Anda di halaman 1dari 13

i

MAKALAH POLIMER
KOPOLIMER BLOK POLYFLUORENE-POLYTRIARYLAMINE
SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN UNTUK PERANGKAT
ELEKTROLUMINESENS BERDASARKAN CAMPURAN POLIMER

Oleh:
Mehdi Jahanfar, Ying Tan, Kousuke Tsuchiya, Takeshi Shimomura, Kenji Ogino*

SHERLY MARCIA DEVANA


GEMALA NORIAH

(J3L112174)
(J3L212193)

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
Kopolimer Blok Polyfluorene-Polytriarylamine sebagai Bahan Tambahan untuk
Perangkat Elektroluminesens Berdasarkan Campuran Polimer.
Makalah ini menjelaskan mengenai pembuatan bahan tambahan perangkat
elektroluminesens dari kopolimer blok polyfluorene-polytriarylamine. Adapun
tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen
mata kuliah petrokimia dan polimer. Kami menulis makalah ini untuk mengenali
lebih rinci mengenai pembuatan bahan tambahan untuk perangkat
elektroluminesens.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah kami
dapat lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi para
mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti mata kuliah petrokimia dan polimer.

Bogor, 4 Desember 2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
2 TINJAUAN PUSTAKA
3 METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.2 Metode
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
5 PENUTUP
5.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

i
ii
ii
ii
1
1
1
2
4
4
5
5
10
10
10

DAFTAR GAMBAR
1 Struktur Polyfluorene
2
2 Struktur Polytriarylamine
2
3 Struktur Kopolimer Blok PF-b-PTAA
3
4 Hubungan antara efisiensi arus dengan karakteristik rapat arus pada perangkat
EL berdasarkan PF1/sistem campuran PF-PTAA1
6
5 Kurva hubungan antara efisiensi arus dengan karakteristik densitas untuk
perangkat berdasarkan campuran PF2/PTAA/PF-b-PTAA
7
6 AFM untuk campuran PF2/PTAA/PF-b-PTAA dengan mode penyadapan pada
lapiran PEDOT/PSS dengan isi konsentrasi PF-b-PTAA2 pada konsentrasi
a)100%wt, b)80%wt, c)60%wt, d)40%wt, e) 20%wt, dan f)0%wt.
8
7 Spektrum elektroluminesens untuk perangkat berdasarkan campuran kedua
sistem.
9

DAFTAR TABEL
1 Karakteristik dari perangkat polimer
5
2 Karakteristik elektroluminesens
6
3 Karakeristik elektroluminesesn
untuk perangkat berdasarkan campuran
PF2/PTAA/PF-b-PTAA2.
7

