Anda di halaman 1dari 8

BLOK ETIKA,MORAL&PROFESIONALISME

EUTHANASIA
WRAP UP

KELOMPOK :

A2

ANGGOTA

Amanda Ricki (1102011023)

Ana Amalina (1102011024)


Arum Kusma Wardani (1102011047)
Astri Yuniarsih Putranto (1102011048)
Fadhillah Syafitri Suhatril (1102011091)
Fadlan Hakiki (1102011092)
Imaduddin Baskorohadinegoro (1102011123)
Indah Ariyanti (1102011124)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2011

Skenario 2 ...
Ny Indah , seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker payudara stadium lanjut
dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemotrapi dan radiasi. Wanita tersebut
mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian
analgesic biasa. Dr. Umar spesialis bedah onkologi yang merawatnya secara beneficence kemudian
memberikan morphin intravena untuk mengurangi rasa sakitnya. Walaupun Ny. Indah tampak bisa
tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesic derivate morphin untuk mengurangi rasa
sakitnya, dan keluarganya pun meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat
tersebut. Selama tiga minggu terakhir ini, kesehatan Ny. Indah semakin memburuk, ia sudah tidak
bisa berkomunikasi serta kesadarannya menurun. Dr. Umar mengusulkan kepada keluarga untuk
merawat Ny. Indah di ICU. Setelah dirawat beberapa lama di ICU, kondisi Ny. Indah tidak mengalami
kemajuan. Akhirnya keluarga tawakkal dan memutuskan untuk membawa Ny. Indah pulang sambil
mendoakannya. Untuk menghormati keputusan keluarga berdasarkan prinsip bioetik autonomi
maka dr. Umar mencabut alat ventilator yang selama ini mendukung fungsi kehidupan Ny. Indah
(euthania pasif)

LI.I Memahami dan menjelaskan kode etik kedokteran indonesia


(KODEKI) dan kaidah dasar bioetik beneficence, autonomy dan justice
1.1 Memahami dan Menjelaskan etika kedokteran
Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya
masalah pada masa yang akan datang.
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma
atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti
abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi,
dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.
Masalah bioetika mulai diteliti pertama kali oleh Institude for the Study of Society, Ethics and
Life Sciences, Hasting Center, New York pada tahun 1969. Kini terdapat berbagai isu etika
biomedik.
Di Indonesia, bioetika baru berkembang sekitar satu dekade terakhir yang dipelopori oleh
Pusat Pengembangan Etika Universitas Atma Jaya Jakarta. Perkembangan ini sangat
menonjol setelah universitas Gajah Mada Yogyakarta yang melaksanakan pertemuan
Bioethics 2000; An International Exchange dan Pertemuan Nasional I Bioetika dan
Humaniora pada bulan Agustus 2000. Pada waktu itu, Universitas Gajah Mada juga
mendirikan center for Bioethics and Medical humanities. Dengan terselenggaranya
Pertemuan Nasional II Bioetika dan Humaniora pada tahun 2002 di Bandung, Pertemuan III
pada tahun 2004 di Jakarta, dan Pertemuan IV tahun 2006 di Surabaya serta telah
terbentuknya Jaringan Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia (JBHKI) tahun 2002,
diharapkan studi bioetika akan lebih berkembang dan tersebar luas di seluruh Indonesia pada
masa datang.
Humaniora merupakan pemikiran yang beraitan dengan martabat dan kodrat manusia, seperti
yang terdapat dalam sejarah, filsafat, etika, agama, bahasa, dan sastra.

