Data Hasil Praktikum Mikpang
Data Hasil Praktikum Mikpang
PEMBAHASAN
1. Bahaslah data hasil pengamatan deteksi mikroba pembusuk sesuai yang
kelompok anda lakukan!
Dari data hasil pengamatan, kelompok Q4 menggunakan sampel berupa
sosis. Untuk deteksi mikroba pembusuk, media yang digunakan adalah APDA
(Acid Potato Dextrose Agar) dan MRSA. Pada pengenceran 10-3, jumlah koloni
yang tumbuh adalah 1 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -4, jumlah koloni yang
tumbuh adalah 3 CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -5, jumlah koloni
yang tumbuh adalah 5 CFU/ml. Sedangkan nilai TPC nya adalah 5 x 10 5
CFU/ml. Sedangkan secara morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh
adalah berbentuk bulat, tidak berlendir, dan berwarna putih.
Sedangkan bakteri pembusuk yang berupa BAL, media yang digunakan
untuk pertumbuhannya adalah MRSA. Pada pengenceran 10 -3, jumlah koloni
yang tumbuh adalah 91 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -4, jumlah koloni yang
tumbuh adalah 4 CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -5, tidak ada koloni
yang tumbuh. Sedangkan nilai TPC nya adalah 9.1 x 10 4 CFU/ml. Sedangkan
secara morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh adalah berbentuk bulat
memanjang, tidak berlendir, dan berwarna putih.
Menurut Atmi (2011), beberapa mikroba pembusuk dapat merusak bahan
sebagai berikut:
Sayuran, Buah-Buahan dan Produknya
Kerusakan sayuran dan buah-buahan sering terjadi akibat benturan
fisik, kehilangan air sehingga layu, serangan serangga, dan serangan mikroba.
Sayur-sayuran yang mudah rusak misalnya adalah kubis, tomat, wortel, dan
lain-lain.
Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada sayuran dan buah-buahan
antara lain adalah:
Pembentukan lendir
Perubahan warna
Perubahan warna, yaitu warna kulit dan daging ikan menjadi kusam
atau pucat.
bakteri
Flipper, yaitu kaleng terlihat nonnal, tetapi bila salah satu tutupnya
ditekan dengan jari, tutup lainnya akan menggembung.
Kembung sebelah atau springer, yaitu salah satu tutup kaleng terlihat
normal, sedangkan tutup lainnya kembung. Tetapi jika bagian yang
kembung ditekan akan masuk ke dalam, sedangkan tutup lainnya yang
tadinya normal akan menjadi kembung.
Kembung lunak, yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak keras
dan masih dapat ditekan dengan ibu jari.
Kembung keras, yaitu kedua tutup kaleng kembung dan keras sehingga
tidak dapat ditekan dengan ibu jari. Pada kerusakan yang sudah lanjut
dimana gas yang terbentuk sudah sangat banyak, kaleng dapat
meledak karena sambungan kaleng tidak dapat menahan tekanan gas
dari dalam.
2. Bahas dan bandingkan data kelompok anda dengan data kelompok lain!
Data kelompok Q1
Dari data hasil pengamatan, kelompok Q1 menggunakan sampel berupa
mangga. Untuk deteksi mikroba pembusuk, media yang digunakan adalah APDA
(Acid Potato Dextrose Agar). Pada pengenceran 10 -1, jumlah koloni yang tumbuh
adalah 75 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -2, jumlah koloni yang tumbuh adalah 14
CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -3, jumlah koloni yang tumbuh adalah
10 CFU/ml. Sedangkan nilai TPC nya adalah 7,5 x 10 2 CFU/ml. Sedangkan secara
morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh adalah berbentuk bulat, tidak
berlendir, dan berwarna putih.
Sedangkan bakteri pembusuk yang berupa BAL, media yang digunakan
untuk pertumbuhannya adalah MRSA. Pada pengenceran 10 -1, jumlah koloni yang
tumbuh adalah 230 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -2, jumlah koloni yang tumbuh
adalah 160 CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -3, jumlah koloni yang
tumbuh adalah 18 CFU/ml. Sedangkan nilai TPC nya adalah 1,95 x 10 3 CFU/ml.
Sedangkan secara morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh adalah
berbentuk bulat memanjang, tidak berlendir, dan berwarna putih.
