secara menyeluruh.
Bila dilihat dari intensitas land covering masing-masing wilayah dalam kota. Secara visual masing-masing
menunjukkan perbedaan dalam variasi penutupan lahannya. Bagian terbesar dan cukup menentukan perbedaan
tersebut salah satunya datang dari pola dan gaya aktivitas orang yang berada didalamnya. Sejauhmana lahan
yang tersedia dan seberapa besar orang yang berada didalamnya sejauh itu pula gaya aktivitas orang yang
berada didalamnya akan ikut terpengaruh dan terpola.
Berikut ini persentasi luas wilayah masing-masing kelurahan dalam wilayah kecamatan dan kota secara
keseluruhan (14 wilayah kecamatan dan 143 kelurahan; 3 kelurahan yang berada di wilayah kepulauan.
II - 24
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Tabel 2-1 Luas Wilayah Kecamatan dan Kelurahan Kota Makassar, Tahun 2009
No.
Kecamatan
01 Mariso
No.
Kelurahan
01 Bonto Marannu
02 Mattoanging
03 Mariso
04 Lette
05 Panambungan
06 KunjungMae
07 Tamarunang
08 Kampung Buyang
09 Mario
Sub Total 01
No.
Kecamatan
02 Mamajang
No.
No.
No.
Kelurahan
No.
Kelurahan
01 Gunung Sari
02 Rappocini
03 Karunrung
04 Banta'Bantaeng
05 Ballaparang
06 Tidung
07 Kassi-Kassi
08 Mappala
09 Buakana
10 Bonto Makkio
Sub Total 04
Kecamatan
05 Makassar
No.
01 Barombong
02 Mancini Sombala
03 Jongaya
04 Mangasa
05 Manuruki
06 Tanjung Mardeka
07 Balang Baru
08 Parang Tambung
09 Pa'Baeng-Baeng
10 Bungaya
Sub Total 03
Kecamatan
04 Rappocini
Kelurahan
01 Sambung Jawa
02 Parang
03 Mamajang Dalam
04 Maricaya Selatan
05 Mamajang Luar
06 Tamparang Keke
07 Baji Mappakasunggu
08 Karang Anyer
09 Bonto Lebang
10 Pa'Batang
11 Mandala
12 Bonto Biraeng
13 Labuang Baji
Sub Total 02
Kecamatan
03 Tamalate
No.
No.
Kelurahan
01 Maricaya
02 Bara-Baraya
03 Maradekaya
04 Lariang Bangi
05 Maccini
06 Maricaya Baru
07 Bara-Baraya Utara
08 Bara-Baraya Timur
09 Bara-Baraya Selatan
10 Maradekaya Utara
11 Maradekaya Selatan
12 Barana
13 Maccini Parang
14 Maccini Selatan
Sub Total 05
0,17
0,05
0,11
0,05
0,07
0,03
0,09
0,11
0,07
0,06
0,05
0,36
0,06
1,28
4,18
1,16
0,29
1,15
0,88
1,92
0,67
0,79
0,30
0,16
11,50
1,31
0,20
0,86
0,72
0,34
0,51
0,47
0,28
0,44
0,11
5,25
0,36
0,11
0,03
0,15
0,02
0,19
0,07
0,08
0,09
0,02
0,13
0,09
0,09
0,02
1,43
II - 25
DRAFT
LAPORAN AKHIR
No.
Kecamatan
No.
Kelurahan
06 Ujung Pandang
01 Lae-Lae
02 Losari
03 Mangkura
04 Pisang Selatan
05 Lajangiru
06 Sawerigading
07 Maloku
08 Bulugading
09 Baru
10 Pisang Utara
Sub Total 06
No.
Kecamatan
07 Wajo
No.
No.
No.
Kelurahan
No.
Kelurahan
01 Kodingareng
02 Barrang Caddi
03 Barrang Lompo
04 Ujung Tanah
05 Tabaringan
06 Gusung
07 Pattingalloang
08 Cambaya
09 Tomalabba
10 Totaka
11 Pattingalloang Baru
12 Cambaya Berua
Sub Total 09
Kecamatan
10 Tallo
No.
