Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
PP nomor 38 tahun 1992 tentang tenaga kependidikan, konselor disebut sebagai tenaga
pendidik yang bertugas membimbing dan oleh karena itu disebut sebagai pembimbing.
Pembimbing dituntut memiliki kecakapan,keahlian khusus dalam bidang profesinya.
Keahlian dan kecakapan khusus ini diperoleh melalui proses profesionalisasi yang
dilaksanakan sejak pendidikan pra jabatan sampai dengan pendidikan dalam jabatan.
Persoalan yang berhubungan dengan konselor seperti juga tenaga kependidikan yang
lain, mencakup banyak aspek antara lain: karakteristik kegiatan profesional,penyiapan tenaga
pengukuran tingkat pencapaian profesionalitas hasil didikan,aspek hukum yang menyangkut
ijin kerja,perlindungan hukum bagi kegiatan konseling,pengembangan profesi,tugas dan
kewajiban profesional,pengaturan imbalan,pengakuan profesi lain,organisasi dan kode etik
serta pengawasan.

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 1

BAB II
PEMBAHASAN

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Syarat-syarat suatu profesi :
1.

Melibatkan kegiatan intelektual.

2.

Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

3.

Memerlukan persiapan profesional yang dalam dan bukan sekedar latihan.

4.

Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.

5.

Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.

6.

Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7.

Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8.

Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Yang
berlatar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan bimbingan dan
Konseling , atau Bimbingan Penyuluhan. Mempunyai organisasi profesi bernama Asosiasi
Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN). Melalui proses sertifikasi, asosiasi ini
memberikan lisensi bagi para konselor tertentu sebagai tanda bahwa yang bersangkutan
berwenang menyelenggarakan konseling dan pelatihan bagi masyarakat umum secara resmi.
Konselor bergerak terutama dalam konseling di bidang pendidikan, tapi juga merambah pada
bidang industri dan organisasi, penanganan korban bencana, dan konseling secara umum di
masyarakat. Khusus bagi konselor pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik disatuan pendidikan
sering disebut Guru BP/BK atau Guru Pembimbing.
Jadi, profesi konselor adalah seseorang yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam
bidang konseling yang berlatar belakang pendidikan minimal S1 bimbingan dan konseling.

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 2

2.1 Landasan Pengembangan Profesi Konseling


2.1.1 Dengan berlakunya kurikulum 1975/1976, dirasakan pentingnya pengembangan profesi
bimbingan dan konseling. Hal ini menuntut lembaga penghasil tenaga profesional
bidang tersebut dan dirintis pula pembentukan organisasi profesi bimbingan dan
konseling.
2.1.2 Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 026 tahun 1989 yang
kemudian diubah dengan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor 84 tahun 1993 tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
2.1.3Undang-undang no. 2 tahun 1989 dan no.20 tahun 2003 tentang sisdiknas dan berbagai
pengaturan mengenai pelaksanaannya seperti,penddikan pra sekolah,penddikan
dasar,pendidikan menengah,penddikan tingi, dan tenaga kependdikan.
2.2 Kriteria atau persyaratan Pribadi Konselor ( Guru Pembimbing )
2.2.1 Pemahaman Diri ( Self-knowledge )
Self-knowledge ini berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik, dia
memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan hal itu, dan masalah
apa yang harus dia selesaikan. Pemahaman diri sangat penting bagi konselor, karena beberapa
alasan sebagai berikut:
a)

Konselor yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung akan memilih

persepsi yang akurat pula tentang orang lain atau klien ( konselor akan lebih mampu
mengenal diri orang lain secara tepat pula )
b)

Konselor yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil juga

memahami orang lain.


c)

Konselor yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajar cara memahami

diri itu kepada orang lain.


d)

Pemahaman tentang diri memungkinkan konselor untuk dapat merasa dan

berkomunikasi secara jujur dengan klien pada saat konseling berlangsung.


Konselor juga memiliki tingkat pemahaman diri yang baik akan menunjukkan sifat sifat
sebagai berikut:
a)

Konselor menyadari dengan baik tentang kebutuhan dirinya.

b)

Konselor menyadari dengan baik tentang perasaan perasaannya.

c)

Konselor menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalm konseling dan apa

yang menyebabkan dirinya melakukan pertahanan diri dalam mereduksi kecemasan tersebut.

