Anda di halaman 1dari 4

SYIAH DAN KONSERVASI AHL AL-BAIT

(Zaidiyah, Ismailiyah, Itsna Asyariyah)


Oleh: M. ulul azmi
Syiah merupakan salah satu kubu dalam Islam yang berbeda pendapat
dalam persoalan Khalifah. Sistem yang digunakan adalah Imamah. Sistem
Imamah inilah yang menjadi pembeda antara Syiah dengan lainnya. Jika
pendiri Islam menjadikan wahyu, Al-Quran sebagai media penghubung
antara Allah dengan manusia, maka dalam teori Syiah menjadikan para Imam
sebagai pengbungnya. Institusi Imamah merupakan bentuk penentangan
teoritis terhadap konsep seluler tentang kekuasaan. Dalam konsep imamah,
seorah Imam merupakan pemimpin komunitas Islam satu-satunya yang sah,
dan ditunjuk oleh Allah untuk memegang kekuasaan tertinggi.
Syiah yang merupakan kelompok pengikut setia Ali bin Abi Thalib
yang berkeyakinan bahwa jabatan kepala Negara (Khalifah) bukanlah hak
setiap orang Islam, bahkan bukan pula hak bagi setiap orang Quraisy.
Melainkan hak monopoli Ali dan putra-putranya. Kegigihan kaum Syiah
dengan keyakinan utama mereka terhadap Ali dan keluarganya, yang diklaim
sebagai Imam sejati.
Sesuai dengan paham yang dibawa Muawwiyah, Imam dalam
pandangan Syiah, mempunyai bentuk kerajaan yang turun-temurun dari
bapak ke anak, cucu, dan demikian selanjutnya. Dalam paham Syiah, yang
menggantikan Nabi Muhammad sebagai kepala Negara semestinya adalah
putra-putra beliau. Tetapi karena beliau tidak mempunyai anak laki-laki yang
hidup, maka seharusnya jabatan itu diserahkan ke anggota keluarga beliau
yang terdekat.
Ali bin Abi Thalib adalah anak dari paman Nabi Muhammad dan
paling penting sekali adalah menantu beliau dari Fathimah, artinya Ia memiliki
jalur keturunan langsung dari Rasulullah melalui Fathimah. Oleh karena itu,
dalam paham Syiah Alilah yang merupakan keluarga dekat. Dengan
demikian, yang paling berhak menggantikan beliau sebagai kepala Negara
seharusnya Ali kemudian anaknya, cucunya dan seterusnya. Para Imam Syiah
1

mewarisi dari Nabi Muhammad tidak hanya kekuasaan politik saja, tetapi juga
hak priogatif untuk menafsirkan hukum, pemimpin agama, dan spiritual.
Para Imam dianugrahi kekuatan tersembunyi yang diwariskan oleh
pendahulu mereka. Dalam kapasitasnya, Imam itu merupakan manusia yang
terjaga dari dosa dan kesalahan, mereka juga tidak mungkin diturunkan atau
dipecat. Berbeda dengan kalangan Sunni dan para sufi, kalangan Syiah
meyakini bahwa keyakinan religious hanya bisa didapatkan dari ajaran
seorang Imam yang terpelihara dari kesalahan dan dosa.
Oleh karena itu kedudukan Imam lebih tinggi dari manusia biasa.
Dengan kata lain, perbuatan yang bagi manusia biasa itu merupakan perbuatan
salah, tetapi bagi imam itu tidak merupakan perbuatan salah. Artinya, apa
yang salah dalam pandangan manusia, belum tentu salah dalam pandangan
imam. Berikut ini merupakan sislilah imam Syiah:
1.Ali bin Abi Thalib

2.Al-Hasan

3.Al-Husain
4.Ali Zain Al-Abidin

Zaid
5.Muhammad Al-Baqir
6.Jafar Al-Sadiq
Ismail

7.Musa Al-Kazim
8.Ali Al-Rida
9.Muhammad Al-Jawwad
10.Ali Al-Hadi
11.Al-Hasan Al-Askari
12.Muhammad Al-Muntazar.
2

Kelompok Syiah dua belas merupakan kelompok dalam mazhab


Syiah yang menyepakati dua belas perihal pewarisan Imamah. Rangkaian
silsilah imam Syiah dua belas ini berhenti pada Muhammad Al-Muntazar,
karena ia tidak meninggalkan keturunan. Sewaktu kecil Ia menghilang di
dalam sebuah Gua yang terdapat di dekat Masjid Samarra (246/878). Karena
itu, ia menjadi imam yang tersembunyi (mustatir). Menurut keyakinan kaum
Syiah imam ini menghilang untuk sementara waktu, pada suatu saat tertentu
ia akan kembali lagi sebagai Al-Mahdi yang akan menegakkan Islam serta
memimpin umat.
Disamping Syiah dua belas ada pula Syiah Ismailiyah, sebagian
kelompok Syiah sepakat dua belas prihal warisan Imam hingga imam keenam
yaitu Jafar al-Shadiq, tetapi perbedaan mulai timbul pada imam ketujuh.
Syiah Ismailiyah berpendapat yang berhak menjadi Imam ketujuh adalah
anak tertuanya yaitu Ismail (w.760), bukan Musa al-Kazim. Aliran ini
membatasi jumlah imam sampai tujuh orang. Oleh karena itu kelompok ini
dikenal dengan Syiah tujuh disebabkan mereka meyakini bahwa imam itu
sampai imam ketujuh yaitu Ismail.
Pada awalnya, Jafar al-Shadiq telah memilih Ismail sebagai
penerusnya, tetapi setelah melihat Ismail yang sifatnya serakah dan suka
mabuk-mabukan, maka Jafar mengubah keputusannya dan memilih anak
keduanya atau saudara dari Ismail yaitu Musa al-Kazim sebagai penerusnya.
Mayoritas kaum Syiah menyetujui dan menetapkan perubahan tersebut dan
meyakini Musa al-Kazim sebagai penerus Jafar, kemudian ditetapkan sebagai
imam ketujuh dari dua belas imam yang diakui. Tetapi kelompok Ismailiyah
tetap meyakini dan setia kepada Ismail yang wafat lebih dahulu dari pada
ayahnya yaitu Jafar.
Mereka mengklaim bahwa kedudukan Imam sebagai manusia yang
terjaga dari dosa, tidak menganggap prilaku sepele seperti serakah, mabukmabukan bisa menggagalkan Imamah. Bagi kelompok Sabiyyah atau tujuh
yang disebut Ismailiyah ini meyakini bahwa Ismail itu sebagai mahdi yang
tersembunyi.

Selain Syiah dua belas dan Ismailiyah ada juga Syiah Zaidiyah,
merupakan pengikut Zaid yaitu cucu dari al-Husain. Dari semua sekte Syiah,
sekte inilah dalam beberapa hal yang paling toleran. Kelompok ini tidak
mempercayai adanya Imam Mahdi dan tidak memperaktikkan nikah Mutah.
Sekte ini juga tidak menganut paham imam bersembunyi, mereka berasumsi
Imam itu harus langsung memimpin umat dan jabatan imam harus berasal dari
keturunan Ali dan Fathimah.

Anda mungkin juga menyukai