01 Ga'dong
02 Wajo Baru
03 Malimongan Baru
04 Baraya
05 Bontoala
06 Parang Layang
07 Layang
08 Bontoala Parang
09 Tompobalang
10 Timongan Lompoa
11 Bontoala Tua
12 Bunga Ejaya
Sub Total 08
Kecamatan
09 Ujung Tanah
Kelurahan
01 Pattunuang
02 Melayu
03 Butung
04 Malimongan Tua
05 Ende
06 Melayu Beru
07 Mampu
08 Malimongan
Sub Total 07
Kecamatan
08 Bontoala
No.
No.
Kelurahan
01 Panampu
02 Kalukuang
03 Rappo Jawa
04 Rappokalling
05 Kalukua Bodoa
06 Tallo
07 Lakkang
08 Lembo
09 Bunga Ejaya Baru
10 La'latang
11 Wala walaya
12 Temmua
13 Suangga
14 Ujung Pandang Baru
15 Buloa
Sub Total 10
Luas (Ha)
22,00
27,00
37,00
18,00
20,00
41,00
20,00
23,00
21,00
34,00
263,00
Luas (Ha)
21,00
6,00
27,00
41,00
16,00
7,00
40,00
41,00
199,00
Luas (Ha)
25,00
13,00
15,00
21,00
13,00
19,00
21,00
23,00
11,00
19,00
12,00
18,00
210,00
Luas (Ha)
48,00
57,00
49,00
50,00
55,00
18,00
60,00
53,00
58,00
54,00
39,00
53,00
594,00
Luas (Ha)
31,00
28,00
20,00
60,00
58,00
41,00
110,00
22,00
4,00
30,00
12,00
62,00
33,00
28,00
44,00
583,00
0,13
0,15
0,21
0,10
0,11
0,23
0,11
0,13
0,12
0,19
1,50
0,12
0,03
0,15
0,23
0,09
0,04
0,23
0,23
1,13
0,14
0,07
0,09
0,12
0,07
0,11
0,12
0,13
0,06
0,11
0,07
0,10
1,19
0,27
0,32
0,28
0,28
0,31
0,10
0,34
0,30
0,33
0,31
0,22
0,30
3,38
0,18
0,16
0,11
0,34
0,33
0,23
0,63
0,13
0,02
0,17
0,07
0,35
0,19
0,16
0,25
3,32
II - 26
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Kelurahan
11 Panakukang 01 Tamamaung
02 Karampuang
03 Masale
04 Pandang
05 Tello Baru
06 Paropo
07 Karuwisi
08 Karuwisi Utara
09 Sinrijala
10 Panaikang
11 Pampang
Sub Total 11
No. Kecamatan No.
Kelurahan
12 Manggala
01 Borong
02 Batua
03 Antang
04 Manggala
05 Tamangapa
06 Bangkala
Sub Total 12
Kelurahan
13 Biringkanaya 01 Paccerakkang
02 Daya
03 Sudiang Raya
04 Bulurokeng
05 Sudiang Raya
06 Pai
Sub Total 13
No. Kecamatan No.
Kelurahan
14 Tamalanrea 01 Kapasa
02 Bira
03 Parang Loe
04 Tamalanrea
05 Tamalanrea Indah
06 Tamalanrea Jaya
Sub Total 14
Luas Total Wilayah Makassar
Luas (Ha)
127.00
146.00
132.00
116.00
218.00
194.00
85.00
172.00
17.00
235.00
263.00
1,705.00
Luas (Ha)
192.00
192.00
394.00
444.00
762.00
430.00
2,414.00
Luas (Ha)
780.00
581.00
878.00
720.00
1,349.00
514.00
4,822.00
Luas (Ha)
418.00
928.00
653.00
415.00
474.00
298.00
3,184.00
0.72
0.83
0.75
0.66
1.24
1.10
0.48
0.98
0.10
1.34
1.50
9.70
1.09
1.09
2.24
2.53
4.34
2.45
13.73
4.44
3.31
5.00
4.10
7.67
2.92
27.43
2.38
5.28
3.72
2.36
2.70
1.70
18.13
17,577.00
Sebagai sebuah kota yang perkembangannya menuju ke arah Metropolis, terlihat bahwa di Kota Makassar
terbentuk beberapa karakteristik yang umum terdapat di kota-kota besar negara berkembang, seperti DOMINASI
AREA PERMUKIMAN yang KURANG TERARAH disertai MUNCULNYA FUNGSI PERNIAGAAN pada hampir
SELURUH bagian kota, serta PERTUMBUHAN JUMLAH KENDARAAN yang tidak sejalan dengan pertumbuhan
panjang jalan dan kapasitas kendaraan dalam kota.