Data kelompok Q4
Dari data hasil pengamatan, kelompok Q4 menggunakan sampel berupa
sosis. Untuk deteksi mikroba pembusuk, media yang digunakan adalah APDA
(Acid Potato Dextrose Agar). Pada pengenceran 10 -3, jumlah koloni yang tumbuh
adalah 1 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -4, jumlah koloni yang tumbuh adalah 3
CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -5, jumlah koloni yang tumbuh adalah 5
CFU/ml. Sedangkan nilai TPC nya adalah 5 x 10 5 CFU/ml. Sedangkan secara
morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh adalah berbentuk bulat, tidak
berlendir, dan berwarna putih.
Sedangkan bakteri pembusuk yang berupa BAL, media yang digunakan
untuk pertumbuhannya adalah MRSA. Pada pengenceran 10 -3, jumlah koloni yang
tumbuh adalah 91 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -4, jumlah koloni yang tumbuh
adalah 4 CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -5, tidak ada koloni yang
tumbuh. Sedangkan nilai TPC nya adalah 9.1 x 10 4 CFU/ml. Sedangkan secara
morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh adalah bulat memanjang, tidak
berlendir, dan berwarna putih.
Data kelompok Q7
Dari data hasil pengamatan, kelompok Q7 menggunakan sampel berupa
ayam. Untuk deteksi mikroba pembusuk, media yang digunakan adalah APDA
(Acid Potato Dextrose Agar). Pada pengenceran 10 -3, jumlah koloni yang tumbuh
adalah TBUD. Pada pengenceran 10 -4, jumlah koloni yang tumbuh adalah 490
CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -5, jumlah koloni yang tumbuh adalah
76 CFU/ml. Sedangkan nilai TPC nya adalah 7,6 x 10 6 CFU/ml. Sedangkan secara
morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh adalah koloni berbentuk bulat,
tidak berlendir, dan berwarna putih.
Sedangkan bakteri pembusuk yang berupa BAL, media yang digunakan
untuk pertumbuhannya adalah MRSA. Pada pengenceran 10 -3, jumlah koloni yang
tumbuh adalah 205 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -4, jumlah koloni yang tumbuh
adalah 110 CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -5, jumlah koloni yang
tumbuh adalah 3 CFU/ml. Sedangkan nilai TPC nya adalah 1,575 x 10 5 CFU/ml.
Sedangkan secara morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh adalah
berbentuk bulat memanjang, tidak berlendir, dan berwarna putih.
BSA. Pada media MSA umumnya media ini digunakan untuk deteksi patogen
berupa bakteri S. aureus, pada pengenceran 10-3, jumlah koloni yang tumbuh
adalah 126 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -4, jumlah koloni yang tumbuh adalah
19 CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -5, tidak adal koloni yang tumuh.
Sedangkan nilai TPC nya adalah 1,26 x 10 5 CFU/ml. Sedangkan secara
morfologinya, mikroba patogen yang tumbuh adalah berbentuk bulat, tidak
berlendir, dan berwarna putih.
Sedangkan bakteri patogen yang berupa Salmonella, media yang
digunakan untuk pertumbuhannya adalah BSA. Pada pengenceran 10 -3, jumlah
koloni yang tumbuh adalah 55 CFU/ml. Pada pengenceran 10 -4, jumlah koloni
yang tumbuh adalah 85 CFU/ml. Sedangkan pada pengenceran 10 -5, jumlah
koloni yang tumbuh adalah 14 CFU/ml. Sedangkan nilai TPC nya adalah 5,5 x
104 CFU/ml. Sedangkan secara morfologinya, mikroba pembusuk yang tumbuh
adalah berbentuk bulat memanjang, tidak berlendir, dan berwarna cokelat
tua.
3. Bahaslah data hasil pengamatan kelompok anda dibandingkan dengan
kelompok lain berdasarkan mikroba patogen yang terdeteksi!
Datah Kelompok Q1
Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa saat
deteksi mikroba pathogen dengan menggunakan sampel buah mangga pada
media MSA bentuk koloni bakteri yang tumbuh adalah bulat (coccus) dan
warnanya kuning. Saat deteksi mikroba pada media BSA bentuk koloni yang
tumbuh adalah berbentuk bulat dan memiliki warna hijau tua kecoklatan.