1.2 Memahami dan Menjelaskan kaidah dasar bioetik beneficence, autonomy, nonmaleficience dan justice
Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik. Prinsipprinsip itu harus dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang disebut spesifik.
Tetapi pada beberapa kasus, kerana kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan
sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain.
Keadaan terakhir disebut dengan Prima Facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan
mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia
mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika
kedokteran atau bioetika, antara lain:

Beneficence
Non-malficence
Justice
Autonomy

1. Beneficence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan kesehatan.
Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien.
Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Ciriciri prinsip ini, yaitu;

Mengutamakan Alturisme
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya
menguntungkan seorang dokter
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
suatu keburukannya
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
Meenerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang
orang lain inginkan
Memberi suatu resep

2. Non-malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan
yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien
sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence
mempunyai ciri-ciri:

Menolong pasien emergensi


Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Melindungi pasien dari serangan
Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Tidak melakukan White Collar Crime

3. Justice
Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan
adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan,
dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Justice
mempunyai ciri-ciri :

Memberlakukan segala sesuatu secara universal


Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien

4. Autonomy
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus
diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Dalam
hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.
Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan
pasien demi dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri:

Menghargai hak menentukan nasib sendiri


Berterus terang menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Melaksanakan Informed Consent

1.3 Memahami dan Menjelaskan hubungan etik kedokteran dengan hukum kedokteran
Etik : mengatur manusia dalam membuat keputusan dan dalam berperilaku (profesi),
dengan menggunakan dialog antar beberapa kiadah moral, dengan hasil yang tidak
selalu seragam
Hukum : mengatur perilaku manusia dalam kaitannya dengan ketertiban hubungan
antar manusia, dengan aturan yang tertentu dan baku
Dari data diatas telah diuraikan pengertian etik dan hukum. Persamaan dan perbedaan
antara keduanya adalah sebagai berikut :
Persamaan etik dan hukum :
1. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat
2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat agar tidak saling
merugikan
4. Menggugak kesadaran untuk bersikap manusiawi
Perbedaan etik dan hukum :
1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi, hukum berlaku untuk umum
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hukum disusun
berdasarkan badan pemerintah
3. Etik tidak seluruhnya tulis, hukum tercantum secara rinci dalam kitab undangundang dan lembaran/berita negara
4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntutan, sanksi terhadap pelanggaran
hukum berupa tuntutan
5. Pelanggaran etik disesuaikan oleh majelis kehormatan disiplin kedokteran
indonesia (MKDKI) yang dibentuk oleh konsil kedokteran indonesia dan oleh
majelis kehormatan etika kedokteran (MKEK), yang dibentuk oleh ikatan
dokter indonesia (IDI), pelanggaran hukum diselesaikan oleh pengadilan
6. Penyelesain pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik, penyelesain
pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etik merupakan seperangkat perilaku
yang benar dan baik dalam suatu profesi

