TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi
karena seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Peningkatan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penciuman,
penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2010, p.11).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku
seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah
persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan juga
dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang negatif menjadi positif,
selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010, p.12).
b. Tingkat Pengetahuan
Notoadmodjo (2003, p.122) membagi 6 (enam) tingkat pengetahuan
yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang suatu obyek yang diketahui dan dimana dapat
menginterprestasikan secara benar
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis (analysis)
Analisis yaitu kemampuan untuk menyatakan atau menjabarkan suatu
materi atau obyek ke dalam keadaan komponen-komponen tetapi
masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih saling berkaitan
satu
sama
lain.
Analisis
merupakan
kemampuan
untuk
4) Mencoba (trial)
Di mana individu mulai mencoba perilaku baru.
5) Adaptation dan sikapnya terhadap obyek.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengadopsian perilaku
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng, namun sebaliknya jika perilaku tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut
bersifat sementara. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu
aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap
dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor
pengalaman keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah :
1) Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang juga perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
tetapi
merupakan
cara
mencari
nafkah
yang
2) Faktor eksternal
a) Lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip Nursalam (2003), lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok.
b) Sosial-budaya
Sistem sosial-budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
sikap dalam menerima informasi yang didapat.
Menurut Lawrence Green (1991, pp.154-167), faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
ada tiga, yaitu:
1) Faktor predisposisi (predisposing factors)
Yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi, termasuk pengetahuan,
sikap, kepercayaan, nilai kebutuhan dan kemampuan yang diyakini,
berkaitan dengan motivasi dari individu atau kelompok untuk bertindak.
Mereka termasuk dalam dimensi kognitif dan afektif dari mengetahui,
merasakan, meyakini, menilai, dan mempunyai kepercayaan diri atau
rasa kemujuran.
a) Pengetahuan
yang
digunakan
untuk
mengungkapkan
atau
menyatakan kepercayaan.
(2) Nilai
Merupakan
pandangan
budaya,
antargenerasi
dalam
hal
lingkungan.
Kemampuan
termasuk
organisasi
dan
Ghofar
(2009,
p.11),
kanker
adalah
terjadinya
Keterangan
IA1
IA2
IB1
IB2
II
IIA
IIB
III
IIIA
IIIB
IV
IVA
IVB
intim,
kelamin-kelamin,
mulut-kelamin,
tangan-
d) Pemakaian Kontrasepsi
Sukaca (2009, p.38) menyatakan penggunaan kontrasepsi
pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan
risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Sebab tugas pil KB
adalah mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi
dan menjaga kekentalan lendir serviks sehingga tidak dilalui
sperma. Guven et al (2009) dalam Nurwijaya, dkk. (2010, p.36)
menyatakan bahwa kekentalan lendir pada serviks akibat
penggunaan pil KB menyokong terjadinya kanker serviks. Hal ini
karena dengan kekentalan lendir ini akan memperlama keberadaan
suatu agen karsinogenik (penyebab kanker) di serviks yang
terbawa melalui hubungan seksual, termasuk adanya virus HPV.
e) Golongan ekonomi lemah
Nurwijaya (2010, p.37) menyatakan, karena tingkat
pengetahuan secara langsung berhubungan dengan standar hidup,
para wanita berpendapatan rendah hampir 5 kali lebih tinggi
berisiko terkena kanker serviks dari pada kelompok wanita yang
berpendapatan lebih tinggi. Kemiskinan yang mengakibatkan
ketidakmampuan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan
yang baik dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan
f) Merokok
Menurut Nurwijaya (2010, p.36 37), wanita yang
merokok memiliki risiko dua kali lebih besar terhadap kanker
serviks dari pada wanita yang tidak merokok. Bahan-bahan kimia
yang ditemukan dalam rokok setelah terhisap melalui paru-paru
dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Beberapa senyawa tersebut dapat dijumpai pada lendir serviks
wanita yang merokok. Peneliti meyakini bahwa bahan-bahan
kimia tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel serviks dan
berkontribusi terhadap berkembangnya kanker serviks.
g) Usia
Maharani
(2009,
p.81)
dan
Sukaca
(2009,
p.25)
pembentukan
antibodi
dan
dapat
mematikan
serviks sehingga
keputihan,
contact
bleeding
(perdarahan
sewaktu
(a) Pendarahan pada vagina yang tidak normal. Hal ini dapat
ditandai dengan pendarahan di antara periode menstruasi
yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih
banyak dari biasanya, pendarahan setelah hubungan
seksual atau pemeriksaan panggul.
mungkin.
