PENDAHULUAN
Dalam undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
PP nomor 38 tahun 1992 tentang tenaga kependidikan, konselor disebut sebagai tenaga
pendidik yang bertugas membimbing dan oleh karena itu disebut sebagai pembimbing.
Pembimbing dituntut memiliki kecakapan,keahlian khusus dalam bidang profesinya.
Keahlian dan kecakapan khusus ini diperoleh melalui proses profesionalisasi yang
dilaksanakan sejak pendidikan pra jabatan sampai dengan pendidikan dalam jabatan.
Persoalan yang berhubungan dengan konselor seperti juga tenaga kependidikan yang
lain, mencakup banyak aspek antara lain: karakteristik kegiatan profesional,penyiapan tenaga
pengukuran tingkat pencapaian profesionalitas hasil didikan,aspek hukum yang menyangkut
ijin kerja,perlindungan hukum bagi kegiatan konseling,pengembangan profesi,tugas dan
kewajiban profesional,pengaturan imbalan,pengakuan profesi lain,organisasi dan kode etik
serta pengawasan.
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Syarat-syarat suatu profesi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Yang
berlatar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan bimbingan dan
Konseling , atau Bimbingan Penyuluhan. Mempunyai organisasi profesi bernama Asosiasi
Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN). Melalui proses sertifikasi, asosiasi ini
memberikan lisensi bagi para konselor tertentu sebagai tanda bahwa yang bersangkutan
berwenang menyelenggarakan konseling dan pelatihan bagi masyarakat umum secara resmi.
Konselor bergerak terutama dalam konseling di bidang pendidikan, tapi juga merambah pada
bidang industri dan organisasi, penanganan korban bencana, dan konseling secara umum di
masyarakat. Khusus bagi konselor pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik disatuan pendidikan
sering disebut Guru BP/BK atau Guru Pembimbing.
Jadi, profesi konselor adalah seseorang yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam
bidang konseling yang berlatar belakang pendidikan minimal S1 bimbingan dan konseling.
Page 2
Konselor yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung akan memilih
persepsi yang akurat pula tentang orang lain atau klien ( konselor akan lebih mampu
mengenal diri orang lain secara tepat pula )
b)
Konselor yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil juga
Konselor yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajar cara memahami
b)
c)
Konselor menyadari tentang apa yang membuat dirinya cemas dalm konseling dan apa
yang menyebabkan dirinya melakukan pertahanan diri dalam mereduksi kecemasan tersebut.
Page 3
d)
Konselor mengakui kelemahan atau kelebihan dirinya. Pemahaman diri sangan penting
bagi konselor karena konselor yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengejar cara
memahami diri itu kepada orang lain.
2.2.2 Kompeten
Adalah bahwa konselor itu memiliki kualitas fisik, intelektual emosional, social dan
moral sebagai pribadi yang berguna. Kompetensi sangatlah penting bagi konselor, sebab
klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi kompetensi yang
diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Dalam hal ini, konselor
berperan untuk mengajar kompetensi kompetensi tersebut kepada klien.
Konselor yang lemah fisiknya, lemah kemampuan intelektualnya, sensitive emosinya,
kurang memiliki kemampuan dalam berhubungan social dan kurang memahami nilai nilai
moral maka dia tidak akan mampu mengajarkan kompetensi kompetensi tersebut kepada
klien.
Konselor yang efektif adalah yang memiliki:
1.
pengetahuan akademik.
2.
kualitas pribadi.
3.
keterampilan konseling.
Sifat sifat kompeten terdiri dari:
1.
melakukan kegiatan tindak lanut terhadap hasil evaluasi yang telah dilaksanakan untuk
2.
3.
Page 4
4.
Kesehatan psikolog yang baik sangat berperan penting bagi hubungan konseling karena
apabila konselor kurang sehat psikisnya, maka dia akan terkontaminasi leh kebutuhan sendiri,
persepsi yang subjektif, kebingungan dan nilai yang keiru.
2.2.4 Dapat Dipercaya ( Trustsworthiness )
Adalah bahwa konselor tidak menjadi penyebab kecemasan bagi klien dan bkan satu
ancaman bagi klien dalam konseling, akan tetapi sebagai pihak yang memberikan rasa aman.