2.2 Memahami dan Menjelaskan hidup dan mati dalam terminologi islam
A. TERMINOLOGI HIDUP
Alam semesta hanya memiliki makna dalam kaitannya dengan manusia. Padahal
manusianya sendiri telah kehilangan makna. Claude Levi-Strauss
Adu domba, sudah ada sejak dulu, sejak manusia pertama yang melahirkan generasi
pertama anak manusia berikutnya, keluarga nabi Adam A.S. Generasi awal umat
manusia itu Ia jadikan pelajaran bagi generasi manusia selanjutnya dalam rentang
masa yang sangat panjang, tanpa pernah ada kepastian kapan dan seperti apa akhir
dunia terjadi. Masa yang buta, semua manusia tidak pernah tahu rahasia langit tempat
sang Pencipta memainkan skenario hidup kita dengan tanpa ada cerita yang
terlewatkan bahkan sekedipan mata.
Hingga hari ini, zaman modern yang kita lalui, adu domba dan perang antar manusia
semakin sulit dibedakan dengan kepentingan baik. Semua dapat disembunyikan dan
akan banyak sekali pilihan untuk bertindak. Tidak harus frontal, tapi selalu saja
membutakan. Maka, mengetahui sesuatu, tidak harus selalu berujung pada
perlawanan. karena perlawanan berpotensi membutakan. dan karena buta, perlawanan
menjadi reaksioner yang hanya akan menghasilkan kesia-siaan.
Perang antar manusia dipastikan akan selalu terjadi, dan kita sedang khawatir hari ini,
akan seperti apakah perang yang terjadi pada manusia modern nanti. Sangat
menakutkan. Tapi kita jangan terperangkap. Seakan memandang hidup adalah
perjalanan menunda kemenangan jasad (fisik) manusia adalah satu-satunya jalan
pilihan dalam kehidupan.
Memandang dunia penuh dengan kepentingan yang harus berujung pada peperangan,
penghabisan etnis lain, dan kemenangan golongan sendiri adalah satu dari banyak
cara kita memandang hidup, bukan pandangan final setiap manusia yang hidup.
Memang, perang yang tejadi jutaan kali sejak manusia diturunkan di bumi dapat kita
jadikan penguat pendapat, bahwa manusia tidak akan bisa lepas dari jeratan
permusuhan, dan hanya akan ada satu golongan yang berkuasa, mengkahiri dunia
dengan kemenangannya. Tapi jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, bahwa
peperangan, bukanlah milik semua manusia. Dalam setiap peperangan, selalu ada
sebagian dari mereka yang menangis bukan berteriak lantang, lebih memilih untuk
mengubur nafsunya bukan justru saling membunuh dengan penuh nafsu di arena
pertarungan yang liar, dan selalu ada yang menentang bukan justru memperjuangkan
pecahnya peperangan yang dapat memecah persaudaraan sebagai sesama umat
manusia.
Perbedaan cara memandang hidup tersebut akhirnya melahirkan kelompok manusia
sendiri-sendiri. Selanjurnya, setiap kelompok akan cenderung memperkuat dirinya
sendiri di atas kelompok lain. Secara eksplisit pertarungan tersebut berujung pada
kontestasi identitas dan eksistensi. Padahal dalam kondisi tersebut, satu kelompok
belum tentu dirinya lebih baik, karena menentukan siapa yang terbaik bukanlah
kehendak manusia. Pada akhirnya, setiap dari kita berbeda, dan inilah yang
menjadikan dunia berbatas tembok, tanpa jembatan yang menghubungkan nilai-nilai
universal.

Bertahan hidup
Memenangkan hidup
Mengalahkan hidup
Menikmati hidup
Memaknai hidup
Padahal, urusan apa bagi kita berpikir bahwa kehidupan dunia harus dimenangkan
oleh siapa dan darimana diri kita? Kehidupan di dunia akan menjadi mulia jika setiap
dari kita melihat setiap kemenangan hidup sebagai sebuah bentuk yang substantif,
tidak harus otentik. Sebaliknya, ternyata selama ini kita kalah bukan karena jumlah
kita yang sedikit, tapi kita kalah karena banyak melanggar ajaran-Nya yang suci.
Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu
jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakanlah keseimbangan itu dengan adil
dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu (QS. Ar-Rahman : 7-9)

B. TERMINOLOGI MATI

2.3 Memahami dan Menjelaskan pandangan ulama terhadap Euthanasia


Para tokoh islam di indonesia sangat menentang dilakukan Euthanasia Prof.Dr.Amir
Syariffudin menyebutkan bahwa pembunuhan untuk menghilangkan penderita si
sakit, sama dengan larangannya allah membunuh anak untuk tujuan menghilangkan
kemiskinan
K.H Syukron Makmur juga berpendapat bahwa kematian itu adalah urusan allah,
manusia tidak mengetahui kapan kematian itu akan menimpa dirinya. Soal sakit,
menderita dan tidak kunjung sembuh adalah qudratullah. Kewajiban kita hanya
berikhtiar. Mempercepat kematian tidak dibenarkan. Tugas seorang dokter adalah
menyembuhkan, bukan membunuh. Kalau dokter tidak sanggup kembalikan kepada
keluarganya
Jadi, apapun alasannya apabila tindakan itu berupa Euthanasia aktif, yang berarti
suatu tindakan mengakhiri hidup manusia pada saat yang bersangkutan masih
menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan, islam mengharamkannya
sedangkam Euthanasia pasif, para ahli, baik dari kalangan kedokteran, ahli hukum
pidana, maupun para ulama sepakat membolehkannya

Anda mungkin juga menyukai