PROSES
(INPUT)
KELUARAN
(OUTPUT)
Pengawasan
1. Tenaga
2. Pengetahuan dan
keterampilan
3. Material
4. Peralatan
5. Dana
6. Informasi
1. Perencanaan
pelayanan makanan
2. Penyiapan
makanan
(pengadaan bahan,
pengolahan
memasak,dsb)
3.Penyelenggaraan
pelayanan untuk
konsumen
1. Makanan yang
bermutu
2. Pelayanan yang
baik
3. Keuntungan yang
memadai
Pengendalian
serta tugas dan fungsi masing-masing unit kerja yang ada dalam organisasi itu
serta hubungan kerja antara masing-masing unit kerja. Oleh karena itu
penyelanggaraan makanan diperlukan pengorganisasian yang baik guna
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Organisasi pada penyelenggaraan rumah sakit di instalasi gizi rumah
sakit terdapat unit kerja konsultasi dan penyuluhan gizi rumah sakit. Hal ini
disebabkan pada pelayanan gizi rumah sakit tercakup empat aspek fungsional.
a. Aspek administrasi mencakup pengelolaan biaya dan material.
b. Aspek terapeutik sesuai dengan fungsi makanan dalam penyembuhan
penyakit.
c. Aspek edukatif berhubungan dengan pembentukan perilaku makan orang
sakit.
d. Aspek pengembangan dan penelitian untuk menyempurnakan fungsi
pelayanan makanan.
Menteri Kesehatan R.I. No. 13/Menkes/IV/78 sebagaimana terlihat pada bagan :
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Instalasi Gizi Rumah Sakit di Indonesia
(Surkep. Menkes. R.I No. 13/4/1987)
Pimpinan instalasi
gizi
Administrasi
Umum
Unit Perencanaan
& Pengadaan
Perencanaan dan
Laporan
Unit Pengolahan
dan Distribusi
Perlengkapan
Unit konsultasi
dan Penyuluhan
Perbekalan
Unit penelitian
dan
Pengembangan
2. Out-Sourching
Makanan tidak disiapkan dan tidak dimasak sendiri, tetapi
menyerahkan kepada usaha jasa boga untuk memasok makanan yang
diperlukan. Penyelenggaraan makanan bentuk ini dilaksanakan dengan
bantuan perusahaan jasa boga atau catering. Out-sourching dibedakan
menjadi dua kategori yaitu semi out-sourching dan full out-sourching.
3. Sistem kombinasi
Sistem kombinasi merupakan perpaduan antara swakelola dan outsourching dipilih sebagai upaya memaksimalkan sumber daya yang ada
dengan segala keterbatasannya dimana sebagian jenis makanan dikelola
oleh pihak jasaboga atau catering. Bisa berdasarkan kelas rawatnya, karena
ada dua system pengelolaan, maka sebaiknya pencatatan dan pelaporan
setiap
system
dipisahkan
agar
memudahkan
pengawasan
dan
pengendaliannya.
2.3.2 Staffing
Penentuan jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
melaksanankan suatu kegiatan. Penetuan tenaga ini dimulai dengan
mengidentifikasi dan menentukan kegiatan atau pekerjaan yang akan
dilakukan, mengidentifikasi keahlian atau skill yang diperlukan sesuai
dengan kegiatan atau pekerjaan tersebut, kemudian menjabarkannya dalam
spesifikasi dan uraian tugas.
diproduksi sesuai kebutuhan pasien. Sedangkan tenaga profesi non gizi dan
tenaga pelaksana teknis dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan
pelayanan gizi kepada konsumen, misalnya makanan dapat diberikan sesuai
ketentuan yang berlaku (peraturan pemberian makana), kepuasan konsumen
terhadap makanan yang diberikan, makanan dapat di produksi dan disajikan
sesuai keinginan konsumen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembobotan dalam perhitungan
kebutuhan tenaga pada penyelenggaraan makanan institusi :
1. Jumlah dan jenis porsi yang dilayani
2. Jumlah dan macam menu yang diselenggarakan
3. Jumlah hari pelayan makanan
4. Jumlah dan macam peralatan yang tersedia
5. Sarana fisik dan prasarana yang tersedia
6. Jumlah, jenis dan kualitas bahan makanan yang digunakan
7. Sistem produksi makanan yang digunakan
8. Sistem distribusi/ penyajian makanannya
Dalam menghitung kebutuhan tenaga dalam penyelenggaraan makan,
diperlukan beberapa penyesuaian, antara lain :
a) Penyesuaian hari libur atau cuti
b) Produktifitas
Pada dasarnya tidak mungkin mengharapkan tenaga yang ada
dalam keadaan produktif 100%. Beberapa penelitian menghasilkan data
produktifitas
antara
50-60%.
