Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecepatan suara adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kecepatan gelombang
suara yang melalui medium elastis. Kecepatan ini dapat berbeda tergantung medium yang
dilewati (misalnya suara lebih cepat melalui udara dari pada air). Namun istilah ini lebih
banyak di pakai untuk kecepatan suara di udara. Bunyi atau suara adalah kompresi mekanika
atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium yang dilewati melalui medium
atau zat perantara yang berupa zat cair, padat, gas. Kebanyakan suara adalah merupakan
gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat di jelaskan dengan
kecepatan osilasi atau frekuensi yang di ukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau
kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar gelombang bunyi,
yaitu getaran di udara atau medium lain sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi
bunyi yang dapat di dengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20Hz 20KHz pada
amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responnya. Suara di atas 20KHz di
sebut ultra sonik dan di bawah 20Hz infrasonik.
Pipa organa terbuka merupakan simpangan (dan simpul tekanan) di dasarkan pada
asumsi bahwa gelombang bunyi dalam tabung merupakan gelombang satu dimensi. Yang
mendekati kebenaran jika diameter tabung sangat kecil di bandingkan dengan panjang
gelombang dari gelombang bunyi. Tabung terbuka memiliki simpul terbuka simpangannya di
kedua ujungnya. Garputala mempunyai dua tangkai hanya untuk memperbesar amplitudo
getaran masing-masing tangkai garputala, dengan cara resonansi. Garputala biasanya diketuk
atau dipukul secara perlahan, karenanya amplitudo getarannya pasti kecil. Adanya hambatan
udara juga akan mengurangi amplitudo getaran garputala. Untuk memperbesar amplitudo
maka digunakan dua tangkai sehingga kedua tangkai garputala bisa saling beresonansi.
Adanya resonansi antara masing-masing tangkai membantu mempertahankan atau
memperbesar amplitudo. Semakin besar amplitudo getaran tangkai garputala, semakin besar
pula amplitudo getaran molekul udara. Semakin besar amplitudo maka semakin besar
intensitas. Semakin besar intensitas gelombang bunyi maka bunyi terdengar lebih keras.
Bila garputala digetarkan di atas tabung resonansi, maka getarannya akan
menggetarkan kolom udara di dalam tabung resonansi. Dengan mengatur panjangnya kolom
udara di dalam tabung resonansi, maka akan terdengar dengung menjadi lebih keras, ini
berarti terjadi resonansi.

Jika pada salah satu tabung diletakan sebuah sumber suara sedangkan ujung tabung
lainnya ditutup, maka gelombang suara akan merambat melewati udara di dalam tabung dan
ketika sampai di ujung yang tertutup, gelombang tersebut dipantulkan. Dengan demikian di
dalam tabung terdapat gelombang datang dan gelombang pantul. Kedua gelombang ini akan
berinterferensi. Pada frekuensi gelombang suara tertentu, gelombang ini akan berinterferensi.
Pada alat percobaan yang biasanya digunakan, pengamat harus mengukur jarak
(panjang kolom udara) pada pipa organa secara manual dengan menggunakan mistar atau alat
ukur sejenisnya, dan mengukur waktu. Kemudian mencari frekuensi dan panjang gelombang
dengan menggunakan perhitungan rumus. Hasil dari pengukuran manual tersebut kurang
akurat karena terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan kesalahan, baik dari alat
maupun dari pengamat. Oleh karena itu, kelompok kami mengusulkan judul Mengukur
Panjang Gelombang pada Pipa Organa dengan Sensor Ultrasonik. Penggunaan pipa organa
yang dengan sensor ultrasonik ini akan dihubungkan dengan mikrokontroler dan display (
akan dijelaskan pada bab selanjutnya) sehingga memudahkan pengamat dalam pengambilan
data.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana desain pipa organa dengan menggunakan sensor ultrasonik untuk
mengukur panjang gelombang?
1.2.2 Bagaimana cara kerja pipa organa dengan menggunakan sensor ultrasonik?
1.2.3 Bagaimana cara mengukur ketinggian kolom udara pada pipa organa dengan
menggunakan sensor ultrasonik?
1.2.4 Bagaimana cara penggunaan pipa organa dengan menggunakan sensor ultrasonik
untuk mengukur panjang gelombang?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menggambarkan desain pipa organa dengan menggunakan sensor ultrasonik untuk
mengukur panjang gelombang;
1.3.2 Mendeskripsikan cara kerja pipa organa dengan menggunakan sensor ultrasonik;
1.3.3 Menjelaskan cara mengukur ketinggian kolom udara pada pipa organa dengan
menggunakan sensor ultrasonik;
1.3.4 Menjelaskan cara penggunaan pipa organa dengan menggunakan sensor ultrasonik
untuk mengukur panjang gelombang.

1.4 Manfaat Rangkaian Produk


1.4.1 Untuk mengukur jarak ( panjang kolom udara ) pada pipa organa dengan sensor
ultrasonik;
1.4.2 Untuk mengukur panjang gelombang pada pipa organa dengan sensor ultrasonik.

Anda mungkin juga menyukai