Anda di halaman 1dari 9

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

I. Pajak Penghasilan
1.

Pendahuluan
Pemungutan pajak atas penghasilan di Indonesia telah dilakukan sejak sebelum
kemerdekaan berdasarkan peraturan/perudang-undangan sbb:

Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 mengatur pengenaan pajak atas penghasilan


yang diperoleh oleh orang-orang pribadi. Obyek Pajak Pendapatan adalah
pendapatan, istilah lain dari penghasilan, sedangkan subyeknya adalah orang-orang
pribadi dan warisan yang belum terbagi. Pajak ini dipungut sampai dengan tahun
1983.

Undang Undang Pajak Perseroan tahun 1925 mengatur pengenaan pajak atas
penghasilan yang diperoleh oleh badan, baik badan hukum maupun bukan badan
hukum, meliputi PT, CV, Firma, perkumpulan maupun yayasan. Obyek Pajak
Perseroan adalah laba, istilah lain dari penghasilan. Pajak ini dipungut sampai dengan
tahun 1983.

Selanjutnya setelah Indonesia merdeka dimunculkan aturan perpajakan baru


yakni Pajak atas Dividen dan Royalty (PBDR), tahun 1970. PBDR mengatur
pengenaan pajak atas bunga, dividen dan royalty yang dibayarkan oleh pihak yang
memberi penghasilan ter sebut.
Ketiga aturan pengenaan pajak atas penghasilan tersebut disatukan untuk selanjutnya
pajak atas penghasilan yang diperoleh orang-orang pribadi, warisan yang belum terbagi,
maupun badan dikenakan pajak penghasilan berdasarkan Undang Undang Pajak
Penghasilan 1984. Penyatuan ketiga aturan pemungutan pajak tersebut dikandung
maksud untuk:
Penyederhanaan jumlah dan jenis pajak;
Penyederhanaan tarif pajak;
Penyederhanaan jumlah dan jenis pajak
Dengan disatukannya ketiga aturan pemungutan pajak tersebut dengan sendirinya
jumlah dan jenis pajak atas penghasilan menjadi lebih sederhana, dari beberapa jenis
pajak menjadi hanya satu jenis pajak untuk mengenakan pajak atas penghasilan.
Penyederhanaan tarif pajak
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 mengenal tarif pajak sebanyak 19 lapis, sedangkan
Undang Undang Pajak Perseroan mengatur pangenaan pajak dalam dua macam tarif,
yakni tarif umum dan tarif khusus yang kesemuanya berjumlah tujuh lapis tarif, dan
Pajak atas Bunga Dividen dan Royalty mengenakan pajak dengan satu tarif. Dengan
demikian jumlah tarif pajak atas penghasilan saat itu sebanyak 22 lapis tarif.
Perubahan atau penyederhanaan tarif tersebut berdasarkan Undang-Undang Pajak
Penghasilan mengalami perubahan sbb:
Tahun 1984 1994 terdapat tiga macam tarif, yakni 15%, 25% dan 35%;
Tahun 1995 2000 terdapat tiga macam tarif, yakni 10%, 15% dan 30%.
Tahun 2001 2008 terdapat lima macam tarif untuk wajib pajak orang pribadi, yakni 5%,
10%, 15%, 25% dan 30%, dan tiga tarif untuk wajib pajak badan 10%, 15% dan
30%;
Tahun 2009 sekarang, terdapat tiga macam tarif, yakni 5%, 15%, 25% dan 30% untuk
wajib pajak orang pribadi, dan enam yakni 28%, 23%, 25%, 20%, 14% dan 12.5%
untuk wajib pajak badan.

2. Subyek Pajak
Subyek pajak adalah subyek yang memungkinkan dikenakan pajak, namun belum tentu
dikenakan pajak. Adapun subyek pajak Pajak Penghasilan adalah :

Orang-orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak;

Badan; organisasi masa, oganisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga.

