Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktek Lapang

Agrogeologi dan Mineralogi Tanah

LAPORAN PERJALANAN DI DAERAH LOKA DAN


JENEPONTO

OLEH :
NAMA

: MAGFIRAH DJAMALUDDIN

NIM

: G111 12 269

KELOMPOK

: II (DUA)

KELAS

:A

ASISTEN

: IMAM HIDAYAT

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

A. Praktek Lapang Loka, Bantaeng


Praktikum lapang terpadu dilaksanakan di Loka tepatnya berada di Desa
Bontomarannu Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng. Di mana daerah ini
merupakan hasil erupsi gunung api. Dari peta geologi lembar Ujungpandang,
Benteng, dan Sinjai dengan skala 1 : 250.000, kita dapat mengetahui bahwa di
daerah Loka terdapat formasi batuan gunungapi yakni Qlvp 1,2 dan daerah
Lanying adalah Qlv. Dimana Qlvp (Quarter lompobatang vulkanik parasit) 1,2
merupakan hasil erupsi parasit dan Qlv (quarter lompobatang vulkanik)
merupakan batuan gunungapi Lompobatang yaitu konglomerat, lava, breksi,
endapan lahar dan tufa. Sehingga disimpulkan bahwa daerah Loka merupakan
hasil erupsi vulkanik gunung api Lompobatang, yang ditandai dengan banyaknya
batu apung sebagai hasil dari keuntungan gunung api. Daerah loka termasuk
bentang alam vulkanik, sehingga keuntungan yang di dapat adalah tanah yang
subur

dapat

dilihat

dari

dijadikannya

daerah

Loka

sebagai

kawasan

pengembangan hortikultura.
Didaerah loka bukan hanya batu apung yang banyak di temukan. Namun
di dapat pula batuan beku. Batuan beku ini didapat di desa Bontomarannu,
tepatnya di temukan di tanah yang berada di pinggir jalan. Batuan beku di dapat
ada yang masih dalam bentuk aslinya, ada pula yang telah mengalami pelapukan
dimana telah menjadi bahan induk tanah.

Gambar batuan beku yang telah


mengalami pelapukan

Gambar batuan beku yang belum


mengalami pelapukan

Di daerah Loka, Bantaeng dapat terlihat jelas bahwa terdapat daerah


perbukitan yang memiliki teras teras batu. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
ternyata batu batu ini terbawa oleh aliran saat terjadi erosi. Batuan yang terdapat
pada daerah puncak terbawa oleh aliran permukaan sehingga banyak terdapat batu
dibagian bawah. Batu batu ini diperkirakan berasal dari hasil erupsi gunung api
Lompobatang.
Tepat

di

dataran tinggi

(perbukitan)

yang merupakan kawasan

pengembangan hortikultura, masyarakat atau para petani setempat menanam


perkebunan apel dan strawberry sehingga menjadi tempat wisata, hal ini didukung
karena jenis tanah di daerah perbukitan ini cenderung merupakan hasil dari
pelapukan batuan piroklastik. Batuan piroklastik yang dihasilkan dari aktivitas
vulkanisme yang eksplosif, mengandung banyak mineral-mineral (olivin,
piroksen, Ca-Na plagioklas, bioit, amphibol, orthoklas, muscovit dan kuarsa) yang
kaya akan unsur hara (Ca, Mg, Fe, Zn, Na, S dan K) yang sangat bermanfaat bagi
tanaman. Oleh sebab itu sesuai untuk pengembangan tanaman pangan dan
hortikultura.
Bentuk topografi dan iklim (utamanya curah hujan) akan mempengaruhi
tingkat kesuburan tanah yang berkembang dari batuan piroklastik. Topografi yang
curam dengan curah hujan yang tinggi membuat tanah yang telah terbentuk akan
intensif mengalami proses pencucian sehingga kation kation logamnya dapat
hilang dalam larutan tanah sehingga tanah dapat bereaksi masam. Hal ini sesuai
dengan pengujian di lapangan dengan menggunakan soil tester, pH tanah di
daerah perbukitan adalah 5,2 dengan kelembaban sebesar 55%. Untuk itu perlu
dilakukan penambahan kapur dan bahan organik untuk menaikkan pH tanah dan
mengikat kation kation logam agar tidak hilang dalam proses pencucian.
Batuan beku lebih banyak di temukan di daerah dataran rendah. Batuan
beku secara fisik merupakan batuan yang sangat masif (kompak). Struktur yang
masif menyebabkan pelapukan pada batuan beku berjalan sangat lambat. Lubang
bekas pelepasan gas pada permukaan batuan tidak memiliki koneksi pada bagian
dalam sehingga proses pelapukan harus dimulai pada bagian luar permukaan
batuan. Jenis tanah yang terbentuk adalah tanah tanah yang bersolum dangkal.

Hal ini disebabkan karena batuan induknya sulit mengalami pelapukan. Oleh
sebab itu perkembangan tanah pada daerah berbahan induk batuan beku umumnya
lambat. Jenis tanaman yang ditanam di daerah ini adalah tanaman kehutanan. Hal
sesuai dengan keterangan yang di dapat di peta rupa bumi, bahwa kawasan
dataran rendah di daerah Loka memang di peruntukkan untuk kawasan hutan.

B. Praktek Lapang Di Jeneponto


Pada praktek lapang di Jeneponto, pengamatan profil tanah di lakukan di
Bangkala. Tanah yang di temukan di daerah ini berwarna hitam, memiliki sifat
vertic, dimana pada musim kering akan mengerut dan pada musim hujan akan
mengembang. Pada saat itu musim hujan, sehingga tanah yang ditemukan
mengembang. Dapat di lihat pada gambar di bawah ini.

Tanah jenis ini diindikasikan adalah ordo vertisols. Dimana tanah vertisols
memiliki lapisan baji, didominasi liat yang tinggi. Dan terbentuk di daerah
lembah. Mineral penyusunnya merupakan mineral smektit. Mineral smektit
merupakan mineral liat tipe 2 :1. Biasanya mineral liat tipe 2 : 1 ditemukan di
daerah lembah/cekungan dan memilki muatan negatif yang tinggi sehingga
mengakibatkan nilai KTK yang tinggi pula. Tanah yang mengandung liat smektit
memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut, kation dan molekul air mudah
masuk pada rongga antar unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang
pada keadaan basah dan mengerut pada saat kehilangan air. Anggota smektit yang
di temukan di jeneponto adalah monmorilonit.

Anda mungkin juga menyukai