Anda di halaman 1dari 6

CB: Professional Development

Tugas GSLC Pertemuan 10

Dikerjakan Oleh :
Tria Nita Situmorang
1601284384

Universitas Bina Nusantara


Desember 2014

1) Deskripsi kasus (Hal. 116)


Keluarga seorang tenaga kerja Indonesia melaporkan pihak pengerah jasa TKI ke Bareskrim
Mabes Polri. Laporan ini karena PT Bughsan Labrindo selaku PJTKI memanipulasi anggota keluarga
mereka ketika akan berangkat menjadi TKI.
Menurut pihak keluarga, PT Bughsan Labrindo memanipulasi umur Ernawati yang saat itu masih
16 tahun menjadi 23 tahun. Keluarga melaporkan Direktur Utama PT Bughsan Labrindo Karnaidi
dengan dugaan pemalsuan surat dan menempatkan keterangan palsu pada akta autentik TKI.
Sebelumnya, keluarga telah melaporkan kasus ini Kementerian Luar Negeri, BNP2TKI,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan DPR. Namun hingga kini belum ada kepastian.
Keluarga meminta ketegasan pemerintah membantu kepulangan jenazah Ernawati yang sudah lima
bulan di Arab Saudi.

2) Identifikasi masalah etisnya


Dalam kasus ini, PT Bughsan, perusahaan tenaga kerja yang mengirimkan Ernawati telah
menyalahi prosedur karena mengirimkan TKI di bawah umur. Ernawati diberangkatkan ke Arab
Saudi saat Ia berumur 16 tahun, padahal UU mengatur TKI yang dapat bekerja di luar negeri harus
berumur diatas 18 tahun. Ditambah lagi dengan kesalahan pemalsuan dokumen, yakni
menempatkan keterangan palsu ke dalam akta autentik.
Masalah etika yang terdapat pada kasus ini sudah jelas berada pada dua kesalahan PT Bughsam,
yakni mengirimkan TKI secara unprosedural ke luar negeri dan menerapkan keterangan palsu dalam
akta autentik.
Tragedi yang menimpa Ernawati mungkin tidak akan terjadi bila PT Bughsam tidak meloloskan
Ernawati untuk bekerja di Arab Saudi. Kasus seperti penganiayaan terhadap TKI ini sebetulnya bisa
dicegah, salah satunya dengan cara agen penyalur TKI manapun wajib mematuhi prosedural yang
telah berlaku.

3) Setelah melakukan identifikasi, analisalah masalah etis tersebut dengan menggunakan prinsipprinsip etis yang telah dibahas dalam pertemuan kedua
1. Prinsip sikap baik (the principle of benevolence): melakukan yang baik dan menghindari yang
jahat
PT Bughsan bisa dikatakan melakukan hal yang baik sebagai agen penyalur TKI dengan cara
menyalurkan banyak tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan di Indonesia dan menjadi
perantara, mencarikan pekerjaan di luar negeri. Namun, cara menyalurkannya tersebut salah. PT
Bughsan telah melanggar prosedural pada kasus Ernawati. PT Bughsan sebenarnya bisa
menghindari perbuatan jahat, yakni dengan mematuhi prosedural yang telah berlaku.

2. Prinsip tidak melakukan yang jahat/merusak/merugikan (the principle of non-maleficence):


jika tidak dapat menguntungkan orang lain, setidaknya jangan merugikan
PT Bughsan memang diminta oleh Ernawati untuk membantunya mencari lahan pekerjaan di
Negara lain sebagai TKI. Namun, Ernawati sama sekali tidak mengerti mengenai prosedur umur
pengiriman TKI yang sudah ditetapkan. Seharusnya PT Bughsan menjelaskan hal tersebut dan
menolak permintaan Ernawati untuk dikirimkan. Perbuatan PT Bughsan yang mengirimkan
Ernawati jelas merugikan. Ernawati akhirnya disiksa oleh majikannya sendiri.
3. Prinsip melakukan yang baik (the principle of beneficence): mengusahakan perbuatan yang
baik
Deskripsi prinsip melakukan yang baik: tindakan yang secara umum dinilai menguntungkan
banyak orang, belum tentu atau tidak dengan sendirinya menjamin bahwa tindakan itu secara
moral dibenarkan. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, PT Bughsan bisa dikatakan
melakukan hal yang baik sebagai agen penyalur TKI dengan cara menyalurkan banyak tenaga
kerja yang membutuhkan pekerjaan di Indonesia dan menjadi perantara, mencarikan pekerjaan
di luar negeri. Namun, cara menyalurkan TKI tersebut tetap salah. Dalam artikel yang telah saya
baca pun, PT Bughsan belum mengirimkan permohonan maaf kepada keluarga Ernawati. Pihak
PT Bughsan sama sekali tidak mengusahakan perbuatan yang baik.
4. Prinsip keadilan (the principle of justice): memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya sesuai tuntutan martabatnya
PT Bughsan sama sekali tidak menerapkan prinsip ini. PT Bughsan tidak memberikan informasi
yang jelas, yang sudah ditetapkan Negara kepada Ernawati. Bahwa sesungguhnya Ernawati
belum cukup umur untuk bisa dikirimkan menjadi TKI di Arab Saudi pada waktu itu. Informasi
penjelasan mengenai umur tersebut merupakan hak Ernawati.
5. Prinsip otonomi (the principle of autonomy): menghormati kebebasan manusia untuk
memilih, menentukan diri dan bertindak tanpa paksaan dari luar dirinya
Disebutkan dalam prinsip otonomi: prinsip ini baru secara sosial dilanggar kalau anggota
masyarakat hidup dalam bayang-bayang ketakutan, ancaman, paksaan dan rasa tidak aman
sampai orang lain tidak lagi dapat mengembangkan hati nuraninya.
PT Bughsan telah menyebabkan Ernawati hidup dengan rasa tidak aman karena telah disiksa
oleh majikannya sendiri. Bahkan, menurut beberapa sumber, penganiayaan tersebutlah yang
menyebabkan Ernawati meninggal.