Sebagaimana umumnya kota-kota besar di Indonesia, Kota Makassar memiliki karakteristik wilayah yang sama,
yakni DIDOMINASI oleh LAHAN-LAHAN TERBANGUN DENGAN KOMPOSISI RUANG PADAT DAN RUANG
KOSONGNYA RELATIF BESAR PERBEDAANNYA. Secara garis besar pengaruh urbanisasi ikut banyak
mempengaruhi pola pemanfaatan lahan didalam kota. Menjadikan tidak sedikit ruang kosong dalam kota telah
diinvasi dengan peruntukan lain diluar dari fungsi sebenarnya. Seperti JALUR HIJAU yang banyak
II - 27
DRAFT
LAPORAN AKHIR
DIALIHFUNGSIKAN menjadi tempat bermukim dan atau menjadi tempat berusaha. Sehingga tidak hanya kesan
kumuh yang dominan menjadi citra kawasan, tetapi juga dampak lingkungan seperti polusi dan banjir sudah
menjadi beban yang harus diterima masyarakat kota secara terpaksa.
b. Wilayah Laut Makassar
Dalam kapasitas PEMANFAATAN LAHAN UNTUK LINGKUNGAN WILAYAH LAUTNYA dari wilayah administratif
Makassar tercatat bahwa pemanfaatan lahan TERBATAS hanya pada pemanfaatan 12 pulau dan 1 gusung yang
dimiliki Makassar, dengan luas lahan pulau yang mencapai 140 ha dengan luas laut yang mencapai 10.000 ha.
Bila dikaji secara lebih mendalam, kebutuhan akan revisi sebuah rencana tata ruang ditentukan beberapa faktor
penentu. Perubahan kebijaksanaan pembangunan baik yang berasal dari pemerintah daerah, maupun dari
pemerintahan yang paling tinggi, merupakan salah satu faktor penentu yang cukup tinggi. Perubahan kebijaksanaan
pembangunan yang tidak terakomodasi dalam rencana yang sudah ada, menuntut adanya penyesuaian terhadap isi
rencana, terutama bila kebijaksanaan tersebut menuntut adanya alokasi khusus dalam penataan ruangnya.
Faktor penentu lainnya adalah adanya perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan
lahan. Hal ini dapat terjadi karena berlakunya mekanisme pasar di wilayah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi
dan penduduk merupakan dua fenomena yang paling umum terjadi di setiap wilayah. Perkembangan kedua elemen
ini pada gilirannya menuntut kebutuhan akan adanya alokasi pemanfaatan lahan baru yang menunjang aktivitasnya.
Lemahnya kontrol dan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang pada akhirnya mengakibatkan masalah baru, yakni
berkembangnya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana yang ada.
Namun bagaimanapun, perubahan yang terjadi sudah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini sudah disadari
oleh para perumus kebijaksanaan perencanaan tata ruang, sehingga diberikan keleluasaan dalam melakukan proses
evaluasi terhadap rencana yang ada. Evaluasi dimaksudkan agar rencana tata ruang wilayah yang ada dapat benarbenar dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah yang bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penyusunan RTRW Kota Makassar, proses evaluasi difokuskan pada dua sisi
KAJIAN UTAMA. Pertama, kajian terhadap materi atau substansi rencana. Kedua, kajian terhadap potensi, kendala,
serta aspek-aspek eksternal dari materi rencana yang dapat mempengaruhi proses perumusan rencana.