Maka
untuk
perhitungan
dapat
metode
ini
kebutuhan
jumlah
tenaga
dihitung
pada
masa
mendatang
untuk
kemudian
dapat
kebutuhan
tenaga
kerja
dalam
merupakan
suatu
metode
perhitungan
kebutuhan
tenaga
dalam
keputusan
menteri
kesehatan
RI
no
81/Menkes/SK/2004.
Kelebihan metode ini adalah :
a. Mudah dilakukan karena menggunakan data yang dikumpulkan
atau didapatkan dari laporan kegiatan rutin unit layanan.
b. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan sehingga manajer
di semua tingkatan dapat segera menyusun rencana dan kebijakan
ketenagaannnya.
c. Dapat digunakan untuk berbagai jenis tenaga.
Langkah kebutuhan tenaga berdasarkan metode WISN, yaitu :
a. Menetapkan waktu kerja yang tersedia
b. Menetapkan unit kerja dan kategori tenaga yang dibutuhkan
c. Menyusun standar beban kerja setiap jenis tenaga
d. Menyusun standar kelonggaran setiap jenis tenaga
e. Menghitung kebutuhan tenaga setiap jenis tenaga
Namun demikian metode ini mempunyai kelemahan karena
input data yang dipelukan bagi prosedur perhitungan berasal dari
rekapitulasi kegiatan rutin tenaga setiap unit kerja sehingga
dibutuhkan catatan dan penyimpanan data yang baik demi
mendapatkan keakuratan atau ketepatan hasil perhitungan jumlah
tenaga secara maksimal. Penerapan metode seperti :
a. Menetapkan waktu kerja tersedia
Tujuan : Memperoleh waktu tersedia masing-masing kategori
tenaga yang bekerja di tiap unit kerja dalam rumah sakit selama
kurun waktu satu tahun.
yang
bersifat
formal
merupaan
diklat
yang
Penerimaan
Penyimpanan
b.m segar
Penyimpanan
b.m kering
Persiapan b.m
Pembuangan
sampah
sementara
Pemasakan
Pencucian alat
Pembuangan
sampah
sementara
Pendistribusian
dan
perlengkapan
yang
dibutuhkan
dalam
yang
diselnggarakan.
Unsur-unsur
biaya
dalam
menu
adalah
tersedianya
menu
sesuai
dengan
tujuan
system
makanan yang sedang berjalan. Macam siklus menu 5 hari, 7 hari atau 10
hari.
3. Menetapkan periode siklus menu
Periode siklus menu adalah alamanya siklus menu berlaku dan
perlu penggantian atau modifikasi kembali. Pada menu yang baru
disusun, dimana keadaan konsumen belum terlalu dipahami oleh
manajemen, biasanya diberlakukan lebih cepat, misalnya 3 bulan. Pada
institusi yang telah lama dibentuk dan pihak manajementelah emlakukan
perbaikan-perbaikan dapat diberlakukan lebih lama, misalnya 6 bulan
atau 1 tahun.
4. Menetapkan pola menu
Pola menu yang dimaksud adalah golongan macam hidangan yang
direncanakan untuk setiap waktu makan. Tujuan dibuat pola menu agar
dalam siklus menu dapat dipastikan mengunakan bahan makanan sumber
zat gizi yang dibutuhkan konsumen. Selain itu dengan penetapan pola
dapat dikendalikan bahan makanan sumber zat gizi yang diperlukan.
5. Menetapkan besar porsi
Besar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang
direncanakan setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar
berdasarkan standar makanan yang berlaku di rumah sakit.
6. Membuat master menu
Master menu adalah alokasi item bahan makanan kedalam matrix
dalam siklus menu. Tujuan dibuatnya master menu adalah agar distribusi
bahan makanan yang digunakan tersebar lebih harmonis, sehingga
pengulangan penggunaan bahan makanan tercatat dengan baik. Manfaat
master manu adalah mudah dalam melakukan modifikasi menu pada
kegiatan perencanaan ulang, apabila suatu saat terjadi perubahan dana.
7. Inventarisasi golongan hidangan, macam hidangan dan resepnya
Resep-resep makanan sebaiknya tersedia resep yang telah
terstandarisasi. Oleh karena itu kegiatan penelitian dan pengembangan
resep harus selalu ada pada dana system penyelenggaraan makanan.
produksi,
distribusi
dan
marketing.