4) Berdasarkan analisa itu, apa solusi etis kelompok untuk mengatasi masalah etis tersebut?

Mengakui kesalahan PT Bughsan dan membongkar siapa saja karyawan yang terlibat dalam
penyalahan prosedur dan pemalsuan dokumen
Melakukan permintaan maaf di berbagai media
Melakukan permintaan maaf terhadap keluaraga Ernawati secara langsung
Mendapatkan hukuman yang sesuai atas perbuatannya, yakni hukuman yang telah tertera
dalam Undang-Undang
PT Bughsan harus dikaji ulang oleh Negara, diberi hukuman untuk tidak dapat beroperasi sampai
waktu yang telah ditentukan. Bila perlu, PT Bughsan ditutup saja agar tidak ada perusahaan
penyalur tenaga kerja yang lain yang berani melanggar procedural.

1) Deskripsi kasus (Hal. 117)


Ketua Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein menyatakan,
Inong Malinda Dee diduga melakukan praktik pencucian uang. Menurutnya, dalam perkembangan
kasus tersangka pembobolan dana nasabah Private Banking Citibank itu kental dengan unsur-unsur
pencucian uang. Menurut analis senior PPATK, ada beberapa modus pencucian uang. Di antaranya,
menitipkan uang hasil kejahatan di sejumlah rekening milik orang lain ataupun membentuk usaha
baru dengan maksud memberikan legitimasi atas kekayaan hasil tindak pidana.
Menurut data PPATK, terungkap dana yang dibobol eks Manajer Relationship Citibank itu
mengalir melalui 28 transaksi perbankan. Transaksi tersebar di delapan bank dan dua asuransi.
Kasus Melinda jelas-jelas ada unsur pencucian uang, seperti adanya transfer, pembelian kendaraan,
dan lainnya.
Dengan demikian, Malinda dapat dijerat dengan Pasal 3 UU No. 8/2010 tentang Pencucian
Uang. Dalam pasal tersebut dinyatakan, siapa pun yang melakukan transaksi perbankan guna
mengubah atau menukar harta kekayaan yang semestinya dicurigai atau tak patut, diancam denda
Rp 10 Miliar dengan penjara selama 20 tahun.
Dalam melakukan aksinya, ia dibantu oleh suami, adiknya yang bernama Visca Lovitasari, suami
dari adiknya yang bernama Ismail, beberapa bawahannya, dan pemimpin perusahaan yang
didirikannya. Menurut pernyataan salah satu karyawan yang bekerja disana, Melinda Dee
merupakan seorang karyawati Citibank senior yang sudah menangani nasabah kurang lebih 15
tahun. Melinda Dee dikenal sebagai karyawati yang piawai dalam mengelola hubungan dengan para
nasabah, sehingga ia mendapat kepercayaan khusus untuk menangani para nasabah yang memiliki
deposito di atas Rp500 juta.
Untuk mendapatkan kepercayaan dari para nasabahnya, Melinda Dee melayani mereka secara
istimewa. Hal ini tidak dilakukannya dalam waktu singkat, tetapi dalam waktu lama dan terusmenerus sampai mendapat kepercayaan dari nasabah. Melinda Dee sangat pintar dalam melihat
pola transaksi para nasabahnya, kemudian ia menyodorkan blanko kosong untuk ditandatangani.
Blanko kosong inilah yang dipakai untuk menarik dana dengan meminta bantuan salah satu
bawahannya untuk mentransfer uang tersebut ke empat perusahaannya.

2) Identifikasi masalah etisnya


Dalam kasus ini, Malinda Dee, selaku pihak tertuduh telah dengan sengaja melakukan praktik
pencucian uang. Aksi tersebut dilakukan guna menyamarkan bukti kejahatannya. Malinda Dee
memalsukan kepemilikan perusahaannya dengan nama orang lain. Dari perusahaan-perusahaannya,
Malinda dapat menarik dana untuk kepentingan pribadi, suaminya, adiknya, dan suami adiknya.
Untuk menyimpan semua uang itu, Andhika (suami Malinda Dee) membuka banyak rekening dengan
menggunakan identitas berbeda dan KTP palsu.