Konselor yang dipercaya cenderung memiliki kualitas sikap dan prilaku sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
bertanggung jawab, mampu merespon rang lain secara utuh, tidak ingkar janji dan mau
Bersifat kongruen artinya sifat sifat dirinya di persepsi oleh dirinya sendiri sama
Sikap jujur ini penting bagi konseling karena kejujuran memungkinkan konselor dapat
memberi umpan balik secara objektif kepada klien.
2.2.6 Kekuatan ( Strength )
Kekuatan dan kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal itu
klien akan merasa aman. Klien memandang konselor sebaga orang yang:
1.
2.
3.
Konselor yang memiliki kekuatan cenderung menampilkan kualitas sikap dan prilaku berikut:
1.
2.
Bersifat fleksibel.
3.
Page 5
memberikan perhatian dan kasih sayang melalui konseling, klien ingin mendapatkan rasa
hangat tersebut dan melakukan sharing dengan konselr. Apabila hal itu diperoleh, maka
dapat mengalami perasaan yang nyaman.
2.2.8 Pendengar yang Baik ( Actives Responsiveness )
Adalah bahwa dengan melalui respon yang aktif , konselor dapat mengkomunikasikan
perhatian dirinya terhadap kebutuhan klien.
Konselor sebagai pendengar yang baik memiliki kualitas sebagai berikut:
1.
Mampu berhubungan dengan rang orang yang bukan dari kalangannya sendiri saja
dan mampu berbagi ide ide, persaan, dan masalah yang sebenarnya bukan masalahnya.
2.
Menantang klien dalam konseling dengan cara cara yang bersifat membantu.
3.
Memperlakukan klien dengan cara cara yang dapat menimbulkan respons yang
bermakna.
4.
berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien dlam
konseling.
2.2.9 Sabar ( Patience )
Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk
mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih
memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung menamplkan
kualitas sikap dan prilaku yang tidak tergesa gesa.
Konselor yang sabar memiliki kualitas sebagai berikut:
1.
sendiri meskipun mungkin konselor mengetahui adanya jalan yang lebih singkat.
3.
Tidak takut akan pemborosan waktu dalam minatnya terhadap petumbuhan klien.
4.
digunakan kemudian.
2.2.10 Kepekaan ( Sensitivity )
Adalah bahwa konselor menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi
atau sifat mudah tersinggung, baik pada diri klien maupun pada dirinya sendiri. Konselor
yang sensitive memilki sifat sifat sebagai berikut:
1.
2.
3.
Page 6
2.2.11 Kebebasan
Kebebasan konselor tampak dalam kualitas sebagai berikut:
1.
2.
3.
2.
3.
Bertindak sedemikian rupa sehingga menguntungkan diri sendiri sebagai konselor dan
profesi;
b)
Membedakan dengan jelas mana pernyataan yang bersifat pribadi dan mana pernyataan
Page 7
a)
Memberitahu pihak-pihak yang bertanggung jawab apabila ada sesuatu yang dapat
menghambat atau merusak misi sekolah, personal sekolah, ataupun kekayaan sekolah;
c)
Mengembangkan dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan dan konseling untuk
Membantu pengembangan :
Kondisi kurikulum dan lingkungan yang baik untuk kepentingan sekolah dan
masyarakat;
Program dan prosedur pendidikan demi pemenuhan kebutuhan siswa dan masyarakat;
Proses evaluasi dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolah pada umumnya (fungsi
masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa, sekolah dan masyarakat, tanpa pamrih.
2.3.3 Tugas dan Tanggung jawab konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor :
a)
Memiliki keawajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa yang harus
Memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingan dan konseling, serta
aturan ataupun prosedur yang harus dilalui apabila ia menghendaki bantuan bimbingan dan
konseling;
d)
Tidak mendesakkan kepada siswa (konseli) nilai-nilai tertentu yang sebenarnya hanya
f)
Memberi tahu pihak yang berwenang apabila ada petunjuk kuat sesuatu yang berbahaya
akan terjadi;
g)
Menyelenggarakan pengungkapan data secara tepat dan memberi tahu siswa tentang
i)
Page 8
2.3.4 Tugas dan Tanggung jawab konselor kepada diri sendiri, yaitu bahwa konselor :
a)
Berfungsi (dalam layanan bimbingan dan konseling) secara profesional dalam batas-
batas kemampuannya serta menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari pelaksanaan
fungsi tersebut;
b)
kepada konseli;
c)
Page 9
melaksanakan kegiatan tindak lanjut, alternatif kegiatan diantaranya: memberikan tugas akhir
atau latihan-latihan, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa,
memberikan motivasi/bimbingan belajar, mengemukankan topik bahasan yang akan datang,
menutup pelajaran.