Dari hasil deteksi mikroba pathogen pada buah mangga dapat diketahui
bahwa jenis bakteri yang tumbuh pada media BSA kemungkinan bukan genus
Salmonella. Dimana dalam pengamatan warna koloni yang tumbuh adalah
berwarna hijau tua kecoklatan. Sedangkan jenis bakteri yang tumbuh pada
media MSA kemungkinan adalah genus Staphylococcus. Dimana setelah
inkubasi selama 24 jam menunjukkan warna kuning pada koloni yang tumbuh.
Uji fermentasi mannitol positif apabila setelah penanaman koloni
Staphylococcus pada media MSA, kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan
suhu 37oC akan menunjukkan perubahan warna media dari merah menjadi
kuning, hal ini berarti S.aureus dapat memfermentasi mannitol (Cappucino
and Sherman, 2005). Selain itu Warna koloni yang terbentuk pada S. aureus
dapat bervariasi antara lain putih, kuning dan oranye (Bannerman, 2005).
Uji positif yang menunjukkan tumbuhnya koloni Salmonella adalah pada
media BSA setelah inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 oC akan
menunjukkan warna coklat kehitaman hingga kilap logam (Chotijah, 2009).
Data Kelompok Q4
Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa saat
deteksi mikroba pathogen dengan sampel sosis pada media MSA bentuk
koloni bakteri adalah bulat (coccus) dan berwarna putih dan ada juga yang
kuning. Begitupula saat deteksi mikroba pathogen pada media BSA, bentuk
koloni bakteri adalah bulat dan berwarna coklat kehitaman.
Berdasarkan bentuk dan warna pada koloni yang tumbuh pada media
MSA dan BSA, kemungkinan koloni yang tumbuh adalah genus Staphylococcus
(media MSA) dan Salmonella (media BSA). Hal ini dapat diketahui dari hasil
pengamatan setelah inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 oC. Dimana pada
media MSA menunjukkan koloni yang berwarna kuning dan ada yang putih
serta memiliki bentuk coccus (bulat), ciri-ciri ini menunjukkan bahwa koloni
yang tumbuh adalah koloni bakteri Staphylococcus. Dan pada media BSA,
setelah inkubasi selama 24 jam menunjukkan koloni yang tumbuh berwarna
coklat kehitaman, dimana warna ini menunjukkan kemungkinan bahwa bakteri
yang tumbuh adalah genus Salmonella sp.
Bakteri Salmonella merupakan jenis bakteri pathogen yang berbentuk
batang (basil), bersifat gram-negatif, tidak memiliki kapsul, tidak membentuk
spora, bersifat aerobic dan anaerobic fakultatif serta bersifat patogenik yang
dapat menyebabkan gastroenteritis (Chotijah, 2009).
Uji positif yang menunjukkan tumbuhnya koloni Salmonella adalah pada
media BSA setelah inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 oC akan
menunjukkan warna coklat kehitaman hingga kilap logam (Chotijah, 2009).
Selain itu sosis daging ayam mengandung garam. Kebanyakan bakteri
tidak dapat hidup dilingkungan dengan kadar garam tinggi (hipertonik).
Namun genus Staphylococcus dapat tumbuh pada media dengan kadar
garam tinggi. Sosis mengandung garam sekitar 2% atau setara dengan 2
gram per 100 sosis. Hal inilah yang menunjang pertumbuhan Staphylococcus
pada sosis (Chotijah, 2009).
Data Kelompok Q7
Berdasarkan data hasil praktikum dari kelompok Q7 dengan sampel
ayam, dapat diketahui bahwa bentuk morfologi dari koloni bakteri patogen
saat diinokulasikan pada media MSA adalah bulat (Coccus) serta warnanya
putih. Begitu juga saat diinokulasikan pada media BSA, koloni bakteri yang
tumbuh adalah berbentuk bulat (coccus) serta warnanya coklat tua.
Dimana dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa bakteri pathogen
yang terdeteksi adalah kemungkinan golongan Staphylococcus. Atau golongan
pathogen yang lain.. Dimana Staphylococcus merupakan jenis bakteri memiliki
bentuk coccus (bulat), termasuk gram-positif, tidak membentuk spora, serta
bersifat aerobic fakultatif. Hal ini sesuai dengan literature, dimana untuk
media MSA merupakan media pertumbuhan khusus Staphylococcus. Dimana
media MSA merupakan media yang mengandung NaCl yang tinggi sekitar
7,5%, hanya genus Staphylococcus yang dapat tumbuh pada media ini (Adam,
2008). Namun untuk medium BSA tidak menunjukkan adanya pertumbuhan
koloni bakteri Salmonella sp. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan yang Q7
lakukan. Dimana pada pengamatan, koloni bakteri yang tumbuh adalah
memiliki bentuk bulat (coccus) serta berwarna coklat tua.
