Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat
kesehatan masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium
Development Goals (MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak akan dapat
mencapai target MDG yang ditetapkan yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Kematian ibu akibat kehamilan, persalinan dan nifas
sebenarnya
sudah
banyak
dikupas
dan
dibahas
penyebab
serta
persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum
dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup
semua peradangan yangdisebabkan oleh mesuknya kuman-kuman kedalam
alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya
adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak,namun dengan
kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi
nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari itulah dapat
diminimalisir terjdinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas,
mulai dari apa itu infeksi nifas, bagaimana penyebab terjadinya infeksinya,
pencegahanya dan pengobatan dari infeksi nifas tersebut. Hal ini ditujukan
untuk terwujudnya persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis sehingga
komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.
1.2 Tujuan Penulisan
Mengetahui berbagai komplikasi dan penyulit dalam masa nifas serta
penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu dan
bayi dalam masa nifas.
1.3 Manfaat Penulisan
a. Bagi Pendidikan
1. Pendidikan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pada
asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai
komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya
dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan sesuai teori.
2. Pendidikan mampu menjadi bahan acuan untuk penulisan selanjutnya
yang berkaitan dengan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas
serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan
sesuai teori.
b. Bagi Klien/Masyarakat
1. Memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas sesuai
kebutuhan ibu dan bayi.
2. Menghindari pencegahan yang memicu terjadinya komplikasi dan
penyakit yang berkaitan dengan masa nifas pada ibu dan bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Infeksi
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alatalat genitalia dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam
kehamilan, waktu persalinan, dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam
masa nifas oleh sebab apapun. (Rustam Mochtar, 1998)
Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38oC atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, kecuali pada hari
pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral. (Rustam Mochtar, 1998)
2.2 Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan,
seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen ( kuman masuk dari tempat
lain dalam tubuh), dan endogen ( dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang
terbanyak dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak
patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antaralain adalah:
1)
2)
Staphylococcus Aureus
Masuk secara eksogen, infeksi sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di Rumah Sakit.
3)
Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan
infeksi terbatas.
4)
Clostridium Welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan
pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar
Rumah Sakit.
Cara terjadinya infeksi:
a) Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan
dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah
ada ke dalam rongga rahim.
b) Alat-alat yang tidak suci hama.
c) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alata terkena infeksi
kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan, dari penolong
dan pembantunya atau orang lain.
2.3 Predisposisi
a. Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
b. Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
c. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
d. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan,
kelelahan, malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi, dan penyakit ibu lainnya
(penyakit jantung, TBC paru, pneumonia, dll).
2.4 Klasifikasi
1) Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks, dan
endometrium.
2) Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui: pembuluh darah vena,
pembuluh limfe dan endometrium.
Endometritis
a. Pengertian
1. Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan (Benzion Tuber, 1994).
2. Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang
disebut lapisan dalam dari rahim. ( Prof.dr.Ida Bagus,).
3. Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam
dari rahim). (Manuaba, I.B. G., 1998).- Endometritis adalah
suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam
setelah melahirkan.
4. Endometritis secara umum adalah infeksi atau desidua
endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan jaringan
parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan
nonobstetric endometritis. Penyakit radang panggul (PID)
adalah sebuah Common nonobstetric pendahulunya dalam
populasi.
5. Endometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari
kelahiran
yang
sekundinarum,
tidak
normal,
kelahiran
seperti
premature,
abortus,
kelahiran
retensi
kembar,
Varney,
H.
(2001),
hal-hal
yang
dapat
intrauterus
(pengangkatan
plasenta
secara
manual).
6. Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7. Kelahiran secara bedah.
8. Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Miroorganisme
yang
menyebabkan
endometritis
Jika
dibandingkan
perabdominan/sc,
tersalinan
maka
pervaginam
dengan
timbulnya
relatif
persalinan
endometritis
jarang.Bila
pada
persalinan
Pada
endometritis
post
partum
regenerasi
yang
banyak,
serta
perdarahan-perdarahan
10
11
d. Endometritis
senilis
perlu
dikuret
untuk
diberi
estrogen.