Bila
tidak
ada
c. Performance Spesifikations
Kualitas suatu barang diukur fungsinya misalnya penggunaan
peralatan, deterjen kertas dan sebagainya. Secara garis besar berisi:
1. Nama bahan makanan atau produk
2. Ukuran/tipe unit/container
3. Tingkat kualitas
4. Umur bahan makanan
5. Warna bahan makanan
6. Identifikasi pabrik
7. Masa pakai bahan makanan
8. Data isi produk jika cacat dan rusak
9. Satuan bahan makanan yang dimakan
10. Keterangan khusus lain bila diperlukan
2. Survey pasar
Kegiatan untuk mengetahui harga bahan makanan yang sesuai
dengan spesifikasi yang ada dipasaran sebagai dasar perencanaan
anggaran perkiraan harga tersebut meliputi harga terendah, harga
tertinggi, harga tertimbang dan harga perkiraan maksimal.
Bentuk atau cara menerima bahan makanan secara umum ada dua
macam, yaitu :
a. Blind receiving atau cara buta
Petugas penerimaan bahan makanan tidak menerima spesifikasi
bahan makanan serta faktur pembelian dari penjualan/ vendor. Petugas
penerimaan langsung mengecek, menimbang dan menghitung bahan
makanan. Pihak vendor mengirim faktur pengiriman bahan makanan
langsung ke bagian pembayaran dan bagian penerimaan mengirim
lembar formulir bahan makanan yang diterima untuk dicocokan oleh
bagian pembelian/ pembayaran.
makanan
pengolahan,
basah
bahan
langsung
makanan
didistribusikan
kering
disimpan
ke
di
bagian
gudang/
penyimpanan kering.
3) Bahan makanan yang tidak langsung dipergunakan saat itu dilakukan
penyimpanan di rung pendingin (freezer/chiller)
Menurut Moehyi (1992) Tugas dan tanggung jawab tim penerima
bahan makanan, adalah sebagai berikut :
a. Meneliti apakah bahan makanan yang diserahkanoleh pemasok
sesuai
dengan
ketentuan-ketentuan
(spesifikasi)
sebagaimana
tertentu
Pengelompokkan
bahan
yang
optimal
makanan
untuk
segar
menjaga
sesuai
kualitas.
dengan
suhu
penyimpanan adalah :
Penyimpanan segar (Fresh cooling), bahan makanan disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu ayng berkisar antara 1-4oC.
Penyimpanan dingin (chilly), bahan makanan disimpan di lemari es
dengan suhu antara suhu (-5 - -0oC). Suhu ini dibutuhkan untuk
menyimpan daging ikan atau unggas tidak lebih dari 3 (tiga) hari.
Penyimpanan beku (Freezer), suhu di ruang penyimpanan ini
sangatlah dingin yaitu sekitar (-10)oC, dapat digunakan untuk
menyimpan daging dalam waktu lama.
Suhu ruangan gudang bahan makanan segar diperiksa 2x sehari,
yaitu pada saat gudang dibuka dan ditutup sehingga keamanan bahan
makanan didalamnya dapat terkontrol. Selain karekteristik bahan
sebagai persediaan, alat penumpuk yang digunakan dalam gudang akan
mempengaruhi system pergudangan. Alat tersebut mempunyai fungsi
untuk memudahkan penanganan suatu bahan sebagai suatu kesatuan,
dibandingkan apabila bahan tersebut didatangi sendiri-sendiri. Syarat
penyimpanan bahan makanan, antara lain :
1. Adanya system penyimpanan barang
2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai
persyaratan.
3. Tersedianya kartu stock/ buku catatan keluar masuknya bahan
makanan.
Langkah-langkah:
1. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus
segera dibawa ke ruangan penyimpanan, gudang atau pendingin
ruangan.
2. Apabila bahan makanana langsung akan digunakan, setelah
ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan
setempat dibawa keruang persiapan bahan makanan. Untuk semua
kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan
makanan kering (gudang bahan maknan) dan ruang pendingin,
serta ruang pembeku (freezer). Luas macam dan jenisnya berbeda
menutur
rumah
sakit
masing-masing.
Freezer
(pembeku)
memotong,
mengupas,
mengocok,
merendam
dan
pemasakan
awal
dalam
jumlah
banyak,
untuk
d. Membunuh mikroorganisme
e. Mempermudah pengulitan seperti tomat.