Pada praktikum ini, setelah pengamatan koloni yang tumbuh pada
media BSA kemungkinan bukan golongan genus Salmonella. Hal ini dapat
terjadi karena kemungkinan adanya kesalahan praktikan dalam mengamati
bentuk morfologi dari koloni yang tumbuh pada media BSA. Selain itu
kemungkinan adanya cross kontaminasi.
Bakteri Salmonella merupakan jenis bakteri pathogen yang berbentuk
batang (basil), bersifat gram-negatif, tidak memiliki kapsul, tidak membentuk
spora, bersifat aerobic dan anaerobic fakultatif serta bersifat patogenik yang
dapat menyebabkan gastroenteritis (Chotijah, 2009).
Uji positif yang menunjukkan tumbuhnya koloni Salmonella adalah pada
media BSA setelah inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 oC akan
menunjukkan warna coklat kehitaman hingga kilap logam (Chotijah, 2009).
4. Apa yang dapat anda simpulkan dari hasil pengujian deteksi mikroba
pembusuk dan patogen pada produk pangan?
10
Pembentukan lendir
Perubahan warna
Perubahan warna, yaitu warna kulit dan daging ikan menjadi kusam atau
pucat.
11
Tidak terbentuk gas sehingga kaleng tetap terlihat normal yaitu tidak
12
Flipper, yaitu kaleng terlihat nonnal, tetapi bila salah satu tutupnya
ditekan dengan jari, tutup lainnya akan menggembung.
Kembung sebelah atau springer, yaitu salah satu tutup kaleng terlihat
normal, sedangkan tutup lainnya kembung. Tetapi jika bagian yang
kembung ditekan akan masuk ke dalam, sedangkan tutup lainnya yang
tadinya normal akan menjadi kembung.
Kembung lunak, yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi tidak keras dan
masih dapat ditekan dengan ibu jari.
Kembung keras, yaitu kedua tutup kaleng kembung dan keras sehingga
tidak dapat ditekan dengan ibu jari. Pada kerusakan yang sudah lanjut
dimana gas yang terbentuk sudah sangat banyak, kaleng dapat meledak
karena sambungan kaleng tidak dapat menahan tekanan gas dari dalam.
2. Jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi proses kebusukan suatu bahan
pangan!
Menurut Amelia (2005), beberapa faktor yang mempengaruhi proses
kebusukan bahan pangan adalah:
a. Pertumbuhan dan aktivitas mikroba
Ada beberapa mikroba yang dalam aktifitasnya dapat
menghasilkan gas, membentuk lender, bbusa, warna, asam, toksin dll.
Dimana M.O dalam pertumbuhannya menyukai kondisi hangat dan
lembab.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, antara lain :
- Air : kadar air bahan yang tinggi dapat bebrpotensi adanya miroba
yang tumbuh.
- pH : bakteri paling banyak tumbuh pada pH netral. Kapang pada pH 28,5, sedangkan khamir pada pH 4-4,5.
- Suhu : bakteri suhu optimum antara 20oC-45oC. kapang suhu optimum
pada 25oC 30oC. Sedangkan khamir memiliki suhu optimum antara
25oC 30oC.
- Oksigen : setiap M.O memiliki kebutuhan oksigen yang berbeda-beda
13
b.
c.
d.
e.
f.
g. Waktu
Dimana waktu yang lebih lama maka akan menyebabkan
kerusakan yang lebih besar. Pertumbuhan mikroba, keaktifan enzim,
kerusakan oleh serangga, pengaruh pemanasan atau pendinginan, kadar
air, oksigen dan sinar, semua dipengaruhi oleh waktu.
14
Kesimpulan
Prinsip dari praktikum ini adalah menginokulasi sejumlah mikroba
pembusuk dan pathogen dari bahan pangan pada medium tertentu yang dapat
mendukung kehidupan mikroba tersebut.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba, antara
lain ada factor intrinsic dan ekstrinsik. Factor instrinsik meliputi Aw (kadar air),
pH, kandungan gizi, potensial redoks, nutrisi, ada tidaknya senyawa antimikroba
dll. Sedangkan factor ekstrinsik meliputi suhu, oksigen, rH (kelembapan), agitasi
maupun aerasi dll.