Kajian terhadap materi rencana dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana rencana yang ada mengakomodasikan
kemungkinan - kemungkinan pengembangan yang mungkin terjadi, sebagai ekses dari adanya perubahan pada faktorfaktor penentu perubahan tata ruang. Bahan utama dalam kajian ini adalah kelengkapan materi rencana serta
metodologi penyusunan kemampuan rencana yang dipergunakannya. Hasil kajian pada aspek ini adalah penilaian
berupa kemampuan rencana dalam mengakomodasikan perubahan yang ada.
Sedangkan kajian terhadap aspek eksternal dari materi rencana yang meliputi kajian potensi, kendala, serta aspek
kaidah perencanaan seperti dasar hukum, standar perencanaan, dan lain-lain, dimaksudkan untuk mengetahui pola
perkembangan sektoral di wilayah yang bersangkutan serta prospek pengembangannya di masa yang akan datang.
Kajian ini penting terutama dalam kaitannya dengan penentuan prioritas pengembangan
bersangkutan. Hasil penentuan sektor prioritas ini akan dijabarkan dalam rencana umum tata ruang wilayah yang
bersangkutan, baik dari aspek struktur ruang, pola pemanfaatan infrastruktur, maupun pada program-program yang
direncanakannya.
Selanjutnya sinkronisasi antara kedua aspek tersebut menjadi tahapan yang penting guna menghasilkan rencana yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan di wilayah yang bersangkutan. Untuk itu, dalam tahapan ini dapat
diperhatikan standar standar perencanaan, terutama yang berkaitan dengan kaidah penataan ruang untuk jenis guna
lahan tertentu sehingga dapat diminimalisasi kemungkinan terjadinya kesalahan pengolahan pemanfaatan ruang yang
ada.
Mempertimbangkan perkembangan Kota Makassar sampai saat ini dalam lingkup wilayah Propinsi Sulawesi Selatan
yang memerlukan support dalam pengembangannya, maka penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
II - 28
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Tahun 2030 lebih ditekankan pada dorongan aspirasi pembangunan masyarakat di Kota Makassar, dan bukan pada
upaya antisipasi perkembangan yang dikhawatirkan akan muncul dalam 10 Tahun yang akan datang. Untuk itu, analisis
tata ruangnya lebih menekankan pada tata ruang yang mampu menarik banyak minat investasi masuk ke dalam wilayah
Sulawesi Selatan dan Kota Makassar pada khususnya.
Secara garis besar dasar asumsi perencanaan tata ruang Makassar antara lain selalu didasarkan pada pembagian
peran dan fungsi dari 12 kawasan terpadu dan 12 Kawasan strategis kota Makassar, sebagai berikut:
1)
2)
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu (dengan brand Tanjung Bunga Waterfront City)
1.11
Kawasan Bisnis Global Terpadu (dengan brand Tanjung Beringin Global City)
1.12
1.2
1.3
1.4
Kawasan Strategis Pengembangan Sungai Jeneberang (dengan brand Jeneberang Riverside Corridor)
1.5
Kawasan Strategis Pengembangan Sungai Tallo (dengan brand Tallo Riverside Corridor)
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
Kawasan Strategis Bisnis Global Terpadu (dengan brand Tanjung Beringin Global City)
Dari setiap kegiatan yang dimunculkan dari masing-masing kawasan diatas secara spasial dinyatakan dalam satu
satuan kawasan, dalam arti bahwa setiap kawasan memiliki ciri kegiatan utama tertentu yang dinyatakan oleh fungsinya.
