: Dhani Aristyawan : Ilmu Komunikasi (kelas A) : 14041184041
MENYIKAPI KEADAAN DENGAN CARA BERFIKIR POSITIF
Kodrat manusia yang diberi akal, maka mau tidak mau manusia harus berpikir. Baik itu berpikir positif ataupun berpikir negatif. Berpikir positif akan kembali kepada kita. Begitu pun sebaliknya ketika kita berpikir negatif. Ketika kita berpikir positif maka sesuatu yang kita lakukan akan bernilai positif. Akan tetapi ketika kita berpikir negatif maka sesuatu yang negatif yang akan kita dapatkan. Dalam islam kita mengenal adanya prasangka, prasangka baik sering kita kenal dengan husnudhan, sedangkan prasangka buruk sering kita kenal dengan suudhan. Tentunya sebagai seorang muslim kita hendaknya hanya bersikap husnudhan terhadap segala sesuatu. Sering kita jumpai para pelajar di Indonesia akhir-akhir ini banyak yang terjadi tawuran dan segala macam, hal-hal semacam itu hanya bisa terjadi karena cara berfikir mereka yang negatif bahkan antar sesama teman. Semuanya dimulai ketika salah satu pelajar salah mengartikan pelajar yang lainnya dalam berbuat yang tujuan awalnya berniat baik malah diterima sebaliknya dan dianggap merendahkan atau menghina yang berakibat konflik dimana Pelajar A tidak terima dengan apa yang dilakukan si pelajar B dan si pelajar B yang terbawa emosi karena usahanya tidak dihargai dan terjadilah pertikaian dimana sahabat dari kedua belah pihak merasa perlu untuk membantu tetapi dengan cara yang salah yakni dengan tawuran. Selain hal tersebut dapat menimbulkan korban juga merupakan pelanggaran hukum di Negara ini. Terhadap manusia ataupun segala makhluk ciptaan Allah, hendaknya kita berpikir dan berprasangka yang baik. Apalagi terhadap Allah yang telah menciptakan kita, maka seyogyanya kita tidak boleh sedikitpun mempunyai prasangka yang buruk terhadap Allah maupun ciptaannya. Contoh lainnya dalam berfikir positif yakni berasal dari teman saya sendiri . Dulu disaat dia mengikuti pendaftaran masuk perguruan tinggi dimulai dari SNMPTN, SBMPTN, BIDIK MISI, Tes Mandiri, dan lainnya. Walupun hasil dari keseluruhan tes tidak ada satupun yang lolos tetapi dia tetap memlih untuk berfikir optimis, berdoa, dan menyerahkannya kepada Allah. Dua minggu kemudian dia dihubungi oleh pihak universitas dimana dia mengikuti tes SBMPTN bahwa dia masuk dalam daftar cadangan sementara, walaupun kemungkinannya bisa terpilih dari sekian banyak cadangan dia tetap optimis dan berfikiran positif. Satu bulan kemudian dia dihubungi lagi oleh pihak universitas bahwa dia terpilih dari berpuluh cadangan untuk memasuki universitas tersebut dan keseluruhan biaya ditanggung pemerintah karena dia mendaftarkan dirinya dengan catatan BIDIK MISI. Berpikir Positif diawali dengan sebuah keyakinan pada diri sendiri. Keyakinan bahwa dirinya mampu. Keyakinan yang mengatakan bahwa diri kita bisa. Jika kita melihat diri kita bisa, maka kita akan bisa. Jika kita melihat diri kita akan menghasilkan, maka kita akan menghasilkan. Jika kita tidak bisa melakukan hal seperti ini, maka kita masih dikuasai oleh pikiran negatif. Sehingga orang yang berpikir positif akan selalu bertindak untuk melakukan sesuatu. Dalam agama islam bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya. Ketika seseorang berpikir bisa pasti ia bisa tetapi tatkala ia berpikir tidak bisa pasti ia tidak bisa. Seperti contoh diatas dia selalu berfikiran bahwa dia akan lolos seleksi masuk walaupun hasilnya sudah diketahui tetapi karenan prasangka positifnya terhadap keadaan dan allah dia bisa lolos dari jalur yang tidak terduga. Jika saja dia berfikiran negative mungkin saja kesempatan tersebut tidak akan datang. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, Ana inda zhanni abdi bi (Aku seperti yang diduga/dibayangkan hamba-Ku). Imam Al-Qurthubi, seperti dikutip pakar hadis Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Baari (13/386), menjelaskan dugaan atau sangkaan dimaksud adalah dugaan pasti dikabulkan jika berdoa, diterima jika bertobat, diampuni jika memohon ampunan (istighfar), diberi balasan jika beribadah sesuai ketentuan. Imam Nawawi dalam Syarh shahih Muslim (17/2) menambahkan, dugaan akan diberi kecukupan dalam hidup jika ia minta dicukupi. Hadis di atas mengajak kita untuk bersikap optimis dalam menjalani kehidupan. Sekecil apa pun yang kita lakukan, selagi disertai ketulusan, pasti akan diberi balasan oleh swt. (QS. Ali Imran 195). Sebab rahmat Allah sangatlah luas, maka janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, demikian QS.Yusuf ayat 87. Segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit telah diperuntukkan untuk kebaikan manusia, karena ia telah dipilih untuk bertugas menjadi khalifah yang akan memakmurkan bumi. Sikap optimis inilah yang akan memberi dorongan kuat dalam diri untuk berkarya, berkreasi dan berprestasi.