Ringan
Berat
dalam
kehamilan
adalah
apabila
dijumpai
sampai
triwulan ketiga)
atau bisa
lebih awal
terjadi.
Preeklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan,
terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan
proteinuria. Edema juga dapat terjadi (Widyastuti, 2002, p.11).
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari Preeklampsi berat (PEB) masih belum
diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor
yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia berat. Faktor-faktor
tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke
rahim.
Adapun faktor resiko dari Preeklampsia Berat :
1. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
2. Riwayat keluarga dengan preeclampsia atau eklampsia.
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
4. Ibu hamil dengan usia < 18 tahun atau lebih > 35 tahun.
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal,
migraine, dan tekanan darah tinggi).
6. Kehamilan kembar
7. Kehamilan mola
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi preeklampsi berat setidaknya berkaitan dengan
perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada
kehamilan meliputi:
1. Peningkatan volume plasma darah.
2. Vasodilatasi.
3. Penurunan resistensi vascular sistemik (systemic vascular resistance).
4. Peningkatan curah jantung.
5. Penurunan tekanan osmotik koloid
Preeklampsi berat adalah suatu keadaan hiperdinamik dimana
ditemukan hipertensi dan proteinuria akibat hiperfungsi ginjal . Pada
preeclampsia berat, volume plasma yang beredar menurun, sehinga
terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Terjadi
spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air .
Menyebabkan perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit
janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik menurunkan perfusi organ
dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen
maternal menurun. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik, sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
PREEKLAMPSIA BERAT
Tekanan darah
MAP
160/110=127
Proteinuria
Dipstik Kualitatif
Edema
umum,
bengkak
semakin
jelas
di
Haluaran urine
Nyeri kepala
Berat
Gangguan penglihatan
Iritabilitas/afek
Berat
Berat
Kreatinin serum
Meningkat
Trombositopenia
Ada
Peningkatan AST
Jelas
Hematokrit
Menigkat
Prematur plasenta
3. Laboratorium
Pengobatan Medis
Pengobatan medis pasien preeclampsia berat yaitu:
1. Segera masuk rumah sakit.
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
reflex patella setiap jam.
3. Infuse dekstrosa 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infuse RL
(60-125cc/jam) 500 cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat.
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid
injeksi 40 mg/IM.
8. Antihipertensi diberikan bila:
Desakan darah sistolik lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125
mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik kurang dari
105 mmHg karena akan menurunkan perfusi plasenta.
9. Kardiotonika
Indikasi bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
10. Lain-lain
Pengobatan Obstetrik
Cara Terminasi Kehamilan yang belum Inpartu:
1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring
2. Seksio sesaria bila:
Amniotomi saja.
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan
partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurangkurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan,
terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
I. PERAWATAN KONSERVATIF
Indikasi:
Bila kehamilan pre term kurang dari 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
Pengobatan medisinal :
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya
loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler
saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
Pengobatan Obstetri:
Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia
ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : atonia uteri, sindrom
HELLP, ablasio retina, KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata), gagal
ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan
kematian.
K. PENCEGAHAN PREEKLAMPSI BERAT (PEB)
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsi
terutama preeklampsi berat (PEB). Beberapa penelitian menunjukkan
pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen
kalsium, magnesium) atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi,
diuretic,
aspirin)
preeklampsi.
dapat
mengurangi
kemungkinan
timbulnya
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada ibu preeklamsi antara lain sebagai
berikut:
1. Identitas umum ibu
2. Data riwayat kesehatan:
a. Data riwayat kesehatan dahulu
: lemah
Kepala
Mata
Pencernaan
Ekstremitas
: oliguria, proteinuria
hemoglobin,
peningkatan
hematokrit,
trombosit menurun
Urialisis
Ditemukannya protein dalam urin
glutamate
oxaloacetic
transaminase
(SGOT)
meningkat
Total protein serum meningkat
b. Radiologi
Ultrasonografi
Ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus.
Pernafasan intrauterus meningkat lambat, aktivitas janin
lambat, volume cairan ketuban sedikit
Kardiotografi
Denyut jantung bayi lemah
curah
jantung
berhubungan
dengan
Diagnosa
Kelebihan
interstisial
NOC
volume Setlah
NIC
dilakukan 1. Pantau
keperawatan
dan
catat
berhubungan
dengan volume
cairan
setiap hari
penurunan
tekanan pada
osmotik,
tanda
vital,
permeabilitas pembuluh
waktu
darah
kapiler (CRT)
catat
pengisian
tentang
adanya edema
5. Berikan diet rendah
garam sesuai hasil
kolaborasi
dengan
ahli gizi
6. Kaji adanya distensi
pada vena jugularis
dan perifer
7. Kolaborasi
dokter
dengan
tentang
pemberian diuretik
2.
Penurunan
jantung
dengan
2. Lakukan
hipovolemia/penurunan curah
jantung
baring
menjadi
dengan
normal
dan
tekana darah
keperawatan,
pasien
nadi
tirah
pada
ibu
posisi
miring ke kiri
3. Pantau
parameter
hemodinamik
invasive
(kolaborasi)
4. Berikan
obat
antihipertensi
sesuai
kebutuhan
dengan
berdasarkan
kolaborasi
dengan
dokter
5. Pantau
darah
tekanan
dan
oabt
hioertensi
3.
Resiko
janin
cedera
berhubungan tindakan
dengan
adekuatnya
darah ke plasenta
pasien
tekanan
darah ibu
4. Pantau
bunyi
jantung ibu
5. Beri obat hipertensi
setelah
kolaborasi
dengan dokter
DAFTAR PUSTAKA
Angsar M, Dikman. 1984. Hipertensi dalam kehamilan Simposium Era
baru pengobatan gagal jantung dan hipertensi. Surabaya
Angsar M, Dikman. 1985. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam kehamilan
di Indonesia. Sat Gas Gestosis POGI Edisi I : Surabaya
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kodekteran. Media Aesculapius : Jakarta
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta
Pritchard, Mac Donald. 1991. Obstetri Wiliams. Airlangga University Press :
Surabaya
Rachaman,
Heni
Putri.
2011.
Konsep
dasar
preeklamsi
berat.