2. Endometritis kronik
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi
pada wanita yang masih menstruasi. Dimana radang dapat
terjadi pada lapisan basalis yang tidak terbuang pada waktu
menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat terjadi
sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas
sampai ke bagian endometrium lain. Endometritis kronik
ditandai oleh adanya sel-sel plasma pada stroma. Penyebab
yang paling umum adalah Penyakit Radang Panggul (PID),
TBC, dan klamidia. Pasien yang menderita endometritis
kronis sebelumnya mereka telah memiliki riwayat kanker
leher rahim atau kanker endrometrium. Gejala endometritis
kronis berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut
bagian
bawah,
leukorea
serta
kelainan
haid
seperti
12
Endometritis
setengah
tuberkulosa
kasus-kasus
mikroskopik
TB
ditemukan
terdapat
genital.
tuberkel
Pada
pada
pada
hampir
pemeriksaan
tengah-tengah
saat
perkawinan
atau
melahirkan.
Bila
jumlah
13
cm
14
penahanan
sehingga
terjadi
abses.
15
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi
tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya
pengeluaran mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan
ditundanya
involusi
uterus.
Diagnosa
endometritis
tidak
dan
keberadaan
cairan
beserta
warna,
bau
dan
16
sederhana
juga
adalah
dengan
melakukan
17
peregangan
abdomen
yang
berkaitan
dengan
panggul),terapi
biasanya
medis.
Sebaliknya
atau
di
dalam
lembar-lembar
ligamentum
latum
18
jam
meskipun
pasien
sudah
mendapat
terapi
untuk
melalui
19
yang
tertinggal
dikeluarkan
dengan
kuretase
Bendungan ASI
1. Pengertian
Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam
rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan
disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi.
Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada
limfatik dan vena sebelum laktasi. Payudara bengkak disebabkan
karena menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa ASI
terkumpul pada daerah duktus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke
tiga setelah melahirkan. Selain itu, penggunaan bra yang ketat
serta keadaan puting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan
sumbatan pada duktus.
2. Gejala umum
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara
penuh. Pada payudara bengkak: payudara odem, sakit, puting susu
kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar
kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada
payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI
dikeluarkan tidak ada demam.
20
21
i.
j.
setiap 4 jam
m. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi
hasilnya.
Bila ibu tidak menyusui:
a.
Sangga payudara
b. Kompres
dingin
pada
payudara
untuk
mengurangi
Infeksi Payudara
1. Pengertian
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis
adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau
tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus
aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran
darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut
juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi
melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal
bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara,
penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis.
22
2. Faktor Risiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko
mastitis, yaitu :
a. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis
dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
b. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
Serangan sebelumnya.
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini
merupakan akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak
diperbaiki.
a. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko
mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan
resiko.
b. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi
faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari
vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko
mastitis.
c. Faktor kekebalan dalam ASI
3. Etiologi
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi.
Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat
disertai atau menyebabkan infeksi.
a. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan
efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung
segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak
mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara,
pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi
23
dikeluarkanpeningkatan
tegangan
alveoli
yang
jaringan
ikat
meningkatbeberapa
24
25
payudara
karena
tindakan
kekerasan
atau
b.
c.
26
d.
e.
percaya
diri
pada
suplay
ASInya,
g. Menggunakan dot
7) Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan
secara menyeluruh dan sering sebelum dan setelah kontak
dengan bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung
bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi
infeksi rumah sakit.
10. Penanganan
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah :
a.
Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri
dan membuat frustasi, dan membuat banyak wanita merasa
sakit.
Selain
dalam
27
penanganan
yang
efektif
dan
pengendalian
nyeri,
wanita
membutuhkan
dukungan
c.
Terapi antibiotik.