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polyfluorenes (PFs) telah menarik banyak perhatian untuk dijadikan bahan
polimer yang dapat memancarkan cahaya biru karena sifat senyawa tersebut
memiliki keunggulan seperti pendaran cahaya yang sangat efisien, stabilitas
termal yang sangat baik, dan kelarutan yang baik dalam pelarut organik umum.
PFs memiliki potensial ionisasi tinggi yang mengakibatkan terjadi hambatan
injeksi pada lubang dan efisiensi elektroluminesens menjadi rendah. Peningkatan
injeksi dan konduksi lubang dilakukan dengan menggunakan derivatif
triarylamine (TAA), yang dikenal sebagai konduktor lubang yang baik. Perangkat
yang berlapis-lapis dengan kopolimer fluorene-TAA sebagai lapisan antara
polimer konduktif, PEDOS:PSS, dan pemancaran dari lapisan menunjukkan
kinerja yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak ada lapisan antara
(interlayer). Penemuan terbaru yaitu menggunakan kopolimer blok yang terdiri
dari PF dan polytriarylamine (PTAA) dengan potensial ionisasi yang lebih rendah
sehingga injeksi lubang efektif dan dapat meningkatkan efisiensi
elektroluminesens. Trioxyethylene hidrofilik (TEO) merupakan senyawa yang
melekat pada rantai samping PTAA, kemudian PTAA memisahkan ke antarmuka
sehingga terjadi interaksi ikatan hidrogen dengan lapisan PEDOT:PSS.
Struktur kopolimer blok menjadi fase mikro atau nano, struktur dipisahkan
dengan berbagai bentuk domain seperti lamella, silinder, atau bola. Pemanfaatan
struktur nano dari kopolimer blok dengan desain yang tepat dapat meningkatkan
kinerja aplikasi karena alokasi fungsi masing-masing domain. Selain penemuan
yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa kopolimer blok untuk aplikasi
elektroluminesens telah ditemukan untuk meningkatkan injeksi lubang dan
elektron ke dalam lapisan pemancar. Dilakukan pula penelitian mengenai
hubungan antara kinerja perangkat dan morfologi pada lapisan polimer dengan
evaluasi perangkat berbasis pada campuran polimer (lubang dan pengangkutan
elektron polimer), berbagai macam isi kopolimer blok ditambahkan untuk
mengontrol fase pemisahan struktur. Hasil penelitian ditemukan bahwa efisiensi
meningkat secara signifikan dengan penambahan kopolimer blok disertai dengan
penurunan kekasaran permukaan.

1.2 Tujuan
Penelitian pada jurnal bertujuan mengetahui hubungan antara sifat kimia
dan morfologi lapisan aktif, serta kinerja elektroluminesens. Perangkat
elektroluminesens yang dibuat berdasarkan sistem campuran yang terdiri dari
PTAA, PF, dan kopolimer blok dengan kedua segmen (PF-b-PTAA).

2 TINJAUAN PUSTAKA
Polyfluorene adalah bahan polimer yang mirip dengan polimer terkonjugasi
lain. Saat ini sedang dianalisis kegunaan polyfluorene untuk dioda pemancar
cahaya, transistor efek medan, dan sel surya plastik. Polyfluorene bukan bahan
alami, tetapi dirancang dan disintesis untuk aplikasi polyfluorene.
CH3

C6H17

H3C

CH3

n
PF
Gambar 1 Struktur Polyfluorene

Triarylamines menarik untuk diteliti karena sangat baik lubang transportasi


karakteristik untuk berbagai elektronik dan opto-elektronik perangkat organik,
seperti dioda pemancar cahaya, lapangan transistor efek, sel surya, dan perangkat
elektro kromat. Namun, molekul kecil oroligomers mengandung triarylamin
kristal dan memerlukan keperluan desposisi vakum yang rumit untuk diproses
menjadi LMS fi tipis, dan thislimits aplikasi perangkat (Lin 2006).
O
O

H3C

CH3

CH3

PTAA

Gambar 2 Struktur Polytriarylamine


Kopolimer adalah suatu polimer yang dibuat dari dua atau lebih monomer
yang berlainan. Berikut ini adalah jenis jenis kopolimer yang terbentuk dari
monomer pertama (A) dan monomer ke dua (B). Kopolimer blok mengandung
blok dari satu monomer yang dihubungkan dengan blok monomer yang lain.
Kopolimer blok biasanya terbentuk melalui proses polimerisasi ionik. Struktur
kopolimer blok berubah ke mikro atau nano-fase terpisah struktur dengan
berbagai bentuk domain seperti lamella, silinder, atau bola. Pemanfaatan struktur

3
nano dari kopolimer blok dengan desain yang tepat dapat meningkatkan kinerja
aplikasi karena alokasi fungsi untuk setiap domain (Janhar 2013).

H3C

H3C

O
3O

C6H17

CH3

3CH3

Gambar 3 Struktur Kopolimer Blok PF-b-PTAA


Campuran polimer adalah campuran dari homopolimer yang berbeda,
kopolimer, dan terpolimer. Campuran polimer dapat homogen (larut) atau
heterogen (multifase). Pencampuran polimer telah diidentifikasi sebagai rute yang
paling fleksibel dan ekonomis untuk memproduksi multifase bahan polimer baru
yang mampu memenuhi tuntutan kompleks kinerja. Pencampuran polimer adalah
cara yang paling sesuai untuk pengembangan material baru karena dapat
menghasilkan bahan baru yang mempunyai sifat yang unggul dibandingkan
masing-masing materi pembentuknya. Metode ini biasanya lebih murah dan hanya
memerlukan waktu singkat untuk menghasilkan bahan polimer baru dibandingkan
dengan metode polimerisasi dengan penemuan polimer baru dari monomer baru.
Sifat suatu campuran polimer sangat ditentukan oleh penyetara komponen
komponen dalam campuran tersebut. Tujuan penyetara paduan polimer adalah
untuk mendapatkan fasa terdispersi yang stabil dan merata sehingga morfologi
dan sifat campuran yang diinginkan dapat tercapai. Keuntungan lain dari
pencampuran lain adalah sifat-sifat bahan dapat disesuaikan dengan
menggabungkan komponen polimer dengan cara mengubah komposisi campuran
(Agboola 2011).
Penelitian ilmiah dan teknologi sejak penemuan pertama mereka pada tahun
1990. Pemanfaatan bahan polimer elektroluminesensi menunjukkan beberapa
keunggulan dibandingkan molekul organik kecil untuk digunakan dalam PLED.
Keunggulan bahan polimer elektroluminesensi ialah memiliki kemampuan proses
baik, dan fleksibilitas yang tinggi. Selanjutnya, proses inexpensive wet-process
seperti spin-coating dan inkjet dapat diterapkan untuk pembuatan perangkat
PLED, yang penting untuk menerapkan PLED untuk menampilkan dan teknologi
pencahayaan. Polimer light-emitting diode (PLED), merupakan light-emitting
polimer (LEP), yang melibatkan polimer konduktif elektroluminesens yang
memancarkan cahaya ketika terhubung pada tegangan eksternal. PLED digunakan
sebagai film tipis untuk menampilkan warna penuh spektrum. Polimer yang
digunakan pada PLED merupakan polimer yang meliputi turunan dari poli (pfenilena vinylene) dan polyfluorene. Pergantian rantai samping pada polimer dapat

4
menentukan warna cahaya yang dipancarkan atau stabilitas dan kelarutan polimer
untuk kinerja dan kemudahan pengolahan (Janhar 2013).
Atomic Force Microscopy (AFM) adalah suatu alat untuk melihat,
memanipulasi atom-atom di dimensi nano. Alat ini ditemukan pada th 1986 oleh
Gerg Binnig, Calfin F Quate, dan Christoph Gerber ara Nano adalah satuan
panjang sebesar sepertriliun meter (1 nm=10-9m). Bahan berstruktur nano
merupakan bahan yang memiliki paling tidak salah satu dimensinya berukuran <
100 nm. AFM telah banyak digunakan dalam menyelidiki struktur, fungsi dan
spesifik sel pada biologi. Secara khusus, telah menggunakan AFM untuk
menyelidiki struktur-fungsi hubungan antara bakteri Streptococcus mutans.
Streptococcus mutans adalah dasar aetiological pada gigi mati tulang manusia
(gigi).
Mikroskop gaya atom terdiri dari sebuah penopang (cantilever) dengan
ujung yang tajam sebagai alat pemeriksa (probe) yang digunakan untuk memindai
permukaan spesimen. Penopang ini biasanya terbuat dari silikon ataupun silikon
nitrida dengan radius kelengkungan ujung mencapai bilangan nanometer. Ketika
ujungnya dibawa mendekati permukaan sampel, gaya antara ujung tajam
pemindai dengan permukaan sampel menyebabkan pelengkungan penopang
sesuai dengan hukum Hooke. Tergantung pada situasinya, gaya yang diukur AFM
meliputi gaya kontak mekanik, gaya van der Waals, gaya kapiler, ikatan kimia,
gaya elektrostatik, gaya magnet (lihat mikroskop gaya magnet, MFM), gaya
Casimir, gaya pelarutan, dll. Biasanya, kelengkungan ini diukur menggunakan
spot laser yang dicerminkan dari permukaan atas penopang menuju larik
fotodioda. Metode-metode lain yang digunakan meliputi interferometri optik,
penginderaan kapasitif atau penopang AFM piezoresistif. Penopang ini dibuat dari
unsur-unsur pizoresistif yang dapat berperilaku sebagai tolok regangan. Dengan
menggunakan jembatan Wheatstone, regangan pada penopang AFM yang
dikarenakan oleh pelengkungan dapat diukur. Namun, metode ini tidak sesensitif
metode interferometri.

3 METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan ialah polyfluorene, homopolimer polytriarylamine
(PTAA), dan kopolimer blok yang terdiri dari PF dan polytriarylamine (PTAA).
Dengan komposisi sebagai berikut:

Polimer

Rasio molar bnM


dari
PF/PTAAa
PF1
13000
PF-b-PTAA1 55/45
23000
PF2
26000
PF-b-PTAA2 60/40
43000
PTAA
9700
Tabel 1 Karakteristik dari perangkat polimer

PDIb

Tg/oCc

2.4
2.7
3.5
3.3
2.8

118
118, 174
119
119, 173
175

3.2 Metode
Kinerja perangkat elektroluminesens dievaluasi berdasarkan sistem
campuran
dengan
struktur
perangkat
ITO/Polymer
Poly(3,4Ethylenedioxythiophene): Poly(Styrenesulfonate) (Pedot): PSS (30nm), polimer
(30 nm), BCP (50 nm), LiF (0,5 nm), Al (100nm). Senyawa 2,9-dimetil-4,7difenil-1,10 fenantrolin (bathocuproine, BCP) digunakan antara lapisan emisi dan
katoda, sebagai lapisan yang memblokir lubang. Pengukuran kekuatan
mikroskopis atom (AFM) dilakukan pada sistem JEOLJSPM 4200 dalam modus
perangkap (fase dan mode topografi) dengan MPP-11100-10 probe silikon
(frekuensi resonans: 300 kHz, gaya konstan 40 N/m). Semua film tipis polimer
berputar ke slide kaca dengan spin coater MIKASA 1H-D7 dengan solusi THF
pada 1500 rpm selama 30 detik.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN


Perangkat elektroluminesens yang digunakan untuk menyelidiki efek dari
kopolimer blok yaitu perangkat elektroluminesens berdasarkan PF1/sistem
campuran PF-PTAA1. Hubungan antara efisiensi arus dengan karakteristik rapat
arus ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 4 Hubungan antara efisiensi arus dengan karakteristik rapat arus pada
perangkat EL berdasarkan PF1/sistem campuran PF-PTAA1
Tabel 2 Karakteristik elektroluminesens
%wt dar PF-b- Rasio Molar dari Luminensi pada
PTAA
(PF/PTAA)/PF
30
mA/cm2
2
(cd/cm )
100
(55/45)/0
626
77
(55/45)/28
648
62
(55/45)/55
547
45
(55/45)/110
443
27
(55/45)/220
398
0
0/1
297

Efisiensi
aliran
maksimal (cd/A)
2.10 (14 V)
2.12 (15 V)
1.91 (15 V)
1.63 (15.5V)
1.25 (16 V)
1.07 (13 V)