2.5 Asas-Asas Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional itu
harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas
proses dan hasil-hasilnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling
kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuanketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu
diikuti dan terselenggara dengan baik, sangat diharapkan proses pelayanan mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, apabila asas-asas itu diabaikan atau
dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan
bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam
pelayanan, serta profesi bimbingan dan konseling itu sendiri. Asas-asas yang dimaksud
tersebut antara lain:
Page 10
Page 11
dijawab adalah apa yang perlu dilakukan sekarang, sehingga kemungkinan yang kurang
baik di masa datang dapat dihindari.
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menunda-nunda
pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya adanya
siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan.
Konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan berbagai dalih.
Konselor harus mendahulukan kepentingan klien daripada yang lain-lain. Jika dia benarbenar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberikan batuannya kini, maka konselor
harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk
kepentingan klien.
2.5.5 Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing setelah
dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b. Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuankemampuan yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan peranan klien dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil
konseling menjadi arah dari keseluruhan proses konseling dan hal itu disadari baik oleh
konselor maupun klien.
2.5.6 Asas Kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien
melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha
bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah membangkitkan semangat klien, sehingga
klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah
yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
Asas ini merujuk pada pola konseling multidimensional yang tidak hanya mengandalkan
transaksi verbal antara klien dengan konselor. Dalam konseling yang berdimensi verbal pun
Page 12
asas kegiatan masih harus terselenggara, yaitu klien mengalami proses konseling dan aktif
pula melaksanakan atau menerapkan hasil-hasil konseling.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar klien yang menjadi sasaran pelayanan
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/ kegiatan bimbingan. Dalam
hal ini konselor perlu mendorong klien untuk aktif dalam setiap pelayanan/ kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya
2.5.7 Asas Kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar
mengulang hal yang lama, yang bersifat menonton, melainkan perubahan yang selalu menuju
ke suatu pembaharuan, suatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan
klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya
terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayanan (klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang,
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
2.5.8 Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan berbagai aspek kepribadian klien.
Sebagaimana diketahui individu memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya
tidak seimbang, serasi, dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Disamping
keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan. Hendaknya aspek layanan yang satu jangan sampai tidak serasi dengan aspek
layanan yang lain.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang
dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan
serasi dan saling menunjang dalam upaya layanan bimbingan dan konseling.
Asas bimbingan dan konseling ini menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara konselor dan pihakpihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/ kegiatan bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
PROFESI KONSELOR SEKOLAH
Page 13
Page 14
masalah individu sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan dan setiap masalah
ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu. Hal yang terakhir itu secara langsung mengacu
kepada bimbingan dan konseling hanya memberikan kepada individu-individu yang pada
dasarnya normal (tidak sakit jasmani maupun rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang
terbebas dari masalah-masalah kriminal maupun perdata.
Konselor dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan
demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/
praktik dan lain-lain.
2.5.12 Asas Tut Wuri Handayani
Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. Demikian
juga segenap layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan
hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan
dorongan seperti itu.
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan
keseluruhan antara konselor dan klien. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin
dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan ing ngarso sung tulodo, ing
madya mangun karso.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada
waktu klien mengalami masalah dan menghadap pada konselor saja, tetapi diluar hubungan
proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya manfaat pelayanan
bimbingan dan konseling itu.
Selain asas-asas tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu perlu diselenggarakan
secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu dikedepankan atau dikemudiankan dari
yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu
merupakan jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan konseling.
Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling akan tersendat-sendat atau bahkan berhenti sama sekali. (Priyatno, 2004: 114120).
Page 15
Page 16
layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN,
Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk
guru pembimbing dimantapkan menjadi Konselor. Keberadaan konselor dalam sistem
pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU
No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga
pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik,
termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik
yang mengandung keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling
di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan
hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya
atau mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya
masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan
pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi
layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam
aspek ketenagaan maupun manajemen.
2.7.2 Sisi Konsepsual
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di
Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu
landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang
mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan
bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih
mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi
kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan
PROFESI KONSELOR SEKOLAH
Page 17
dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan
pendidikan secara umum.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk
dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila
bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah
atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak
didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap
layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu
yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara
umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan
konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan
ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.
Page 18