Terapi antibiotik diindikasikan pada :
a) Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta
menunjukkan infeksi
b) Gejala berat sejak awal
c) Terlihat puting pecah-pecah
d) Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah
pengeluaran ASI diperbaiki
Antibiotik laktamase harus ditambahkan agar efektif
terhadap Staphylococcusb aureus. Untuk organisme gram
negatif, sefaleksin/amoksisillin mungkin paling tepat. Jika
28
Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesic. Ibuprofen
dipertimbangkan sebagai obat yang paling efektif dan dapat
membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol
merupakan alternatif yang paling tepat. Istirahat sangat
penting,
karena
meningkatkan
tirah
frekuensi
baring
dengan
menyusui,
bayinya
sehingga
dapat
dapat
29
11. Komplikasi
Abses payudara, pengumpulan nanah di payudara, dan
sepsis
2.5.4
Tromboplebitis
1. Pengertian
Tromboflebitis merupakan trombosis yang diawali dengan
peradangan.
Definisi Tromboflebitis secara umum
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan
dalam vena sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau
karena obstruksi vena sebagian.
Definisi Tromboflebitis menurut Adele Pillitteri, 2007
Tromboflebitis
merupakan
inflamasi
permukaan
kemampuan
penggumpalan
darah
meningkat
akibat
adalah
perluasan
atau
invasi
Tromboflebitis
adalah
radang
vena
yang
2. Klasifikasi
a. Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau
kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya
trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya
perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah,
perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau
karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
b. Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum
latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastrika.
Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dektra
karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di
bagian atas uterus. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra
ialah ke vena renalis, sedang perluasan infeksi dari vena
ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior.Perluasan infeksi
dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
Bakteri yang biasanya berkaitan dengan tromboflebitis
streptokokus anaerob dan bakteriodes
3. Etiologi
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:
a. perluasan infeksi endometrium
b. mempunyai varises pada vena
c. obesitas
4. Faktor Predisposisi Tromboflebitis
a. Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi
tromboflebitis.
b. Episode tromboflebitis sebelumnya
c. Pembedahan obstetric
d. Kelahiran
e. Obesitas
f. Imobilisasi
31
g. Trauma vaskula
h. Varises
i. Multiparietas
j. Supresi laktasi dengan esterogen
k. Infeksi nifas
5. Patofisiologi
Patofisiologi Tromboflebitis
Terjadinya thrombus :
a.
b.
B,
cephalosporins,
diazepam,
32
bersifat
iritasi
dibanding
(3)
Agen infeksius.
Faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
33
6. Manifestasi klinis
Penderita-penderita
umumnya
mengeluh
spontan
tampak
sakit
berat
dengan
gambaran
34
d. Gambaran darah
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin
menyebar
ke
sirkulasi,
dapat
segera
terjadi
leukopenia).
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat
tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah
sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
e. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa
karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika;
yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
f. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru
(infark, abses, pneumonia), pada ginjal sinistra yang
diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.
2) Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama
7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada
hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri
sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan
memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar
serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan
dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa
tegang dan keras pada paha bagian atas.
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki
menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan
pulsasi menurun.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah
nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian
35
7. Penatalaksanaan Tromboflebitis
1) Pelvio tromboflebitis
a. Lakukan
pencegahan
terhadap
endometritis
dan
penyakit
dan
mencegah
terjadinya
emboli
pulmonum
c. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat
tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
d. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena
ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai
mencapai
paru-paru;
meskipun
sedang
dilakukan
b.
c.
36
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
bandingkan
beberapa
hari
pengukuran
kemudian
untuk
tersebut
melihat
dalam
adanya
37
n.
o.
p.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif
terhadap kemampuan
katub
pada vena
profunda,vena
38
f. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk
memberikan gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah
dan pelvis.
9. Komplikasi
a. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica
antara lain adalah:
a) emboli paru septik
b) septikemia
c) emfisema
b. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis
yang paling serius adalah emboli paru.
2.5.5
Peritonitis
1. Pengertian
Adalah Peritonitis adalah peradangan pada peritonium
yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut.
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang
terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis.
Peritonitis berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe
uterus, parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis
meluas
ke
periyoneum,
atau
langsung sewaktu
tindakan
perabdominal.