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 3

d)

Konselor mengakui kelemahan atau kelebihan dirinya. Pemahaman diri sangan penting

bagi konselor karena konselor yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengejar cara
memahami diri itu kepada orang lain.
2.2.2 Kompeten
Adalah bahwa konselor itu memiliki kualitas fisik, intelektual emosional, social dan
moral sebagai pribadi yang berguna. Kompetensi sangatlah penting bagi konselor, sebab
klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi kompetensi yang
diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Dalam hal ini, konselor
berperan untuk mengajar kompetensi kompetensi tersebut kepada klien.
Konselor yang lemah fisiknya, lemah kemampuan intelektualnya, sensitive emosinya,
kurang memiliki kemampuan dalam berhubungan social dan kurang memahami nilai nilai
moral maka dia tidak akan mampu mengajarkan kompetensi kompetensi tersebut kepada
klien.
Konselor yang efektif adalah yang memiliki:
1.

pengetahuan akademik.

2.

kualitas pribadi.

3.

keterampilan konseling.
Sifat sifat kompeten terdiri dari:

1.

mengevaluasi efektifitas konseling yang dilakukannya dengan menelaah setiap

pertemuan konseling agar dapat bekerja lebih produktif.


2.

melakukan kegiatan tindak lanut terhadap hasil evaluasi yang telah dilaksanakan untuk

mengembangkan proses konseling.


3.

mencba pendekatan pendekatan baru dalam konseling.

2.2.3 Kesehatan Psikologi


Konselor dituntut memiliki kesehatan pskologi yang lebih baik dari kliennya, hal ini
penting karena kesehatan psikologi konselor akan mendasari pemahamannya terhadap prilaku
dan penampilannya. Ketika konselor memahami bahwa kesehatan psikologinya baik, maka
dia membangun proses konseling tersebut secara positif sedangkan jika konselor kesehatan
psikologinya tidak baik, maka dia akan mengalami kebingungan dalam menetapkan arah
konseling yang ditempuhnya.
Sifat yang dimiliki leh kesehatan psiklogi di antaranya:
1.

memperoleh keuasan rasa cinta, aman, kekuatan dan seks

2.

dapat mengatasi masalah masalah pribadi yang di hadapinya.

3.

menyadari kelemahan kemampuan dirinya.

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 4

4.

Kesehatan psikolog yang baik sangat berperan penting bagi hubungan konseling karena

apabila konselor kurang sehat psikisnya, maka dia akan terkontaminasi leh kebutuhan sendiri,
persepsi yang subjektif, kebingungan dan nilai yang keiru.
2.2.4 Dapat Dipercaya ( Trustsworthiness )
Adalah bahwa konselor tidak menjadi penyebab kecemasan bagi klien dan bkan satu
ancaman bagi klien dalam konseling, akan tetapi sebagai pihak yang memberikan rasa aman.
Konselor yang dipercaya cenderung memiliki kualitas sikap dan prilaku sebagai berikut:
1.

memiliki pribadi yang konsisten.

2.

dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.

3.

tidak pernah membuat orang lain ( klien ) kecewa atau kesal.

4.

bertanggung jawab, mampu merespon rang lain secara utuh, tidak ingkar janji dan mau

membantu secara penuh.


2.2.5 Jujur ( Honesty )
Adalah ahwa konselor harus bersikap terbuka, autentif, dan asli. Konselor yang jujur
memiliki sifat sifat sebagai berikut:
1.

Bersifat kongruen artinya sifat sifat dirinya di persepsi oleh dirinya sendiri sama

sebangun dengan yang dipersepsi oleh orang lain.


2.

Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejuuran.

Sikap jujur ini penting bagi konseling karena kejujuran memungkinkan konselor dapat
memberi umpan balik secara objektif kepada klien.
2.2.6 Kekuatan ( Strength )
Kekuatan dan kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal itu
klien akan merasa aman. Klien memandang konselor sebaga orang yang:
1.

Tabah dalam menghadapi masalah

2.

Dapat endorong klirn untuk mengatasi masalahnya

3.

dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.

Konselor yang memiliki kekuatan cenderung menampilkan kualitas sikap dan prilaku berikut:
1.

Dapat membuat batasan waktu yang pantas dalam konseling.

2.

Bersifat fleksibel.

3.

memiliki identitas diri yang jelas.