Alat
ini
begitu
sederhana
sebab
saat
hasil
pemeriksaan
IVA
adalah
positif
maka
c) Pap Smear
Pap smear adalah suatu metode di mana dilakukan pengambilan
sel dari mulut rahim kemudian di periksa di bawah mikroskop.
Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada
di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker, atau telah
berubah menjadi sel kanker. Metode ini juga disebut Pap Test atau
Papanicolaou Smear ( Bustan, 2007, p.179).
Pap Smear harus dilakukan pada (Sukaca, 2009, p.112):
pengambilan
sedikit
jaringan
mulut
rahim
untuk
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier
yaitu
pengobatan
untuk
mencegah
Kombinasi
vaksinasi
HPV
dan
screening
dapat
Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau sering disebut dengan radioterapi dapat
digunakan untuk mengobati kanker serviks. Pengobatan ini
menggunakan sinar pegion. Namun bisa juga menggunakan
gelombang panas (hyperthermia).
f) Biopsi
Sel yang aktif membelah dapat diperkecil dengan obatobatan sitostatika. Obat-obatan sitostatika bekerja pada salah satu
atau beberapa fase dari siklus sel. Dengan begitu maka
memerlukan pengobatan yang berulang.
j) Terapi biologis
Terapi biologis adalah pengobatan dengan menggunakan
zat-zat untuk memperbaiki kekebalan tubuh dalam melawan
penyakit. Pengobatan ini dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke tubuh lain. Pengobatan ini bisa dikombinasikan
dengan kemoterapi.
3. Dukungan Suami
a. Pengertian
Partisipasi suami dalam upaya pencegahan kanker serviks
dapat diwujudkan melalui berbagai tindakan misalnya melalui
dukungan sosial suami terhadap kunjungan deteksi dini kanker leher
rahim (Pap Smear/IVA test). Dukungan sosial berfokus pada sifat
interaksi
yang
berlangsung
dalam
berbagai
hubungan
sosial
ada 4
1) Dukungan emosional
Dukungan emosional dari suami akan membuat istri
merasa berharga, nyaman, aman, terjamin dan disayangi. Sumber
utama dukungan pria adalah pasangannya. Dukungan ini harus di
modifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan
memenuhi kebutuhan istrinya. Keluarga sebagai tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan
terhadap
emosi.
Aspek-aspek
dari
dukungan
mendengarkan dan
didengarkan.
Dukungan
emosional
adalah
tingkah
laku
yang
Keluarga
diseminator
berfungsi
(penyebar)
sebagai
informasi
sebuah
tentang
kolektor
dunia.
dan
Keluarga
tingkah laku
yang
Cholil
et
all
dalam
Bobak
(2004,
p.988)
seperti yang selama ini. Akan tetapi lebih bersifat holistic. Secara
konkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu
dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga
kepala
keluarga
tidak
mempunyai
alasan
untuk
tidak
B. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian teori di atas, maka kerangka teori penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Faktor Predisposisi :
Predisposing Factors :
a.
Pengetahuan
b.
Sikap
c.
Kepercayaan
Promosi
Kesehatan
Pendidikan
Kesehatan
Faktor Pemungkin :
Enabling Factors :
a.
Ketersediaan sumber/
fasilitas kesehatan
b.
c.
Kebijakan pemerintah di
bidang kesehatan
Perilaku
kesehatan
dan Gaya
hidup
Kebijakan
Pemerintah
Kualitas
Hidup
Faktor Penguat :
Reinforcing Factors :
Dukungan
a.
Keluarga ( Suami )
b.
Tokoh masyarakat
c.
Pengambil keputusan
Lingkungan
Dukungan Suami
D. Hipotesis
Variabel Dependen
Pengetahuan tentang
Pencegahan kanker leher rahim