Anda di halaman 1dari 3

Diagnosa keperawatan pada klien post operasi Laminektomi menurut Doenges (1999),

Tucker (1998).
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, gangguan nyeri terus menerus.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder terhadap
edema operasi.
3. Tak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder
terhadap nyeri
4. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan agen pencedera fisik; kompresi saraf, spasme otot,
insisi pembedahan.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot,
kerusakan neuromuskuler.
6. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi, penurunan aktivitas fisik.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan atau informasi.
F. Perencanaan.
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk
masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan
kriteria evaluasi sebagai berikut :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder terhadap
edema operasi.
Tujuan : menunjukkan sirkulasi yang adekuat pada seluruh tubuh
Kriteria hasil : 1) TTV klien terutama Nadi dan tekanan darah normal. 2) Capilarry refill < 3
detik. 3) Tidak ada tanda-tanda sianosis
Perencanaan : 1) Kaji pergerakan aatu sensasi dari ektremitas bawah/kaki (lumbal), dan
tangan/lengan (servik). 2) Pertahankan klien dalam posisi terlentang selama beberapa jam. 3)
Pantau TTV, catat kehangatan dan pengisian kapiler. 4) Lakukan palpasi pada daerah operasi
untuk mengetahui adanya edema. 5) Lakukan pengukuran terhadap drainase (jika
menggunakannya). 6) Berikan terapi cairan atau darah sesuai indikasi. 7) Periksa darah
lengakp (seperti Hb, Ht, dan eritrosit).
2. Tak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder
terhadap nyeri.
Tujuan : jalan nafas klien bersih tidak ada sumbatan
Kriteria hasil : 1) Respiratory rate (RR) klien dalam batas normal (16-22 x/mnt). 2) AGD
klien dalam batas normal. 3) Ronchi (-), dan wheezing (-).
Perencanaan : 1) inspeksi adanya edema pada wajah/leher (pada laminektomi servikal). 2)
Dengarkan adanya suara yang parau. 3) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronchi
atau mengi. 4) Bantu klien untuk melakukan batuk efektif, miring kiri dan kanan, serta napas
dalam. 5) Kolaborasi pemberian oksigen jika diperlukan. 6) Pantau hasil analisa gas darah.
3. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan agen pencedera fisik; kompresi saraf,spasme otot,
insisi pembedahan.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : 1) Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol. 2) Postur dan wajah rileks 3)
Mendemonstrasikan keterampilan relaksasi, modifikasi perilaku untuk menghilangkan nyeri.
4) Mengekspresikan perasaan nyaman.
Perencanaan : 1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor
pencetus, tetapkan skala 1-10. 2) Pertahankan tirah baring selama fase akut, letakkan klien

pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan flexi, posisi
terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-3- derajat pada posisi lateral. 3) Bantu
pemasangan brace atau korset. 4) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.
5) Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi. 6) Anjurkan klien untuk melakukan
mekanika tubuh atau gerakan yang tepat. 7) Berikan tempat tidur ortopedik atau letakkan
papan dibawah kasur atau matras. 8) Berikan obat sesuai kebutuhan seperti relaksan otot,
analgetik, antiinflamasi, antibotik. 9) Pasang penyokong fisik seperti brace lumbal. 10)
Konsultasikan dengan ahli terapi fisik (fisioterapi).
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot,
kerusakan neuromuskuler.
Tujuan : menunjukkan tingkat aktivitas sesuai toleransi tubuh yang optimal.
Kriteria hasil : 1) Klien dapat beraktivitas sesuai kemampuan. 2) Klien dapat
mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit.
Perencanaan : 1) Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang
spesifik. 2) Berikan aktifitas yang disesuaikan dengan kemampuan klien. 3) Anjurkan klin
untuk melatih kaki bagian bawah / lutut, nilai adanya edema, eritema pada ekstremitas
bawah. 4) Bantu klien dalam melakukan aktivitas ambulasi. 5) Berikan perawatan kulit
dengan baik, masase titik yang tertekan setelah perubahan posisi. 6) Berikan analgetik kirakira 30 menit sebelum memindahkan atau melakukan ambulasi klien selama periode akut.
5. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi, penurunan aktivitas fisik.
Tujuan : menunjukkan pola BAB yang normal, serta kontraksi usus yang normal.
Kriteria hasil : 1) Bising usus klien dalam batas normal (8-15 x/mnt). 2) Konsistensi feses
lunak atau setengah padat.
Perencanaan : 1) Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi bising usus klien. 2)
Anjurkan klien untuk melakukan ambulasi sesuai kemampuan. 3) Mulai untuk meningkatkan
diet sesuai toleransi pasien. 4) Berikan obat laksatif, pelembek feses sesuai kebutuhan.
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, gangguan nyeri terus menerus.
Tujuan : klien menunjukkan ekspresi rileks.
Kriteria hasil : 1) Klien tampak rileks dan mengatakan ansitas berkurang pada tingkat yang
dapat diatasi. 2) Mendemontrasikan keterampilan pemecahan masalah.
Perencanaan : 1) Kaji tingkat ansietas klien. 2) Berikan informasi yang akurat dan jawab
dengan jujur. 3) Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi. 4)
Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan
mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan atau informasi.
Tujuan : mengatakan pengertiannya tentang kondisi dan tindakan medis yang dilakukan.
Kriteria hasil : 1) Klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan
tindakan. 2) Melakukan kembali perubahan gaya hidup.
Perencanaan : 1) Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan
seperti menghindari mengemudikan kendaraan dalam periode waktu yang cukup lama. 2)
Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat, dan
menggunakan sepatu penyokong. 3) Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya,
seperti halnya beberapa obat yang menyebabkan kantuk yang sangat berat (analgetik,
relaksan otot). 4) Anjurkan menggunakan papan/matras yang kuat, bantal kecil yang agak
datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup. 5)

Diskusikan mengenai kebutuhan diit. 6) Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang
lama. 7) Anjurkan untuk melakukan kontrol medis secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai