Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMPSI BERAT (PEB)


A. PENGERTIAN
Klasifikasi hipertensi kehamilan yang paling umum dipakai saat ini
(Consensus Report,1990) adalah:
1. Preeklampsia-eklampsia

Ringan

Berat

2. Hipertensi Kronis (sudah ada sebelum hamil)


3. Hipertensi kronis dengan preeklampsia-eklampsia
4. Hipertensi sementara
Preeklamsi berat (PEB) merupakan suatu penyakit vasospastik yang
melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi,
proteinuria dan terkadang disertai edema kaki dan tangan.
Preeklampsi berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi (tekanan darah) 160/110 mmHg
atau lebih yang disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau
bisa lebih awal terjadi.
Preeklampsia

dalam

kehamilan

adalah

apabila

dijumpai

tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir


triwulan kedua

sampai

triwulan ketiga)

atau bisa

lebih awal

terjadi.
Preeklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan,
terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan
proteinuria. Edema juga dapat terjadi (Widyastuti, 2002, p.11).
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari Preeklampsi berat (PEB) masih belum
diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor
yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia berat. Faktor-faktor

tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke
rahim.
Adapun faktor resiko dari Preeklampsia Berat :
1. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
2. Riwayat keluarga dengan preeclampsia atau eklampsia.
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
4. Ibu hamil dengan usia < 18 tahun atau lebih > 35 tahun.
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal,
migraine, dan tekanan darah tinggi).
6. Kehamilan kembar
7. Kehamilan mola
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi preeklampsi berat setidaknya berkaitan dengan
perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada
kehamilan meliputi:
1. Peningkatan volume plasma darah.
2. Vasodilatasi.
3. Penurunan resistensi vascular sistemik (systemic vascular resistance).
4. Peningkatan curah jantung.
5. Penurunan tekanan osmotik koloid
Preeklampsi berat adalah suatu keadaan hiperdinamik dimana
ditemukan hipertensi dan proteinuria akibat hiperfungsi ginjal . Pada
preeclampsia berat, volume plasma yang beredar menurun, sehinga
terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Terjadi
spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air .
Menyebabkan perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit
janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik menurunkan perfusi organ
dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen
maternal menurun. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat

tercukupi. Kenaikan berat badan dan edema yang belum diketahui


sebabnya, ada yang mengatakan disebabkan oleh retensi air dan garam
akibatnya penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial.
Proteinuria disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerulus (Mochtar,1993:220). Hubungan antara system imun
dengan preeclampsia berat menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi
berpengaruh dalam perkembangan preeklampsia. Keberadaan protein
asing, plasenta,atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut.
(Easterling dan Benedetti 1989)
D. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIK)
Adapun manifestasi klinik Preeklampsia Berat :
EFEK PADA IBU

PREEKLAMPSIA BERAT

Tekanan darah

Peningkatan menjadi 160/110 mmHg dua kali


pemeriksaan dengan jarak 6 jam pada ibu hamil
yang beristirahat di tempat tidur.

MAP

160/110=127

Peningkatan berat badan

Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu


selama trimester kedua dan ketiga atau peningkatan
berat badan yang tiba-tiba sebesar 2kg setiap kali

Proteinuria

Proteinuria 5 sampai 10g/dL dalam 24 jam atau

Dipstik Kualitatif

+ 2 protein dengan dipstick

Analisi kuantitatif 24 jam


Edema

Edema

umum,

bengkak

semakin

jelas

di

mata,wajah,jari,bunyi paru (rales) bisa terdengar.


Refleks

Hiperefleksi +3 atau lebih; klonus di pergelangan


kaki

Haluaran urine

Oliguria: <30ml/jam atau 120ml/4jam

Nyeri kepala

Berat

Gangguan penglihatan

Kabur, fotofobia,bintik buta pada funduskopi

Iritabilitas/afek

Berat

Nyeri ulu hati

Berat

Kreatinin serum

Meningkat

Trombositopenia

Ada

Peningkatan AST

Jelas

Hematokrit

Menigkat

EFEK PADA JANIN


Perfusi plasenta

Perfusi menurun dinyatakan sebagai IUGR pada


ferus, DJ:deselerasi lambat

Prematur plasenta

Pada waktu lahir plasenta terlihat lebih kecil


daripada plasenta yang normal untuk usia kehamila,
premature aging terlihat jelas dengan berbagai
daerah yang sinsitianya pecah, banyak terdapat
nekrosis iskemik(infark putih), dan deposisi fibrin
intervilosa (infark merah) bisa terlihat.

Gejala-gejala subjektif yang dapat dirasakan pada preeklampsia berat


adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kepala:
Jarang ditemukan pada kasus ringan tetapi akan sering terjadi
pada kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah
frontal dan oksipital serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik
biasa.
2. Nyeri Epigastrium:
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia
berat. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar
akibat edema atau perdarahan.
3. Gangguan penglihatan:
Keluhan penglihatan tertentu dapat disebabkan oleh spasme
arterial,iskemia, dan edema pada retina dan pada kasus-kasus yang
langka disebabkan oleh ablasio retina.
4. Sakit kepala yang berat.
5. Perubahan pada refleks.

6. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali.


7. Ada darah pada air kencing.
8. Pusing.
9. Mual dan muntah yang berlebihan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urin : protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
2. Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin.
3. USG
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Kronik hipertensi kehamilan.
2. Kehamilan dengan sindrom nefrotik.
3. Kehamilan dengan payah jantung
G. PENTALAKSANAAN PREEKLAMPSI BERAT (PEB)
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan dibagi menjadi:
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah
pengobatan medis.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medis.
H. PERAWATAN AKTIF
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assessment (NST & USG).
Indikasi (salah satu atau lebih)
1. Ibu

Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.

Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan


terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan medikasi terjadi

kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medicinal,


ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan)
2. Janin

Hasil fetal assessment jelek (NST & USG)

Adanya tanda IUGR

3. Laboratorium

Adanya HELLP syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi


hepar, trombositopenia)

Pengobatan Medis
Pengobatan medis pasien preeclampsia berat yaitu:
1. Segera masuk rumah sakit.
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
reflex patella setiap jam.
3. Infuse dekstrosa 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infuse RL
(60-125cc/jam) 500 cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat.
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid
injeksi 40 mg/IM.
8. Antihipertensi diberikan bila:

Desakan darah sistolik lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125
mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik kurang dari
105 mmHg karena akan menurunkan perfusi plasenta.

Dosis hipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya dapat


diberikan obat-obat antihipertensi parenteral, catapres injeksi.
Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infuse atau
catapress disesuaikan dengan tekanan darah.

Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet


antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 45 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat
yang sama mulai diberikan secara oral

9. Kardiotonika
Indikasi bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
10. Lain-lain

Konsul bagian penyakit dalam (jantung, mata)

Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat


celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol atau xylomidon 2 cc IM.

Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6


jam/IV/hari.

Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi


uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.

Pemberian Magnesium Sulfat


Cara Pemberian magnesium sulfat:
1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5
menit). Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan
(40 % dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam
pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6
jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4:

Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram


(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.

Reflex patella positif kuat.Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per


menit.

Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5


cc/kgBB/jam).

4. MgSO4 dihentikan bila:

Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, reflex


fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
karena kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15
mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15
mEq/liter terjadi kematian jantung.

Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat:


1. Hentikan pemberian magnesium sulfat.
2. Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)
secara IV.
3. Berikan oksigen.
4. Lakukan pernafasan buatan

Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca


persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).

Pengobatan Obstetrik
Cara Terminasi Kehamilan yang belum Inpartu:
1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring
2. Seksio sesaria bila:

Fetal assessment jelek

Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari


5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.

12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase


aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.

Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu :


Kala I
1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio
sesaria.
2. Fase aktif :

Amniotomi saja.

Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap


maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan
oksitosin).

Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan
partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurangkurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan,
terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
I. PERAWATAN KONSERVATIF
Indikasi:
Bila kehamilan pre term kurang dari 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
Pengobatan medisinal :
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya
loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler
saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
Pengobatan Obstetri:

Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti


perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre


eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.

Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan


medisinal gagal dan harus diterminasi.

Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih


dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.

Pasien dipulangkan bila:

Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda pre eklamsia ringan


dan telah dirawat selama 3 hari.

Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia
ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : atonia uteri, sindrom
HELLP, ablasio retina, KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata), gagal
ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan
kematian.
K. PENCEGAHAN PREEKLAMPSI BERAT (PEB)
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsi
terutama preeklampsi berat (PEB). Beberapa penelitian menunjukkan
pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen
kalsium, magnesium) atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi,
diuretic,

aspirin)

preeklampsi.

dapat

mengurangi

kemungkinan

timbulnya

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada ibu preeklamsi antara lain sebagai
berikut:
1. Identitas umum ibu
2. Data riwayat kesehatan:
a. Data riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan ibu menderita hipertensi sebelum hamil

Kemungkinan ibu mempunyai riwayata preeklamsi pada


kehamilan terdahulu

Biasanya mudah terjadi pada dengan obesitas

Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis

b. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal

Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium

Gangguan virus: penglihatan kabur, skotoma dan diplopia

Mual dan muntah, tidak nafsu makan

Edema pada ekstremitas

Tengkuk terasa berat

Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu

c. Riwayat kesehatan keluarga


Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsi dan eklampsia
dalam keluarga
d. Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia di
bawah tahun atau diatas 35 tahun
3. Pemeriksaan fisik biologis
Keadaan umum

: lemah

Kepala

: sakit kepala, wajah edema

Mata

: konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina

Pencernaan

: nyeri pada epigastrium, anoreksia, mual,


muntah

Ekstremitas

: edema pada kakai dan tangan juga pada jari-jari

System persarafan : hoper refleksi, klonus pada kaki


Genetourinaria

: oliguria, proteinuria

Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin


melemah
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah


Penurunan

hemoglobin,

peningkatan

hematokrit,

trombosit menurun

Urialisis
Ditemukannya protein dalam urin

Pemeriksaan fungsi hati


Bilirubin meningkat
LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
Asparat aminomtransferase (AST) >60 ul
Serum glutamate pirufat transaminase (SGPT) meningkat
Serum

glutamate

oxaloacetic

transaminase

(SGOT)

meningkat
Total protein serum meningkat

Tes kimia darah


Asam urat meningkat

b. Radiologi

Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus.
Pernafasan intrauterus meningkat lambat, aktivitas janin
lambat, volume cairan ketuban sedikit

Kardiotografi
Denyut jantung bayi lemah

c. Data social ekonomi


Preeklamsi berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan
ekonomi rendah karena mereka kurang mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein dan juga kurang melakukan perawatan
antenatal yang teratur
d. Data psikologis
Biasanya ibu dengan preeclampsia berada pada kondisi yang labil
dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya
dan keadaan janin yang dikandungnya, dia takut anaknya akan
lahir cacat atau meninggal dunia sehingga ia takut untuk
melahirkannya
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume interstisial berhubungan dengan penurunan
tekanan osmotik, perubahan permeabilitas pembuluh darah
2. Penurunan

curah

jantung

berhubungan

dengan

hipovolemia/penurunan aliran balik vena


3. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya
perfusi darah ke plasenta
4. Resiko tinggi intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya
masalah sirkulasi, peningkatan tekanan darah
5. Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan edema/hipoksia
jarinagn, kejang tonik klonik
6. Nyeri epigastrik berhubungan dengan peregangan kapsula hepar
C. Rencana Tindakan
No.
1.

Diagnosa
Kelebihan
interstisial

NOC

volume Setlah

NIC

dilakukan 1. Pantau

keperawatan

dan

catat

intake dan output

berhubungan

dengan volume

cairan

setiap hari

penurunan

tekanan pada

pasien 2. Pemantauan tanda-

osmotik,

perubahan kembali seimbang

tanda

vital,

permeabilitas pembuluh

waktu

darah

kapiler (CRT)

catat

pengisian

3. Pantau atau timbang


berat badan ibu
4. Observasi

tentang

adanya edema
5. Berikan diet rendah
garam sesuai hasil
kolaborasi

dengan

ahli gizi
6. Kaji adanya distensi
pada vena jugularis
dan perifer
7. Kolaborasi
dokter

dengan
tentang

pemberian diuretik
2.

Penurunan
jantung

curah Setelah dilakukan 1. Pantau


berhubungan tindakan

dengan

2. Lakukan

hipovolemia/penurunan curah

jantung

baring

aliran balik vena

menjadi

dengan

normal

dan

tekana darah

keperawatan,
pasien

nadi

tirah
pada

ibu
posisi

miring ke kiri
3. Pantau

parameter

hemodinamik
invasive
(kolaborasi)
4. Berikan

obat

antihipertensi
sesuai
kebutuhan

dengan

berdasarkan
kolaborasi

dengan

dokter
5. Pantau
darah

tekanan
dan

oabt

hioertensi
3.

Resiko
janin

cedera

pada Setelah dilakukan 1. Istirahatkan ibu

berhubungan tindakan

dengan
adekuatnya

tidak keperawatan, tidak

2. Anjurkan ibu agar


tidur miring kekiri

perfusi terjadi cidera pada 3. Pantau

darah ke plasenta

pasien

tekanan

darah ibu
4. Pantau

bunyi

jantung ibu
5. Beri obat hipertensi
setelah

kolaborasi

dengan dokter

DAFTAR PUSTAKA
Angsar M, Dikman. 1984. Hipertensi dalam kehamilan Simposium Era
baru pengobatan gagal jantung dan hipertensi. Surabaya
Angsar M, Dikman. 1985. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam kehamilan
di Indonesia. Sat Gas Gestosis POGI Edisi I : Surabaya
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kodekteran. Media Aesculapius : Jakarta
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta
Pritchard, Mac Donald. 1991. Obstetri Wiliams. Airlangga University Press :
Surabaya
Rachaman,

Heni

Putri.

2011.

Konsep

dasar

preeklamsi

berat.

http://hanieputrirachmaan.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-preeklamsi-berat-peb.html, diakses tanggal 31 Januari 2012


Sumampouw. 1994. Pre Eklampsia. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/
UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Dr. Soetomo 1994

Anda mungkin juga menyukai