Dengan peningkatan isi kopolimer blok, pencahayaan (30 Ma/m2) dan


efisiensi maksimum meningkat, dan hampir sama dengan dari satu blok perangkat
(100 %b/b). Segmen PTAA dengan bagian hidrofilik mensegregasikan pada
antarmuka antara PEDOT:PSS dan lapisan aktif. Oleh karena itu, dianggap bahwa
kopolimer blok bipolar efektif meningkatkan injeksi lubang. Sistem campuran
(77% b/b) menunjukkan efisiensi lebih tinggi saat kepadatan arus tinggi daripada
satu blok pada perangkat. Dalam film campuran, ukuran domain PF dianggap
lebih besar dibandingkan dengan film kopolimer blok.
Domain besar tampaknya meningkatkan probabilitas penggabungan kembali
dan meningkatkan keseimbangan terutama pada kerapatan arus tinggi. Seperti
terlihat pada Tabel 3, perangkat dengan PF2/PTAA menunjukkan kinerja terburuk
karena pemisahan fase berat (lihat Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan kopolimer blok lebih menguntungkan dalam rangka meningkatkan
kemampuan lubang injeksi dalam sistem campuran.

7
Tabel 3 Karakeristik elektroluminesesn untuk perangkat berdasarkan campuran
PF2/PTAA/PF-b-PTAA2.
wt%
of
PF-b- Molar
ratio
of Luminance at at 30 Maximum current
PTAA2 (%)
(PF/PTAA)/PF2/
mA/cm2 (cd/m2)
efficiency
PTAA
(cd/A)
100
(60/40)/0/0
724
2.15 (15 V)
80
(60/40)/15/10
648
2.28 (16.5 V)
60
(60/40)/40/27
521
2.07 (16 V)
40
(60/40)/90/60
478
1.78 (17 V)
20
(60/40)/240/160
407
1.51 (17 V)
0
0/60/40
235
0.88 (14 V)
Pengaruh morfologi atau domain ukuran fase sistem terpisah pada kinerja
elektroluminesens dapat diketahui dengan memeriksa sistem campuran terner
yang terdiri dari kedua homopolimer dan kopolimer blok menjaga konstan
komposisi kimia (fluoren: triarylamine = 60:40). Penambahan kopolimer blok
yang sesuai merupakan salah satu strategi yang efektif untuk lebih stabil, dan
morfologi skala yang lebih halus. Gambar 3 menunjukkan hubungan antara
efisiensi arus dengan karakteristik kerapatan arus untuk PF2 / PTAA / PF-bPTAA2 sistem campuran. Karakteristik elektroluminesens diringkas dalam Tabel
3. Meskipun ditemukan bahwa penambahan komponen PTAA ke lapisan aktif
meningkatkan kinerja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan Tabel 2,
campuran sederhana dari kedua homopolimer memberikan kinerja terburuk
seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Gambar 5 Kurva hubungan antara efisiensi arus dengan karakteristik densitas


untuk perangkat berdasarkan campuran PF2/PTAA/PF-b-PTAA
Hasil ini sangat menunjukkan bahwa morfologi di lapisan aktif juga
memainkan peranan penting serta karakter kimia. Bahkan, efisiensi arus
maksimum dan pendaran cahaya pada 30 mA/cm2 meningkat dengan

8
meningkatnya kandungan PF-b-PTAA2. Efek yang sama dari kopolimer blok
sebagai aditif diamati untuk perangkat pendaran elektro berdasarkan sistem
campuran yang terdiri dari dua jenis homopolimer vinil (lubang dan elektron
transportasi), dan kopolimer blok bipolar dengan kedua segmen. Gambar 4
merupakan gambar AFM film campuran dengan ketebalan ca.30 nm pada
PEDOT/PSS dalam mode penyadapan. Dalam campuran sederhana (Gambar 4
(f)), ca. 1 pM dari domain yang diamati, dan ukuran domain menurun isi PF-bPTAA2 meningkat. Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran domain halus dicapai
dengan penambahan kopolimer blok seperti yang diharapkan, dan menguntungkan
bagi kinerja EL baik. Efisiensi lebih tinggi saat diamati di daerah yang lebih tinggi
kepadatan arus untuk sistem campuran (80% berat dari kopolimer blok) dari satu
blok perangkat. Seperti dibahas di atas, ini mungkin karena ukuran domain yang
sesuai untuk rekombinasi efektif dan pembawa keseimbangan dalam sistem
campuran.