2.2.7 Bersikap Hangat


Yang dimaksud bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian dan memberikan kasih
sayang. Klien dating meminta bantuan konselor, pada umunya yang kurang mengalami
kehangatan dalam hidupnya, sehingga dia kehilangan kemampuan utuk bersikap ramah,
PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 5

memberikan perhatian dan kasih sayang melalui konseling, klien ingin mendapatkan rasa
hangat tersebut dan melakukan sharing dengan konselr. Apabila hal itu diperoleh, maka
dapat mengalami perasaan yang nyaman.
2.2.8 Pendengar yang Baik ( Actives Responsiveness )
Adalah bahwa dengan melalui respon yang aktif , konselor dapat mengkomunikasikan
perhatian dirinya terhadap kebutuhan klien.
Konselor sebagai pendengar yang baik memiliki kualitas sebagai berikut:
1.

Mampu berhubungan dengan rang orang yang bukan dari kalangannya sendiri saja

dan mampu berbagi ide ide, persaan, dan masalah yang sebenarnya bukan masalahnya.
2.

Menantang klien dalam konseling dengan cara cara yang bersifat membantu.

3.

Memperlakukan klien dengan cara cara yang dapat menimbulkan respons yang

bermakna.
4.

berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien dlam

konseling.
2.2.9 Sabar ( Patience )
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk
mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih
memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung menamplkan
kualitas sikap dan prilaku yang tidak tergesa gesa.
Konselor yang sabar memiliki kualitas sebagai berikut:
1.

Memiliki toleransi terhadap ambiguitas yang terjadi dalam konseling sebagai

konsekuensi dari kompleks manusia.


2.

mampu berdampingan dengan klien dan membiarkannya untuk mengikuti arahnya

sendiri meskipun mungkin konselor mengetahui adanya jalan yang lebih singkat.
3.

Tidak takut akan pemborosan waktu dalam minatnya terhadap petumbuhan klien.

4.

Dapat mempertahankan kritikan da pertanyaan yang akan disampaikandalam sesi dan

digunakan kemudian.
2.2.10 Kepekaan ( Sensitivity )
Adalah bahwa konselor menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi
atau sifat mudah tersinggung, baik pada diri klien maupun pada dirinya sendiri. Konselor
yang sensitive memilki sifat sifat sebagai berikut:
1.

Sensitif terhadap dirinya sendiri.

2.

Sensitif terhadap sifat sifat yang mudah tersinggung terhadap dirinya.

3.

Mengetahui kapan dan dimana mengungkap masalah klien.

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 6

2.2.11 Kebebasan
Kebebasan konselor tampak dalam kualitas sebagai berikut:
1.

menempatkan nilai tinggi terhadap kebebasan dalam hidupnya.

2.

Dapat membedakan antara manipulasi dan edukasi dalam konseling.

3.

Memahami perbedaan antara kebebasan yang dangkal dengan sesungguhnya dan

membantu klien dalam konseling dengan menghargai perbedaan itu.


4.

Mencoba dan menghargai kebebasan yang benar dalam hubungan konseling.

2.2.12 Kesadaran Holistik ( Hlistic Awareness )


Adalah bahwa konselor memahami klien secara utuh dan tidak mendekatinya secara serpihan.
Konselor perlu memahami adanya dimensi yang menimbulkan masalah klien, dimensi itu
meliputi: fisik, intelektual, social, seksual dan moral spiritual. Konselor yang memiliki
kesadaran holistic cenderung memiliki sifat sifat sebagai berikut:
1.

Akrab dan terbuka berbagai teori.

2.

Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat.

3.

menyadari secara akurat tentang dimensi kepribadian yang kompleks.

2.3 Tugas dan Tanggung jawab konselor sekolah:


2.3.1 Tugas dan Tanggung jawab konselor kepada profesi, yaitu bahwa konselor :
a)

Bertindak sedemikian rupa sehingga menguntungkan diri sendiri sebagai konselor dan

profesi;
b)

Melakukan penelitian dann melaporkan penemuannya sehingga memperkaya khasanah

dunia bimbingan dan konseling;


c)

Berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan organisasi profesional bimbingan dan

konseling baik di tempatnya sendiri, di daerah, maupun dalam lingkungan nasional;


d)

Menjalankan dan mempertahankan standar profesi bimbingan dan konseling serta

kebijaksanaan yang berlaku berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling;


e)

Membedakan dengan jelas mana pernyataan yang bersifat pribadi dan mana pernyataan

yang menyangkut profesi bimbingan serta memperhatikan dengan sungguh-sungguh


implikasinya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.
2.3.2 Tugas dan Tanggung jawab konselor kepada sekolah dan masyarakat, yaitu bahwa
konselor :