Bentuk Usaha Tetap. Bentuk usaha tetap ini merupakan subyek pajak yang
perlakuan perpa-jakannya dipersamakan dengan subyek pajak badan.
Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menjadi subyek pajak
menggantikan mereka yang berhak, dimaksudkan agar pengenaan pajak tetap dapat
dilaksanakan sementara proses pembagian waris belum selesai. Nantinya setelah
pembagian waris selesai maka berakhirlah warisan tersebut sebagai subyek pajak dan
beralih kepada pribadi-pribadi yang mendapatkan warisan. Perlu disini dijelaskan bahwa
yang menjadi obyek pajak atas warisan tersebut adalah hasil dari warisan, bukan
warisannya. Dapat diambil sebagai contoh warisan perusahaan, selama proses
pembagian waris berjalan, perusahaan tersebut tetap memberikan hasil dan hasil
tersebut merupakan obyek pajak sedangkan subyeknya adalah warisan yang belum
terbagi tersebut.
Tentunya harus ditetapkan siapa yang bertanggung terhadap
pemenuhan kewajiban pajaknya, yang dalam hal ini dapat salah satu dari ahli waris yang
ditunjuk.
Agar subyek pajak tersebut dapat dikenakan Pajak Penghasilan maka harus dipenuhi
syarat lain, yakni misalnya harus memperoleh penghasilan, yakni syarat obyektifnya. Hal
ini akan dijelaskan pada uraian selanjutnya.
3.

Pengelompokan Subyek Pajak


Disamping pengelompokan tersebut diatas subyek Pajak Penghasilan dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu subyek padak dalam negeri, subyek pajak luar negeri
sebagai berikut :
a. Subyek Pajak Dalam Negeri
Yang dimaksud subyek pajak dalam negeri adalah :
1) Orang pribadi yang memenuhi syarat :
bertempat tinggal di Indonesia, atau
berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tingal di Indonesia.
2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria sbb:

Pembentukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan;

Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Balanja Negara


atau Anggaran dan Belanja Daerah;

Penerimaannya dimasukkan kedalam Anggaran Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah;

Pembukuannya diperiksa oleh Aparat Pengawasan Fungsional Negara;


3) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan yang menggantikan mereka
yang berhak.
b. Subyek Pajak Luar Negeri
Yang dimaksud subyek pajak luar negeri adalah :
1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi di
Indonesia tidak lebih 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2) Badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
3) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi di
Indonesia tidak lebih 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
4) Badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan Indonesia bukan dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

c. Bentuk Usaha Tetap


Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari tidak lebih 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia yang dapat berupa :

tempat kedudukan manajeman;

cabang perusahaan;

kantor perwakilan;

gedung kantor;

pabrik;

bengkel;

gudang;

ruang untuk promisi;

pertambangan dan penggalian sumber alam;

wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan;

pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan;

orang atau badan yang bertindak selaku yang kedudukannya tidak bebas;

agen atau perwakilan dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan atau
tidak berke-dudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
memanggung risiko di Indonesia;

komputer, agen elektronik; atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa,


atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.
d. Wajib Pajak.
Apabila subyek pajak sebagaimana disebutkan dimuka telah menerima atau
memperoleh penghasilan, dengan kata lain telah memenuhi kewajiban pajak
obyektifnya,maka subyek pajak tersebut telah menjadi wajib pajak. Subyek pajak
orang pribadi menjadi wajib pajak apabila telah memperoleh penghasilan yang
jumlahnya melebihi jumlah penghasilan kena pajak (PTKP), yang kemudian disebut
wajib pajak dalam negeri. Sedangkan subyek pajak luar negeri sekaligus menjadi
wajib pajak pada saat mendapatkan penghasilan yang bersumber di Indonesia, yang
kemudian disebut sebagai wajib pajak luar negeri. Perbedaan yang penting antara
wajib pajak dalam negeri dengan wajib pajak luar negeri antara lain :

Wajib pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang berasal
dari Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia, sedangkan wajib pajak
luar negeri hanya dikenakan pajak atas penghasilan yang berasal dari sumber
yang berada di Indonesia.