Gambar 6
AFM untuk campuran PF2/PTAA/PF-b-PTAA dengan mode
penyadapan pada lapiran PEDOT/PSS dengan isi konsentrasi PF-b-PTAA2 pada
konsentrasi a)100%wt, b)80%wt, c)60%wt, d)40%wt, e) 20%wt, dan f)0%wt.
Hubungan antara isi kopolimer blok dan kinerja elektroluminesens untuk
kedua sistem campuran ditunjukkan pada Gambar 5. Untuk kedua kasus, efisiensi
arus maksimum meningkat dengan isi kopolimer blok, dan mencapai nilai hampir
konstan pada 80 % wt. Penambahan kopolimer blok diubah terutama sifat kimia
dari lapisan aktif dalam sistem campuran pertama dan mengubah sifat morfologi
dalam sistem kedua.

Gambar 7 Hubungan antara isi dari kopolimer blok dan kinerja elektroluminesens.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 5, diketahui bahwa kinerja
elektroluminesens diatur oleh faktor-faktor yang dapat dikontrol oleh pemanfaatan
kopolimer blok sebagai bahan tambahan untuk PF atau sistem campuran
PF/PTAA. Gambar 6 menunjukkan elektroluminesens spektrum untuk khas dua
jenis perangkat (PF1/PF-b-PTAA1 77 % wt, dan PF2/ PTAA/PF-b-PTAA 80 %
wt). Profil ini hampir sama dengan yang diamati pada perangkat berbasis
kopolimer blok. Perangkat lain yang serupa memperlihatkan profil
elektroluminesens biru tanpa pemancaran pita hijau.

Gambar 7 Spektrum elektroluminesens untuk perangkat berdasarkan campuran


kedua sistem.

10

5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Penelitian menunjukkan peningkatan kinerja perangkat electroluminescent
berdasarkan campuran polimer. Kopolimer blok PF-b-PTAA diberikan lubang
suntik atau elektron yang berkemampuan blocking untuk PF, dan bekerja sebagai
penyetara untuk campuran PF/PTAA, mengontrol morfologi film campuran.
Dalam rangka mengoptimalkan morfologi dan kinerja electroluminescent,
penelitian lebih lanjut sedang dilakukan termasuk penelitian dari pengaruh berat
molekul pada kedua homopolimer dan kopolimer blok, dan komposisi kimia yang
kedua.

DAFTAR PUSTAKA
Agboola O.S., Sadiku E.R., Adegbola A.T., dan Biotidara O.F. 2011. Rheological
properties of polymers: structure and morphology of molten polymer
blends. Materials Sciences and Applications, Vol (2):30-41.
Watson G.S dan Watson J.A. 2011. Lithography and fabrication of frictional tiers
on poly(dimethylsiloxane) using atomic force microscopy. Journal of
Surface Engineered Materials and Advanced Technology, Vol (2):233237.
Jahanfar M., Tan Y., Tsuchiya K., Shimomura T, dan Ogino K. 2013.
Polyfluorene-polytriarylamine block copolymer as an additive for
electroluminescent devices based on polymer blends. Open Journal of
Organic Polymer Materials, Vol (3): 41-45
Jahanfar M., Suwa K., Tsuchiya K., dan Ogino K. 2013. Synthesis of
polyfluorene-polytriarylamine block copolymer with emitting part at
junction point for light emitting applications. Open Journal of Organic
Polymer Materials, Vol (3):46-52.
Lin H.Y., Liou G.S., Lee W.Y., dan Chen W.C. 2006. Polytriarylamine its
synthesis, properties, and blend with polyfluorene for white light
electroluminescence. Journal of Polymer Science, Vol (5):1727-1736.

Anda mungkin juga menyukai