Peritoritis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis
disebut pelvioperitonitis, bila meluas keseluruh rongga perineum
disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang
menyebabkan kematian 33% dari selurih kematian karena infeksi.
2. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat
yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi
39
j)
Haus
Urin terbatas
40
3. Komplikasi
Menurut
Chushieri
komplikasi
dapat
terjadi
pada
b. Syok hipovolemik
c.
Komplikasi lanjut
a. Adhesi
b. Obstruksi intestinal rekuren
4. Penatalaksanaan dan Pengobatan
Menurut Netina (2001), penatalaksanaan pada peritonitis
adalah sebagai berikut :
a) Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus
utama dari penatalaksanaan medik.
b) Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
c) Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi
abdomen.
d) Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk
memperbaiki fungsi ventilasi.
e) Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator
juga diperlukan.
f) Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab
kematian utama).
g) Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi
penginfeksi dan diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan,
dan drainase.
h) Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal.
41
5. Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas. Adanya antibiotika sangat merubah
prognosa infeksi puerperalis dan pengobatan dengan obat-obat lain
merupakan usaha yang terpenting.
Dalam memilih satu antibiotik untuk mengobati infeksi,
terutama infeksi yang berat harus menyandarkan diri atas hasil test
sensitivitas dari kuman penyebab. Tapi sambil menunggu hasil test
tersebut sebaiknya segera memberi dulu salah satu antibiotik
supaya tidak membuang waktu dalam keadaan yang begitu gawat.
Pada saat yang sekarang peniciline G atau peniciline
setengah syntesis (ampisilin) merupakan pilihan yang paling tepat
karena peniciline bersifat baktericide (bukan bakteriostatis) dan
bersifat atoxis. Sebaiknya diberikan peniciline G sebanyak 5 juta S
tiap 4 jam jadi 20 juta S setiap hari. Dapat diberikan sebagai iv
atau infus pendek selama 5-10 menit.
Dapat juga diberikan ampiciilin 3-4 gr mula-mula iv atau
im. Staphylococ yang peniciline resisten, tahan terhadap penicilin
karena mengeluarkan penicilinase ialah oxacilin, dicloxacilin dan
melbiciline.
Di samping pemberian antibiotic dalam pengobatannya
masih
diperlukan
tindakan
khusus
untuk
mempercepat
42
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alatalat genitalia dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam
kehamilan, waktu persalinan, dan nifas. (Rustam Mochtar, 1998)
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan,
seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen ( kuman masuk dari tempat
lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Yang termasuk ke
dalam infeksi masa nifas yaitu metritis, bendungan payudara, infeksi
payudara, abses payudara, abses pelvis, peritonitis, dan infeksi luka perineum
dan luka abdominal.
3.2 Saran
3.2.1
Bagi Pendidikan
1. Diharapkan
pendidikan
mampu
mengembangkan
ilmu
Bagi Klien/Masyarakat
1. Diharapkan masyarakat mampu memberikan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi
dan penyakit dalam masa nifas sesuai kebutuhan ibu dan bayi.
2. Diharapkan masyarakat menghindari pencegahan yang memicu
terjadinya komplikasi dan penyakit yang berkaitan dengan masa
nifas pada ibu dan bayi.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Infeksi ....................................................................................................... 4
2.2
Etiologi ..................................................................................................... 4
2.3
Predisposisi ............................................................................................... 5
2.4
Klasifikasi ................................................................................................. 5
2.5
Kesimpulan ............................................................................................. 44
3.2
Saran ....................................................................................................... 44
3.2.1 Bagi Pendidikan .......................................................................... 44
3.2.2 Bagi Klien/Masyarakat ................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA
ii
46
MAKALAH
ASKEB IV
Dosen Pembimbing :
Elmis Pendriya Gusna, S.SiT
47
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "Komplikasi dan Penyakit dalam Masa Nifas serta
Penanganannya".
Adapun makalah "Komplikasi dan Penyakit dalam Masa Nifas serta
Penanganannya" ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin
dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini
dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaikbaiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "Komplikasi dan Penyakit dalam Masa
Nifas serta Penanganannya" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang
dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.
Pariaman,
September 2014
Penulis
48
i