Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI


MIKROORGANISME PEMBUSUK DAN
PATOGEN

Tujuan
1. Mahasiswa mampu mendeteksi keberadaan mikroorganisme
pembusuk

dan

patogen

pada

bahan

pangan

dengan

menggunakan media mikroorganisme yang sesuai


2. Mahasiswa mampu melakukan penghitungan jumlah bakteri
pembusuk dan patogen yang terdapat dalam produk pangan

Alat dan Bahan


1. Alat

: Tabung reaksi, cawan petri, erlenmeyer, spreader,

pipet mikro, inkubator, timbangan analitik, autoklaf, stomacher,


vorteks, bunsen, rak tabung, pipet ukur, bulb, alkohol, mikrotip.
2. Media
3. Sampel

: APDA, MRSA, MSA, BSA, SC Broth


: Mangga, jambu, belimbing, sosis, bakso sapi,

tempura, ayam, ikan

No
1.

Waktu
Selasa,
Desember
2014

Kegiatan

Hasil

Hal pertama yang dilakukan


adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat
yang dibutuhkan dalam praktikum ini
adalah tabung reaksi, cawan petri,
erlenmeyer, spreader, pipet mikro,
inkubator, timbangan analitik, autoklaf,
stomacher, vorteks, bunsen, rak tabung,
pipet ukur, bulb, alkohol, mikrotip. Media
yang digunakan dalam praktikum ini
adalah APDA, MRSA, MSA, BSA, SC
Broth. Sampel yang digunakan dalam
praktikum ini adalah Mangga, jambu,
belimbing, sosis, bakso sapi, tempura,
ayam, ikan. Kelompok Q4 menggunakan
sampel sosis untuk deteksi mikroba

Dari data hasil


pengamatan,
kelompok
Q4
menggunakan
sampel berupa
sosis.
Untuk
deteksi mikroba
pembusuk,
media
yang
digunakan
adalah
APDA
(Acid
Potato
Dextrose Agar)
dan
MRSA.
Pada

patogen dan pembusuk.


Setelah alat dan bahan siap, hal
pertama yang harus dilakukan adalah
menimbang sampel sebanyak 5 gram
menggunakan
timbangan
analitik.
Sebelumnya sampel dipotong-potong
menggunakan pisau agar lebih mudah
menimbangnya.
Setelah
selesai
ditimbang,
sampel
kemudian
dimasukkan ke dalam kantung plastik,
setelah itu sampel dihancurkan secara
manual menggunakan tangan hingga
halus. Setelah hancur, sampel yang
berada di dalam plastik ditambahkan
pepton steril sebanyak 45 ml. Fungsi
penambahan pepton steril ini berguna
untuk pengenceran 10-1. Selanjutnya
dilanjutkan pengenceran hingga 10-5,
dan diambil 3 pengenceran terakhir
yang nantinya akan digunakan untuk
plating.
Setelah sampel dengan
pengenceran 10-1 siap, deteksi mikroba
dibagi
menjadi
5
macam,
yaitu
pembusuk,
BAL,
S.
aureus,
dan
Salmonella.
Untuk
deteksi
bakteri
pembusuk, 3 pengenceran terakhir yaitu
10-3, 10-4, dan 10-5 dilakukan plating
pada masing-masing cawan petri berisi
media APDA secara spread plate
menggunakan spreader. Sebelumnya
sampel diambil dari tabung reaksi berisi
3 pengenceran terakhir menggunakan
mikropipet sebanyak 0,1 ml. Kemudian
sampel diinkubasi pada suhu 37oC
selama 48 jam. Setelah selesai masa
inkubasi,
sampel
dilakukan
penghitungan
koloni
menggunakan
metode MPN.
Untuk deteksi BAL, hal ini
dilakukan cara yang sama seperti
deteksi bakteri pembusuk, hanya saja
media yang digunakan yaitu MRSA.
Demikian pula dengan deteksi bakteri S.
aureus menggunakan media MSA.
Untuk deteksi Salmonella, 3
pengenceran terakhir dimasukkan ke
dalam masing-masing SC broth yang
berada pada tabung reaksi. Kemudian,
sampel tersebut diinkubasi pada suhu
37oC selama 48 jam. Setelah masa
inkubasi selesai, dilakukan platting pada
media BSA dan diinkubasi kembali pada
suhu 37oC selama 48 jam dan dilakukan

pengenceran
10-3,
jumlah
koloni
yang
tumbuh adalah
1 CFU/ml. Pada
pengenceran
10-4,
jumlah
koloni
yang
tumbuh adalah
3
CFU/ml.
Sedangkan
pada
pengenceran
10-5,
jumlah
koloni
yang
tumbuh adalah
5
CFU/ml.
Sedangkan nilai
TPC nya adalah
5 x 105 CFU/ml.
Sedangkan
secara
morfologinya,
mikroba
pembusuk yang
tumbuh adalah
berbentuk
bulat,
tidak
berlendir, dan
berwarna putih.
Se
dangkan
bakteri
pembusuk yang
berupa
BAL,
media
yang
digunakan
untuk
pertumbuhanny
a adalah MRSA.
Pada
pengenceran
10-3,
jumlah
koloni
yang
tumbuh adalah
91
CFU/ml.
Pada
pengenceran
10-4,
jumlah
koloni
yang
tumbuh adalah
4
CFU/ml.
Sedangkan
pada

perhitungan
metode MPN
selesai.

koloni
setelah

menggunakan
masa inkubasi

pengenceran
10-5, tidak ada
koloni
yang
tumbuh.
Sedangkan nilai
TPC nya adalah
9.1
x
104
CFU/ml.
Sedangkan
secara
morfologinya,
mikroba
pembusuk yang
tumbuh adalah
berbentuk bulat
memanjang,
tidak berlendir,
dan berwarna
putih.

Kesimpulan
Prinsip dari praktikum ini adalah menginokulasi sejumlah mikroba
pembusuk dan pathogen dari bahan pangan pada medium tertentu
yang dapat mendukung kehidupan mikroba tersebut
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba,
antara lain ada factor intrinsic dan ekstrinsik. Factor instrinsik meliputi
Aw (kadar air), pH, kandungan gizi, potensial redoks, nutrisi, ada
tidaknya senyawa antimikroba dll. Sedangkan factor ekstrinsik meliputi
suhu, oksigen, rH (kelembapan), agitasi maupun aerasi dll.
Berdasarkan data hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada
deteksi mikroba pembusuk saat inokulasi pada media APDA maupun
MRSA bentuk koloni yang tumbuh adalah bulat dan berwarna putih,
dengan nilai total TPC masing-masing adalah 5x105 CFU/ml (koloni pada
media APDA) dan 9,1 x104 CFU/ml (koloni pada media MRSA).
Sedangkan untuk deteksi mikroba pathogen, koloni yang tumbuh pada
media MSA adalah berbentuk bulat (coccus) dan berwarna putih.
Dimana kemungkinan koloni ini merupakan koloni dari Staphylococcus
aureus. Sedangkan koloni yang tumbuh pada media BSA adalah koloni
yang berbentuk bulat (coccus) serta berwarna coklat tua.
Saran
Alat lebih diperbanyak, jaga kebersihan lab, lebih efisiensi waktu, asisten
praktikumnya sudah baik. Terima kasih.

Praktikan

Asisten Praktikum

.)

.)

Anda mungkin juga menyukai