15
Tangg
al
Nilai
Paraf
Asisten
DAFTAR PUSTAKA
16
dan
17
Staff Writer. 2006. Watch Out For The Food We Consume. Directorate of
Consumer Protection, Jakarta, Indonesia
Suryanto D. 2008. Pusat Penelitian Bioteknologi Di USU, Mungkinkan?. Suara
USU.
Suwandi, Usman. 2010. Peran Media untuk Identifikasi Mikroba Patogen.
Tembi. 2013. Ayam Jago atau Ayam Aduan?. http://ayamjagomurah.com. Diakses
Pada 30 November 2014 Pukul 20.00 WIB.
USDA. 2006. USDA Standards of Identity; see Subparts E, F & G. London:
Academy Press.
Warga Depok. 2009. Belimbing. Depok: Warga Depok.
Zona Ikan. 2012. Definisi Ikan. http://zonaikan.com. Diakses Pada 30 November
2014 Pukul 20.05 WIB.
BAB 1
18
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu
mendeteksi
keberadaan
mikroorganisme
mampu
melakukan
penghitungan
jumlah
bakteri
Mangga,
jambu,
belimbing,
sosis,
bakso
sapi,
No
1.
Waktu
Selasa, 2
Desember
2014
Kegiatan
Hasil
19
10-3, jumlah
koloni yang
tumbuh adalah
1 CFU/ml. Pada
pengenceran
10-4, jumlah
koloni yang
tumbuh adalah
3 CFU/ml.
Sedangkan
pada
pengenceran
10-5, jumlah
koloni yang
tumbuh adalah
5 CFU/ml.
Sedangkan nilai
TPC nya adalah
5 x 105 CFU/ml.
Sedangkan
secara
morfologinya,
mikroba
pembusuk yang
tumbuh adalah
berbentuk
bulat, tidak
berlendir, dan
berwarna putih.
Sedangkan
bakteri
pembusuk yang
berupa BAL,
media yang
digunakan
untuk
pertumbuhanny
a adalah MRSA.
Pada
pengenceran
10-3, jumlah
koloni yang
tumbuh adalah
91 CFU/ml.
Pada
pengenceran
10-4, jumlah
koloni yang
tumbuh adalah
4 CFU/ml.
Sedangkan
pada
20
pengenceran
10-5, tidak ada
koloni yang
tumbuh.
Sedangkan nilai
TPC nya adalah
9.1 x 104
CFU/ml.
Sedangkan
secara
morfologinya,
mikroba
pembusuk yang
tumbuh adalah
berbentuk bulat
memanjang,
tidak berlendir,
dan berwarna
putih.
Kesimpulan
Prinsip dari praktikum ini adalah menginokulasi sejumlah mikroba
pembusuk dan pathogen dari bahan pangan pada medium tertentu yang
dapat mendukung kehidupan mikroba tersebut
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba,
antara lain ada factor intrinsik dan ekstrinsik. Factor instrinsik meliputi Aw
(kadar air), pH, kandungan gizi, potensial redoks, nutrisi, ada tidaknya
senyawa antimikroba dll. Sedangkan factor ekstrinsik meliputi suhu,
oksigen, rH (kelembapan), agitasi maupun aerasi dll.
Berdasarkan data hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada
deteksi mikroba pembusuk saat inokulasi pada media APDA maupun MRSA
bentuk koloni yang tumbuh adalah bulat dan berwarna putih, dengan nilai
total TPC masing-masing adalah 5x105 CFU/ml (koloni pada media APDA)
dan 9,1 x104 CFU/ml (koloni pada media MRSA). Sedangkan untuk deteksi
mikroba pathogen, koloni yang tumbuh pada media MSA adalah berbentuk
bulat (coccus) dan berwarna putih. Dimana kemungkinan koloni ini
merupakan koloni dari Staphylococcus aureus. Sedangkan koloni yang
tumbuh pada media BSA adalah koloni yang berbentuk bulat (coccus)
serta berwarna coklat tua.
Saran
Alat lebih diperbanyak, jaga kebersihan lab, lebih efisiensi waktu, asisten
praktikumnya sudah baik. Terima kasih.
21
Praktikan
Asisten Praktikum
(
.)
(
.)
22