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 7

a)

Mendukung dan melindungi program sekolah terhadap penyimpangan-penyimpangan

yang merugikan siswa;


b)

Memberitahu pihak-pihak yang bertanggung jawab apabila ada sesuatu yang dapat

menghambat atau merusak misi sekolah, personal sekolah, ataupun kekayaan sekolah;
c)

Mengembangkan dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan dan konseling untuk

memenuhi kebutuhan segenap unsur-unsur sekolah dan masyarakat;


d)

Membantu pengembangan :
Kondisi kurikulum dan lingkungan yang baik untuk kepentingan sekolah dan

masyarakat;

Program dan prosedur pendidikan demi pemenuhan kebutuhan siswa dan masyarakat;

Proses evaluasi dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolah pada umumnya (fungsi

bimbingan dan konseling, kurikulum dan pengajaran, dan pengelolaan/administrasi)/


e)

Bekerjasama dengan lembaga, organisasi, dan perorangan baik di sekolah maupun di

masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa, sekolah dan masyarakat, tanpa pamrih.
2.3.3 Tugas dan Tanggung jawab konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor :
a)

Memiliki keawajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa yang harus

diperlakukan sebagai individu yang unik;


b)

Memperhatikan sepenuhnya segenap kebutuhan siswa (kebutuhann yang menyangkut

pendidikan, jabatan/pekerjaan, pribadi, dan sosial) dan mendorong pertumbuhan dan


perkembangan yang optimal bagi setiap siswa;
c)

Memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingan dan konseling, serta

aturan ataupun prosedur yang harus dilalui apabila ia menghendaki bantuan bimbingan dan
konseling;
d)

Tidak mendesakkan kepada siswa (konseli) nilai-nilai tertentu yang sebenarnya hanya

sekedar apa yang dianggap baik oleh konselor saja;


e)

Menjaga kerahasiaan data tentang siswa;

f)

Memberi tahu pihak yang berwenang apabila ada petunjuk kuat sesuatu yang berbahaya

akan terjadi;
g)

Menyelenggarakan pengungkapan data secara tepat dan memberi tahu siswa tentang

hasil kegiatan itu dengan cara sederhana dan mudah dimengerti;


h)

Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan professional;

i)

Melakukan referral kasus secara tepat.

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 8

2.3.4 Tugas dan Tanggung jawab konselor kepada diri sendiri, yaitu bahwa konselor :
a)

Berfungsi (dalam layanan bimbingan dan konseling) secara profesional dalam batas-

batas kemampuannya serta menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari pelaksanaan
fungsi tersebut;
b)

Menyadari kemungkinan pengaruh diri pribadi terhadap pelayanan yang diberikan

kepada konseli;
c)

Memonitor bagaimana diri sendiri berfungsi, dan bagaimana tingkat keefektifan

pelayanan serta menahan segala sesuatu kemungkinan merugikan klien;


d)

Selalu mewujudkan prakarsa demi peningkatan dan pengembangan pelayanan

professional melalui dipertahankannya kemampuan professional konselor, dan melalui


penemuan-penemuan baru.

2.4 Kiat-kiat meningkatkan profesi konselor


2.4.1. Kegiatan pendahuluan pembelajaran.
Menciptakan kondisi awal pembelajaran, menciptakan semangat dan kesiapan belajar,
menciptakan suasana demokrasi dalam belajar, upaya ini dapat diwujudkan melalui cara, dan
teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa agar berkreatif, dalam belajar dan
mengembangkan keunggulan yang dimiliki siswa, Malaksanakan apersepsi dan penilaian
kemampuan awal siswa.
2.4.2. Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Langkah-langkah kegiatan inti dalam pembelajaran meliputi: memberikan tujuan/topik
pelajaran yang akan dibahas, menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang harus ditempuh
oleh siswa, membahasa/menyajikan materi pelajaran.
2.4.3. Kegiatan Akhir Pembelajaran
Kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut
pembelajaran adalah: Melaksanakan penilaian akhir, mengkaji hasil penilaian akhir,
PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 9

melaksanakan kegiatan tindak lanjut, alternatif kegiatan diantaranya: memberikan tugas akhir
atau latihan-latihan, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa,
memberikan motivasi/bimbingan belajar, mengemukankan topik bahasan yang akan datang,
menutup pelajaran.
2.5 Asas-Asas Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional itu
harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuanketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu
diikuti dan terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila asas-asas itu diabaikan atau
dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan
bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam
pelayanan, serta profesi bimbingan dan konseling itu sendiri. Asas-asas yang dimaksud
tersebut antara lain:

2.5.1. Asas Kerahasiaan


Segala sesuatu yang dibicarakan klien (peserta didik) kepada konselor (guru pembimbing)
tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak
boleh atau tidak layak diketahui oleh orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci
dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dilaksanakan, maka
penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak,
terutama penerima bimbingan klien, sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa
bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat
memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien, sehingga
akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien dan para calon klien. Mereka
takut meminta bantuan sebab khawatir masalah dan diri mereka akan menjadi bahan
gunjingan. Apabila hal terakhir itu terjadi, maka tamatlah pelayanan bimbingan dan
konseling ditangan konselor yang tidak dapat dipercaya oleh klien itu.

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 10

2.5.2 Asas Kesukarelaan


Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si
terbimbing atau klien maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara sukarela dan rela
tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya serta
mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu
kepada konselor. Konselor hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau
dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
2.5.3 Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik
keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari klien. Keterbukaan ini bukan hanya
sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, tetapi juga diharapkan masing-masing pihak
yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. Individu
yang membutuhkan bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus
terang tentang dirinya sendiri, sehingga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian
berbagai kekuatan dan kelemahan klien dapat dilaksanakan.
Keterusterangan dan kejujuran klien akan terjadi jika klien tidak lagi mempersoalkan asas
kerahasiaan dan kesukarelaan. Maksudnya, klien telah betul-betul mempercayai konselornya
dan benar-benar mengharapkan bantuan dari konselornya. Lebih jauh keterbukaan akan
semakin berkembang apabila klien tahu bahwa konselornya terbuka.
Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien diharapkan pertama-tama mau
membuka diri sendiri, sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh orang lain
(konselor) dan keduanya mau membuka diri dalam arti mau menerima saran-saran dan
masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak konselor, keterbukaan terwujud dengan
ketersediaan konselor menjawab pertanyaan-pertanyaan klien dan mengungkapkan diri
konselor sendiri jika hal itu dikehendaki oleh klien. Dalam hubungan yang bersuasana seperti
itu masing-masing pihak bersifat transparan (terbuka) terhadap pihak lain.
2.5.4 Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan
masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami dimasa
yang akan datang. Apabila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masalah lampau dan/atau
masalah yang akan datang yang perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang
diselenggarakan itu, pembahasan tersebut hanyalah merupakan latar belakang dan/atau latar
depan dari masalah yang dihadapi sekarang, sehingga masalah yang sedang dialami dapat
terselesaikan. Dalam usaha yang bersifat pencegahan, pada dasarnya pertanyaan yang perlu
PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 11

dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang, sehingga kemungkinan yang kurang
baik di masa datang dapat dihindari.
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda
pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya adanya
siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan.
Konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan berbagai dalih.
Konselor harus mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain-lain. Jika dia benarbenar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan batuannya kini, maka konselor
harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk
kepentingan klien.
2.5.5 Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing setelah
dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b. Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuankemampuan yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil
konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling dan hal itu disadari baik oleh
konselor maupun klien.
2.5.6 Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien
melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha
bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien, sehingga
klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah
yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
Asas ini merujuk pada pola konseling multidimensional yang tidak hanya mengandalkan
transaksi verbal antara klien dengan konselor. Dalam konseling yang berdimensi verbal pun

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 12

asas kegiatan masih harus terselenggara, yaitu klien mengalami proses konseling dan aktif
pula melaksanakan atau menerapkan hasil-hasil konseling.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar klien yang menjadi sasaran pelayanan
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/ kegiatan bimbingan. Dalam
hal ini konselor perlu mendorong klien untuk aktif dalam setiap pelayanan/ kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya
2.5.7 Asas Kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar
mengulang hal yang lama, yang bersifat menonton, melainkan perubahan yang selalu menuju
ke suatu pembaharuan, suatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan
klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang,
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
2.5.8 Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian klien.
Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya
tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Disamping
keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan. Hendaknya aspek layanan yang satu jangan sampai tidak serasi dengan aspek
layanan yang lain.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang
dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan
serasi dan saling menunjang dalam upaya layanan bimbingan dan konseling.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara konselor dan pihakpihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/ kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 13