Wajib pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan neto


dengan tarif umum,
sedangkan wajib pajak luar negeri dikenakan pajak
berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif tertentu yang sepadan
(proporsional).

Wajib pajak dalam negeri harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan


(SPT) sebagai sarana untuk menetapkan pajak terutang dalam satu tahun pajak,
sedangkan wajib pajak luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan, karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui
pemotongan pajak yang bersifat final.
(penjelasan pasal 2 UU no 7 tahun 1983)

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

e. Bermula dan berakhirnya kewajiban pajak subyektif


1)
Kewajiban subyektif bagi wajib pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di
Indonesia bermula saat dilahirkan dan berakhir saat meninggal dunia, atau
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Bagi orang yang datang dari
luar negeri dan menetap di Indo-nesia, kewajiban pajak subyektifnya bermula
pada saat oarng tersebut memasuki wilayah Republik Indonesia dan berakhir
saat meninggal dunia, atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.
2)
Bagi wajib pajak dalam negeri berupa badan, kewajiban pajak sebyektifnya
bermula pada saat badan itu didirikan, dan berakhir pada saat badan itu
dibubarkan dalam arti sampai selesainya proses likuidasinya.
3)
Kewajiban pajak subyektif wajib pajak luar negeri bermula bermula saat yang
bersangkutan memiliki sumber-sumber yang dapat memberikan penghasilan
yang kena pajak dan berakhir pada saat sumber-sumber itu hilang atau lenyap,
sehingga orang atau badan yang berdomisili di luar negeri tersebut tidak
mungkin lagi memperoleh penghasilan dari Indonesia.
4)
Bagi warisan yang belum terbagi, kewajiban subyektifnya bermula saat
munculnya warisan tersebut, yakni saat timbulnya kematian seseorang dan
berakhir pada saat warisan tersebut telah dibagikan kepada para ahli warisnya.
5)
Bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT), kewajiban pajak subyektifnya bermula saat
melakukan usaha/kegiatan di Indonesia melalui BUT, dan beraklhir saat tidak
lagi menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesai melalui BUT.
f.

Pengecualian dari Subyek Pajak.


Tidak termasuk pengertian subyek pajak adalah orang-orang atau badan
sebagaimana tersebut dibawah ini (pasal 3 UU PPh)
1) Kantor perwakilan negara asing;
2) pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta di negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
3) Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat :

Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;

Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh


penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah
yang dananya berasal dari iuran para anggota;
Organisasi Internasioanl dan Pejabat Perwakilan Organisasi Internasioanl yang
tidak termasuk sebagai subyek Pajak Pajak Penghasilan berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan nomor: 574/ KMK .04/2000 antara lain :

ADB (Asian Development Bank)

IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development)

IDA ( International Development Association )

IFC ( International Finance Corporation )

IMF ( International Monetary Fund )

UNDP ( United Nation Program )

FAO (Food and Agricultural Centre )

ILO ( International Labour Organization )

UNHCR ( United National Hight Commissioner for Refugees )

UNICEF ( United Nation Childend Fund )

UNESCO ( United Nations Educational, Scientific and Cultural


Organization )

WHO ( World Health Organization )

World Bank

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi Internasional yang ditetapkan dengan


Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia. Adapun organisasi Internasional yang pejabatnya
ditetapkan bukan sebagai subyek pajak dapat dilihat pada contoh diatas.
4. Obyek Pajak
Obyek Pajak Penghasilan adalah Penghasilan. Undang Undang Pajak Penghasilan 1984
mendifinisikan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia mapun yang
berasal dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan wajib pajak, yang tidak terikat pada nama atau bentuknya.
Dalam definisi tersebut tampak bahwa pengertian penghasilan menganut pengertian
yang sangat luas. Hal ini sangat berbeda dengan perumusan penghasilan (dulunya
disebut pendapatan atau laba) yang terkait dengan keharusan adanya sumber.
Dalam pengertian penghasilan menurut aturan pajak sebelumnya, baru dianggap ada
penghasilan apabila sebelumnya sudah ada sumber yang kemungkinan memberikan
penghasilan, misalnya :
sumber penghasilan berupa usaha dapat memberikan hasil berupa keuntungan
atau laba;
sumber penghasilan berupa tenaga dapat memberikan hasil berupa gaji, upah,
honorarium dan imbalan lainnya.
sumber berupa harta tak gerak dapat memberikan hasil berupa sewa;
sumber penghasilan berupa harta bergerak dapat memberikan hasil berupa sewa,
bunga, deviden dst;
sumber penghasilan berupa hak-hak dapat memberikan penghasilan berupa
royalty;
Berdasarkan pengertian tersebut maka hadiah undian, hadiah lotere dan warisan adalah
bukan merupakan penghasilan.
Sedangkan menurut pengertian penghasilan
berdasarkan undang-undang pajak yang baru, hadiah undian, hadiah lotere adalah
merupakan penghasilan, namun warisan bukan merupakan penghasilan karena secara
eksplisit dinyatakan dikecualikan dari pengertian penghasilan.
Walaupun pengertian penghasilan berdasarkan undang undang pajak penghasilan yang
baru sudah tidak menganut keharusan adanya suatu sumber, namun masih diakui
bahwa penghasilan dapat dikelompokkan dalam kelompok :

penghasilan dari pekerjaan baik pekerjaan dalam hubungan kerja perburuhan


seperti pegawai, buruh dsb maupun pekerjaan bebas seperti dokter, notaris, akuntan
dsb.

penghasilan dari kegiatan usaha;

penghasilan dari modal baik berupa harta bergerak maupun harta tak gerak;

kelompok penghasilan lain-lain.


Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut pengertian undang undang pajak
yang baru masih secara implisit mengakui bahwa penghasilan masih terkait dengan
adanya suatu sumber. Selanjutnya Undang Undang Pajak Penghasilan menjabarkan
rincian penghasilan sebagai berikut:
a.
penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk laninnya;
b.
hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c.
laba usaha;
d.
keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta, termasuk

keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,


persekutuan dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan;

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan


badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggotanya;

keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha atau reorganisasi;

keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,


atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha mikro dan kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan.

Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau


seluruhnyahak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam usaha penambangan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
f.
bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
wajib pajak yangmenjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan;
s. Surplus Bank Indonesia.
Disamping penghasilan-penghasilan sebagaimana disebutkan diatas, terdapat
penghasilan tertentu yang pengenaan pajaknya bersifat final yakni:
a.
Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
b.
Penghasilan berupa hadiah undian;
c.
Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura;
d.
Penghasilan dari transksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan;
e.
Penghasilan tertentu lainnya.
Tentang penjelasan penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final diuraikan pada
bab tersendiri.
5. Pengecualian dari Obyek Pajak Penghasilan
Undang Undang Pajak Penghasilan memberikan definisi penghasilan sedemikian luas,
sehingga segala sesuatu yang diterima oleh seseorang baik yang berupa uang maupun

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

berupa barang atau jasa yang mempunyai nilai uang merupakan penghasilan yang
dikenakan pajak. Maka agar supaya penghasilan-penghasilan tertentu tidak termasuk
pengertian penghasilan harus dimasukkan kedalam pengecualian. Untuk maksud itu
Undang Undang Pajak Penghasilan telah menetapkan beberapa penghasilan yang tidak
termasuk pengertian obyek pajak [dalam pasal 3 ayat (4) ] sebagai berikut :
1) bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disyahkan oleh pemerintah dan para
penerima zakat yang berhak, atau sumbangan keagamaan yang bersifat wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disyahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
yang berhak yang ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah;
2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial
termauk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
3) warisan;
4) harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai subyek pajak
sebagai pengganti penyertaan modal (inbreng);
5) penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib pajak atau
pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang
dikenakan pajak secara final, atau wajib pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit);
6) pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa;

7) dividen atau pembagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat :

dividen tersebut berasal dari cadangan laba ditahan dan;

bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD, yang menerima dividen,


kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari
jumlah yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham
tersebut.
8) iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan
oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja atau pegawai;
9) penghasilan dari modal yang ditanam oleh dana pensiun tersebut dimuka dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
10) bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi;
11) dihapus;
12) penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau
kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan badan pasangan usaha tersebut tersebut
:

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

merupakan perusahaan mikro kecil, menengah, atau yang menjalankan


kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan; dan

sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.