Jika melihat kasus yang disebutkan di atas, hal tersebut jelas melanggar etika bisnis dan jelas
mempunyai pengaruh negatif terhadap perusahaannya, yakni Citibank. Menurut Brigham dan
Houston (2001), etika bisnis dapat dinyatakan sebagai sikap dan tingkah laku perusahaan kepada
para karyawan, pelanggan, masyarakat, dan pemegang saham. Komitmen sebuah perusahaan
terhadap etika bisnis dapat diukur melalui kecenderungan perusahaan dan karyawannya untuk
mematuhi hukum dan peraturan yang berkaitan dengan faktor-faktor seperti keselamatan dan mutu
produk, praktik-praktik kerja yang adil, praktik-praktik pemasaran dan penjualan yang adil,
penggunaan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi, keterlibatan masyarakat, penyuapan, dan
pembayaran ilegal untuk mendapatkan bisnis.
Kasus yang ditimbulkan oleh Malinda Dee ini tentu melahirkan sikap dan perilaku yang tidak etis
terhadap para pelanggan yaitu nasabah, terhadap perusahaan tempat mereka bekerja dan juga
kepada pemegang saham, sebagai pemberi dana perusahaan.

3) Setelah melakukan identifikasi, analisalah masalah etis tersebut dengan menggunakan prinsipprinsip etis yang telah dibahas dalam pertemuan kedua
1. Prinsip sikap baik (the principle of benevolence): melakukan yang baik dan menghindari yang
jahat
Malinda Dee, selaku karyawati Citibank senior yang sudah menangani nasabah kurang lebih 15
tahun, yang piawai dalam mengelola hubungan dengan para nasabah seharusnya bisa
melakukan banyak hal baik kepada para nasabahnya yang telah menaruh kepercayaan terhadap
dirinya. Namun, yang Ia lakukan justru sebaliknya. Ia bersama komplotannya telah melakukan
pembobolan terhadap uang nasabah.
2. Prinsip tidak melakukan yang jahat/merusak/merugikan (the principle of non-maleficence):
jika tidak dapat menguntungkan orang lain, setidaknya jangan merugikan
Para nasabah Citi Bank memang dengan sengaja menyimpan uang mereka di Citibank. Citibank
pun tidak menjanjikan akan mendatangkan keuntungan yang besar jika para nasabah menabung
di Bank mereka. Namun, bukannya mendapat keuntungan, uang para nasabah justru dibobol
oleh Malinda Dee beserta komplotannya. Polisi menduga dana yang telah dibobol sebesar Rp17
miliar. Itupun baru sebagian nasabah yang melapor ke polisi. Malinda Dee jelas sangat
merugikan nasabah dan Citibank yang akhirnya kehilangan kepercayaan karena kasus ini.
3. Prinsip melakukan yang baik (the principle of beneficence): mengusahakan perbuatan yang
baik
Malinda Dee sama sekali tidak mengusahakan perbuatan yang baik. Ia telah mengkhianati
kepercayaan nasabah, mencuri uang nasabah, membuat reputasi Citibank hancur, demi
memperkaya dirinya dan keluarganya.

4. Prinsip keadilan (the principle of justice): memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya sesuai tuntutan martabatnya
Hak-hak para nasabah sudah dirampas oleh Malinda Dee beserta komplotannya. Bank
seharusnya melindungi profil nasabah (hak privasi), dan menjaga uang yang telah dipercayakan
nasabah. Tetapi, hal-hal tersebut telah dilanggar oleh Malinda Dee, selaku karyawati Citibank.
5. Prinsip otonomi (the principle of autonomy): menghormati kebebasan manusia untuk
memilih, menentukan diri dan bertindak tanpa paksaan dari luar dirinya
Malinda Dee telah membuat banyak nasabah hidup dalam ketidakpercayaan terhadap Bank.
Mungkin beberapa dari nasabah tersebut menjadi trauma. Mungkin juga beberapa nasabah
tersebut jatuh miskin akibat pembobolan yang telah Ia lakukan. Malinda Dee telah
menghancurkan hidup banyak nasabah. Para nasabah tersebut telah hidup dalam keterpaksaan
dan kenyataan bahwa uang yang mereka miliki tidak akan kembali secara utuh.

4) Berdasarkan analisa itu, apa solusi etis kelompok untuk mengatasi masalah etis tersebut?

Mengakui kesalahan Citibank, khususnya Malinda Dee dan membongkar siapa saja karyawan
yang terlibat dalam pembobolan tersebut
Melakukan permintaan maaf di berbagai media
Melakukan permintaan maaf terhadap para nasabah yang dirugikan secara langsung
Mengembalikan uang yang telah dirampas
Mendapatkan hukuman sosial dan hukuman yang sesuai atas perbuatannya, berdasarkan
Undang-Undang
Citibank harus dikaji ulang; diberi hukuman untuk tidak dapat menerima nasabah baru,
memperketat pengawasan internal untuk mencegah oknum-oknum pegawai bank yang nakal.
Bila perlu, Citibank ditutup saja.

Anda mungkin juga menyukai