Setiap kawasan kegiatan tersebut membutuhkan ruang, dengan besaran dan kualitas tertentu untuk dapat mendukung
berfungsinya aktivitas di dalam kawasan. Karena itu, untuk dapat menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Makassar 2030 perlu dilakukan analisis meliputi:
Skala kegiatan dari setiap kegiatan yang bakal muncul sampai pada akhir tahun rencana
Kebutuhan ruang kegiatan, dari setiap kegiatan yang bakal muncul sampai pada akhir tahun rencana
Orientasi lokasi
Keterkaitan (jarak) dengan kegiatan lainnya
Kebutuhan prasarana dan sarana dari setiap kegiatan yang bakal muncul sampai pada akhir tahun rencana
II - 29
DRAFT
LAPORAN AKHIR
II - 30
DRAFT
LAPORAN AKHIR
bagaimana pola ruang yang dibentuk bisa memberikan kemungkinan-kemungkinan bagi manusianya
menikmati atmosfir ruang tersebut sesuai dengan kadar potensi dan maksud ruang itu dibentuk.
c. Pemerataan Ekonomi
Konsep penataan ruang dalam akumulasi keluaran (autcome) yang dihasilkan, salah satu orientasinya
bagaimana optimalisasi ruang bisa terjadi dan berdampak positif terhadap fungsi yang didorongnya dalam
kawasan tersebut. Olehnya terhadap konsep perencanaan yang disusun, seharusnya mampu mendorong
pertumbuhan dan penguatan ekonomi kawasan bisa berjalan dan terintegrasi dengan jaringan ekonomi di
ruang sekitarnya. Akan tetapi, potensi egoisme ruang masih terlalu kuat dan dalam banyak kasus justru tidak
terjadi penguatan ekonomi secara mendasar, tidak terjadi penguatan konsep yang tersistim secara utuh dalam
lingkaran jaringan ekonomi wilayah yang terpadu.
d. Kemudahan Pendidikan
Substansi nyaman dalam penataan ruang salah satunya bisa didekati dari persepsi kata mudah. Kemudahan
yang memberi ruang akomodasi lebih baik yang berkesesuaian dengan standar kebutuhan dan kelayakan dari
orang dan ruang yang melayani para pengguna ruang tersebut.
3. Apresiasi PRODUKTIF Dalam Penataaan Ruang
Esensi PRODUKTIF dalam penataan ruang berarti MAMPU menghasilkan atau meningkatkan nilai tambah
ekonomi terhadap kawasan yang disokongnya dengan kemapuan rencana yang optimal dari potensi SDA, SDB
dan SDM.
Terdapat beberapa asumsi yang bisa digunakan bagaimana kata PRODUKTIF dalam penataan ruang mampu
terbaca sebagi sesuatu yang benar-benar bisa didorong pertumbuhanya dalam kawasan rencana yaitu:
a.
b.
c.
Kemampuan melihat dan memproses struktur dan pola satu ruang berdasarkan analisis yang rinci menurut
kajian terukur dari dasar-dasar metamorfosis dan organisme ruang.
d.
Kemampuan melihat dan menentukan nilai-nilai prospektus ruang berdasarkan kajian positioning dan
profesionalisme ruang.
e.
Kemampuan mereduksi dan menangkap peluang masa depan berdasarkan asumsi nilai-nilai prospektus dan
engineering ruang.
f.
Kemampuan pengelolaan ruang berbasisi terhadap eco (lingkungan), business dan tourism.
g.
Kemampuan menyusun dan mentapkan peran dan fungsi suatu ruang berdasarkan kajian yang lebih prinsipil
sesuai dengan konsep pikir bioritmik dan ecoritmik manusia.
DRAFT
LAPORAN AKHIR
terjadi di masa akan datang, sebagai upaya mitigasi terhadap bencana alam, serta sebagai upaya pelestarian kawasan
pesisir wilayah Kota Makassar.
F. DASAR HUKUM
1. Skala Nasional
Dasar hukum yang mendasari penyusunan RTRW Kota Makassar dalam lingkup skala nasional meliputi:
Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang Pokok-Pokok Reformasi.
Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan dan Pokok-Pokok Agraria
Undang-undang No.13 tahun 1980 tentang Jalan
Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-undang No.4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman
Undang-undang No.12 Tahun 1992, tentang Sistim Budidaya Tanaman
Undang-undang No.23 Tahun 1997, tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 1993, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1987, tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang
Pekerjaan Umum kepada Daerah (LNRI No. 25 Tahun 1987, TLN 3325)
Keputusan Presiden No.57 Tahun 1989, tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional
Keputusan Presiden No.32 tahun 1990, tentang Pengaturan Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No.33 Tahun 1990, tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri
Permendagri No.9 tahun 1982, tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Dan Pengendalian Pembangunan di
Daerah
Permendagri No.2 tahun 1987, tentang Penyusunan Rencana Kota
Permendagri No.33 tahun 1988, tentang Pedoman Penyusunan RSTRP Dati. I dan RUTR Dati II
Permendagri No.8 Tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah
Permendagri No.9 Tahun 1998, tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata
II - 32
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Ruang di Daerah
Kepmendagri No.134 tahun 1998, tentang Pedoman Penyusunan PERDA tentang RTRWP dan RTRWK
Kepmen Kimpraswil No.327/KPTS/M/2002, tentang Pedoman Penyusunan Rencana tata Ruang Wilayah
Kabupaten.
Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sulawesi Tahun 2006
2. Skala Propinsi dan Kota
Dasar hukum yang mendasari penyusunan RTRW Kota Makassar dalam lingkup skala propinsi dan kabupaten
meliputi:
Pola dasar Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Terakhir
Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Terakhir
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Makassar
Rencana-rencana yang terkait dengan pengembangan wilayah yang telah ada sebelumnya.
KETENTUAN UMUM
Bab ini menjelaskan ketentuan umum yang berlaku sehubungan dengan penataan ruang wilayah Kota Makassar
berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
BAB II
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, pengertian RTRW kabupaten, maksud, tujuan, dan sasaran, ruang lingkup yang
terkait dengan dasar hukum perencanaan penataan ruang wilayah, serta sistimatika laporan dan kerangka pikir.
BAB III
Bab ini menguraikan tentang profil serta isu-isu strategis kaitannya dengan pengembangan wilayah di Kota Makassar.
BAB IV
Bab ini menjelaskan tentang regulasi, keunggulan dan keunikan lokal, climate change, mitigasi bencana, konservasi,
differentiation dan positioning, metamorfosis ruang, rekayasa sosial, interaksi tata ruang sekitarnya, kemandirian lokal,
keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar sektor, daya saing, permasalahan provinsi, hasil implikasi penataan
ruang kabupaten, pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten,
daya dukung lingkungan hidup, daya tampung lingkungan hidup, dan ruang investasi.
BAB V
Bab ini memuat tentang analisis-analisis terkait interaksi antar tata ruang disekitarnya, pengembangan kependudukan
dan SDM unggul, pengembangan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan, pengembangan sosial budaya,
mitigasi serta analisis keterpaduan antar sektor.
BAB VI
Bab ini menguraikan tentang keterkaitan antar wilayah nasional dan keterkaitan antar fungsi kawasan dalam konsepsi
metro MAMMINASATA.
BAB VII
Bab ini menguraikan rencana pengembangan sistim perkotaan dan rencana sistim jaringan prasarana wilayah.
II - 33
DRAFT
LAPORAN AKHIR
Bab ini memuat penentuan kawasan strategis baik untuk kepentingan ekonomi, sosial budaya maupun untuk
kepentingan daya dukung lingkungan.
BAB X
Bab ini memuat arahan pemanfaatan ruang termasuk indikasi program utama jangka menengah lima tahunan.
BAB XI
Bab ini menjelaskan ketentuan-ketentuan umum peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disinsentif serta ketentuan
arahan sanksi
BAB XII
KETENTUAN PERAILIHAN
Bab ini memuat ketentuan keberlakuan peraturan-peraturan terdahulu berkenaan dengan penyelenggaraan penataan
ruang wilayah pada saat mulai berlakunya Perda tentang RTRW Kota Makassar.
BAB XIII PENUTUP
Bagian ini merupakan penutup dari keseluruhan dokumen Akhir RTRW Kota Makassar ini.
II - 34