13) Bea siawa yang memenuhi syarat tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan;
14) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu empat tahun sejak diperolehnya sisa laba
tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
15) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada wajib pajak tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
Rangkuman
Pembedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri
Wajib Pajak Dalam Negeri
Wajib Pajak Luar Negeri
Wajib Pajak Orang Pribadi
1
Bertempat tinggal di Indonesia
Tidak bertempat tinggal di Indonesia
2
Berada di Indonesia lebih dari 183
Berada di Indonesia tidak lebih dari
hari dalam waktu 12 bulan
183 hari dalam waktu 12 bulan yang
menja-lankan usaha melalui BUT.
3
Berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam waktu 12 bulan yang
dapat menerima penghasilan dari
Indonesia.
4
Berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk tinggal di
Indonesia
Wajiib Pajak Badan
5
Badan yang didirikan atau
Badan yang tidak didirikan atau
berkedudukan di Indonesia
berkedudukan di Indonesia yang
menjalankan usaha melalui BUT.
6
Badan yang tidak didirikan atau
berke-dudukan di Indonesia yang
yang dapat menerima penghasilan
dari Indonesia.
7
Warisan belum terbagi yang berada di Indonesia.

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

_____

______________________________________

Pembedaan Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar Negeri dalam
penerapan pajaknya
Wajib Pajak Dalam Negeri
Wajib Pajak Luar Negeri
1 Dikenanakan pajak atas
Hanya dikenakan terhadap
pengha-silan, baik yang berasal penghasilan yang berasal dari
dari dalam negeri (Indonesia)
Indonesia saja.
maupun penghasilan dari luar
negeri.
2 Dikenakan pajak berdasarkan
Dikenakan pajak berdasarkan
penghasilan netto/penghasilan
penghasilan bruto dengan tarif pajak
kena pajak dengan tarif
sepadan/propor-sional.
progressif.
3 Wajib pajak harus
Wajib pajak tidak mempunyai
menyampaikan SPT
kewajiban menyampaikan SPT (ke
Indonesia).
Ikhtisan Subyek Pajak dan Pengecualiannya
Subyek Pajak Dalam Negeri
Pengecualian

Orang-orang pribadi

Pejabat perwakilan diplomatik,


yang ber-tempat tinggal di
dan konsulat atau pejabatIndonesia atau
pejabat lainnya, dan orang-orang
yang diperbantukan kepada

Berada di Indonesia
mereka, dengan syarat tertentu;
lebih dari 183 hari dalam

Pejabat perwakilan organisasi


waktu 12 bulan atau
Internasional yang ditetapkan

Berada di Indonesia dan


Menkeu dengan syarat yang
mem-punyai niat untuk
ditentukan.
tinggal di Indonesia
warisan yang belum terbagi
yang berada di Indonesia;
Badan yang terdiri dari PT,
perse-roan komanditer,
perseroan lainnya, BUMN,
BUMD, persekutuan,
perkumpulan, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun,
yayasan, ormas, orpol, atau
organisasi lainnya, lembaga.
Bentuk Usaha Tetap.

Perpajakan menurut UU PPh Baru di-update tgl, 4 September 2012, jam : 22:09.

Badan perwakilan asing dan


Organisasi Internasional yang
dite-tapkan oleh Menteri
Keuangan seperti: ADB, IBRD,
IDA, IFC, IMF, UNDP, FAO, ILO,
UNHCR, UNICEF, UNESCO, WHO,
World Bank

Anda mungkin juga menyukai