2) Membuat santan
3) Dan sebagainya
Macam-macam teknik pemasakan/pengolahan, antara lain:
a) Boiling
Memasak dalam cairan banyak sampai bahan terendam dengan
suhu 100C (mendidih). Contoh: sup, sayur asem, sayur lodeh, soto,
gulai, dsb
b) Simmering
Merebus dalm air mrndidih perlahan-lahan dengan api sedang dan
suhu 100C. contoh kalio: semur, bumbu bali,dsb
c) Poaching
Merebus dalam air mrndidih, api dikecilkan. Air perebus dapat
ditambah cuka untuk mempertahankan bentuk. Contoh: poach egg,
poach fish, dsb
d) Steaming
Memasak dengan uap air (mengukus). Bahan dapat diletakkan
langsung pada alat pengukus atau ditempatkan dulu dalam wadah atau
dibungkus kemudian diletakkan dalam kukusan. Contoh: pepes, botok,
srikaya, dsb
e) Pressure cooking
Memasak dengan tekann dan temperature tinggi (15 Psi dengan
suhu 121 C). Cara ini paling efektif membunuh mikroorganisme
pathogen dengan waktu yang relative singkat. Contoh bandeng presto
f) Stewing
Memasak dengan memanfaatkan cairan bahan makanan dengan
sedikit lemak dan atau air. Contoh: daging ungkep, oseng tempe,
capcay goreng, dsb
g) Griling
Memasak sampai bahan berubah warna menjadi kecoklatan
dengan menggunakan oven atau api terbuka. Selama dalam proses
pembakaran, bhan selalu diolesi dengan lemak dan bumbu dan diputar.
Contoh: kambing guling, chicken grill, dsb.
h) Roasting
Memasak dan membuat bahan berwarna kecoklatan dengan
mengolesi sedikit lemak pada suhu 200-250 C. Potongan bahan
makanan utuh/besar, contoh ayam panggang, ikan panggang, dsb.
i) Baking
Memanggang dalam oven dengan suhu tertentu sesuai kebutuhan.
Biasanya digunakan untuk pemasakan kue, cake, dsb
j) Bain marie
Memasak dalam tempat yang dialasi wadah berisi air, dapat
dilakukan dalam oven atau langsung diatas api. Contoh: tim telur,
pudding telur, srikaya, dsb.
k) Pan frying
Memasak cepat dalam minyak panas sampai bahan makanan
berubah warna kecoklatan. Contoh: tahu isi, perkedel, ikan goreng,
ayam goreng, dsb.
l) Sauteering
Memasak dalam wajan secara cepat dengan sedikit lemak.
Biasanya dilakukan untuk bahan makanan yang mempunyai sifat cepat
masak. Contoh: tumis sayuran, menumis bumbu, dsb
m) Deep Frying
Menggoreng dengan minyak panas yang banyak sampai bahan
terendam dengan sushu mencapai 250 C. Cotoh: pisang goreng, ayam
goreng, ikan goreng, dsb
n) Braising
Memasak dengan lemak sampai berubah warna menjadi coklat,
kemudian ditambahkan cairan sedikit dan ditutup pancinya, lalu
dimasak sampai matang. Contoh: bistik daging.
Penungguan/ penyimpanan
sementara
Pemanasan
b.
c.
d.
b)
peralatan
makan,
meningkatkan
pengetahuan
kuliner,
Nama Ruangan
Tipe A
Tipe B
Tipe c
87,5 m
162.0 m
81.0 m
181.0 m
100.0 m
128.0 m
122.0 m
Ruang minuman
20.0 m
124.0 m
10
25.0 m
67,0 m
40,0 m
100.0 m
90.0 m
50.0 m
2
50.0 m
2
50.0 m
36.0 m
2
70.0 m
2
98.0 m
56.0 m
21.0 m
6.0 m
6.0 m
56.0 m
33.0 m
8.0 m
8.0 m
11
10.0 m
12
28.0 m
13
Ruang administrasi
56.0 m
14
Ruang pendidikan
46.0 m
15
84.5 m
16
Ruang penerangan
23.0 m
17
Ruang listrik
24.0 m
28.0 m
2
47.0 m
2
6.0 m
2
42.0 m
12.0 m
pelaksana tingkat pendidikan yang dinilai SMK tata boga atau SMA yang
telah kursus memasak. Sedangakn rumah sakit tipe C tingkat pendidikan
tenaga pelaksana adalah SMU/SMP yang telah mengikuti kursus masak
(Depkes RI 2006).
47.0 m
39.0 m
2
39.0 m
28.0 m
penyelanggaraan
makanannya
adalah
swakelola.