2.5.9 Asas Kenormatifan


Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,
baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu, maupun
kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi dan layanan harus sesuai dengan
norma yang ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak
menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. Bukanlah layanan atau kegiatan
bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan jika isi dan pelaksanaannya
tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.
Ditilik dari permasalahan klien barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan konseling
yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggar norma
tertentu), tetapi justru dengan pelayanan bimbingan dan konselinglah tingkah laku yang
melanggar norma itu diarahkan kepada lebih bersesuaian dengan norma. Lebih jauh, layanan
meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma
tersebut.
2.5.10 Asas Keahlian
Usaha bimbingan dan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik
dengan menggunakan prosedur, teknik, dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling)
yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya, sehingga dengan
itu dapat dicapai keberhasilan pemberian layanan. Pelayanan bimbingan dan konseling adalah
pelayanan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga-tenaga ahli yang khusus dididik
untuk pekerjaan itu.
Asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana
bidang bimbingan dan konseling), juga kepada pengalaman. Teori dan praktek bimbingan
dan konseling perlu dipadukan. Oleh karena itu, seorang konselor ahli harus benar-benar
menguasai teori dan praktek konseling secara baik. Keprofesionalan konselor harus terwujud
baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
2.5.11 Asas Alih Tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alihtangan jika konselor sudah
mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, tetapi individu yang
bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim individu kepada petugas atau badan yang lebih ahli. Disamping itu asas ini juga
mengisyaratkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling hanya mengenai masalahPROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 14

masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan dan setiap masalah
ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu. Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu
kepada bimbingan dan konseling hanya memberikan kepada individu-individu yang pada
dasarnya normal (tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang
terbebas dari masalah-masalah kriminal maupun perdata.
Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan
demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/
praktik dan lain-lain.
2.5.12 Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. Demikian
juga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan
hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan
dorongan seperti itu.
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan
keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin
dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan ing ngarso sung tulodo, ing
madya mangun karso.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada
waktu klien mengalami masalah dan menghadap pada konselor saja, tetapi diluar hubungan
proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya manfaat pelayanan
bimbingan dan konseling itu.
Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan
secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan atau dikemudiankan dari
yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu
merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan konseling.
Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling akan tersendat-sendat atau bahkan berhenti sama sekali. (Priyatno, 2004: 114120).

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 15

2.6 Pola Penyiapan Pendidikan Konselor


2.6.1 Pendekatan Kompetensi. Perkembangan terakhir, banyak program penyiapan konselor
disusun berdasarkan hasil kompetensi dasar dengan menekankan tujuan setiap pengalaman
belajar.
2.6.2 Empat faktor perkembangan yang mempengaruhi pola pendidikan konselor sekarang,
yaitu :
Pendidikan konselor tradisional
Program pendidikan konselor yang menekankan pengembangan diri mahasiswa untuk
menjadi konselor
Peningkatan penggunaan teknologi dan materi stimulasi untuk membantu penyiapan
konselor, seperti komputer, videotape dan materi-materi simulasi.
Identifikasi ketrampilan konselor yang spesifik, terutama ketrampilan dasar dan rancangan
program latihan yang memudahkan mahasiswa mahir menampilkan suatu ketrampilan.

2.7 RASIONAL PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING


Rasional pentingnya bimbingan dan konseling bias dipandang dari dua sisi yang
berbeda, yaitu dari sisi konstitusi dan sisi konsepsual.
2.7.1 Sisi Konstitusi
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam
bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan

upaya proaktif dan sistematik dalam

memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan


perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat
individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses
perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui
interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung
jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara
individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan
memperbaiki perilaku.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan
PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 16

layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN,
Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk
guru pembimbing dimantapkan menjadi Konselor. Keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU
No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga
pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik,
termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik
yang mengandung keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling
di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan
hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya
atau mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya
masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan
pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi
layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam
aspek ketenagaan maupun manajemen.
2.7.2 Sisi Konsepsual
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di
Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu
landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan
bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih
mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi
kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan
PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 17

dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan
pendidikan secara umum.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk
dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila
bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah
atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak
didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap
layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu
yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara
umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan
konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan
ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.

PROFESI KONSELOR SEKOLAH

Page 18

Anda mungkin juga menyukai